Kamis, 06 Mei 2010

Setan bin Iblis Aktor Intelektual Konspirasi Global (kajian tematik Al-Qur'an)

Oleh : Agus Junaedi, M.Ag.

Pendahuluan
Konspirasi sebuah istilah yang relatif familiar dikalangan dunia perpolitikan, sehingga umumnya sebagian masyarakat masih meragukan realitas konspirasi itu sendiri. Apakah hanya sebuah teori atau real dalam kenyataan. Apalagi adanya statement para tokoh-tokoh yang menguatkan pandangan tersebut. Tengok saja pendapat Eep Saefulloh Fatah pakar perpolitikan yang menampik adanya konspirasi. Dalam sebuah bukunya beliau mengatakan;
"Salah satu cara menjawab yang seringkali diajukan oleh kalangan Islam adalah menemukan sumber-sumber di luar sebagai penyebab, biang kerok, kekalahan atau kegagalan politik mereka (Ummat Islam, pen.). Salah satu cara sangat populer dalam kerangka ini adalah mengajukan teori konspirasi: menunjuk kalangan-kalangan di luar Islam yang dipersepsikan sebagai komplotan yang memang terus-menerus menjaga agenda mereka untuk memarjinalisasikan kalangan Islam."
Begitu pula pendapat Goenawan Muhamad yang menyebut teori konspirasi sebagai "teori orang malas". Saya tidak bisa tidak bersetuju. Bahkan menurut hemat saya, bukan sekedar itu. Teori konspirasi, bukan alat penjelasan orang-orang yang malas, tetapi juga "teori para pecundang". Seorang pecundang membiasakan telunjuknya mengarah ke luar dirinya, seolah mengharamkan introspeksi. Seorang pemenang, sebaliknya, senantiasa ikhlas melihat pertama-tama ke dalam dirinya. Introspeksi.
Dari pandangan mereka, maka dikenalah dengan istilah Teori konspirasi yakni Sebuah teori yang mencari penjelasan terhadap kasus atau persoalan yang diperdebatkan sebagai sebuah persekongkolan jahat yang dilakukan oleh kelompok rahasia atau aliansi, bukan yang dilakukan oleh perorangan atau tindakan terisolasi seseorang.
Padahal kalau kita lihat dari definisi konspirasi sendiri sebagaimana berikut ini , konspirasi bukanlah sebuah teori melainkan keniscayaan yang tidak dapat dibantah. Ia ada dalam semua sisi kehidupan manusia.
Konspirasi adalah;
1. Sebuah permufakatan yang dilakukan secara bersama-sama yang sifatnya ilegal atau tidak sah, melanggar atau bersifat subversif.
2. Sekelompok pelaku konspirasi
3. Hukum. Sebuah permufakatan antara dua atau lebih orang untuk melakukan sebuah kejahatan atau dalam rangka memenuhi tujuan legal melalui tindakan kejahatan.
4. Gabungan atau bertindak secara bersama-sama, melalui persekongkolan jahat.
Sedangkan Thesaurus mendefinisikan dengan,
Sebuah persetujuan rahasia atau rencana untuk mencapai tujuan yang melanggar undang-undang: konspirasi, kabal, intrik, akal bulus, bersekongkol, rencana kotor dan jahat, kongkalikong (kolusi), bekerjasama secara diam-diam, pengkhianatan, hasutan.
Ada dua padanan kata konspirasi yang penting untuk dikemukakan disini;
1. Makar yang merupakan istilah yang diambil dari literature Islam;
Perhatikan pada ayat berikut kata "makar" dihubungkan dengan "perbuatan" (af'al) dan "kepemilikan" Allah Subhanau wa Ta‘ala.
وَمَكَرُواْ وَمَكَرَ اللّهُ وَاللّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ
Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya. (Ali-Imran:54)
Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan makar dengan 1) akal busuk, tipu muslihat, 2) Perbuatan (usaha) dengan maksud hendak menyerang (membunuh) orang, 3) perbuatan (usaha) menjatuhkan pemerintahan yang sah.
Disamping itu ada istilah lain dalam istilah al-Qur'an yang sepadan dengan makar yakni kaid dan khada'a
2. ca-bal (k-bal) n. ka-bal (kt-benda)
a. Kelompok rahasia yang berencana dengan diam-diam atau melalui tipu-daya: "tepatnya disebut dengan Spionase - dilakukan oleh kabal yang terdiri dari sekumpulan orang-orang kuat, yang bekerja secara rahasia" (Frank Conroy).
b. Sebuah rencana jahat. Lihat persamaan katanya dengan kata kerja intransitif
ca-balled, ca-bal-ling, ca-bals. Membentuk Kabal; Berkonspirasi. [Perancis cabale, berasal dari bahasa Latin abad pertengahan
Bagi seorang muslim yang konsisten terhadap al-Qur'an dan Al-hadits, makar atau konspirasi adalah haqul yaqin dalam tataran realitas, bahkan mewujud pada tingkat global atau dalam istilah lain Konspirasi global adalah karya akbar musuh besar (iblis). Dan mungkin bagi mereka yang non muslim yang menolak adanya konspirasi dapat kita maklumi sebab dasar teologisnya yang rapuh, Namun bagi seorang muslim yang menolak adanya konspirasi maka kemuslimannya perlu dipertanyakan, sebab secara eksplisit dalam al-Qur'an, konspirasi atau makar mewujud menjadi sebuah kitab makar yang perlu ditela'ah secara komprehesif.
Tulisan ini sedikitnya mengupas tentang aktor intelektual pelaku konspirasi global dalam sudut pandang kajian ilmiah islam atau lebih tepatnya kajian tematik al-Qur'an. Secara deskriptif tulisan ini membahas tentang Setan dan hal-hal yang berhubungan dengannya meliputi ; definisi, musuh dan pelindungnya, langkah-langkah, tujuan-tujuan makarnya, akibat-akibat pertemanan dengannya.
Disajikan secara deskriptif bagian perbagian. Sebagaimana berikut ini;
A. Syaitan/Setan
1. Definisi Setan
Kata al-Syaitan ia merupakan sebuah istilah yang bersumber dari teks keagamaan Islam yakni al-Qur'an dan al-Hadits. Kata "syaitan" selanjutnya dipakai dalam khazanah istilah Indonesia menjadi "setan" yang seterusnya berkembang menjadi beragam istilah yang maksudnya berkonotasi kepada setan tersebut. Seperti di suku Sunda penyebutan setan sudah berkonotasi pada sesosok mahluk yang menyeramkan seperti jurig, dedemit, siluman, aden-aden, dan lain-lain. Begitu juga setiap bangsa, daerah diseluruh dunia sudah familiar terhadap istilah "setan" dengan beragam penamaan atau istilah. Yang umumnya apa yang disebut setan adalah sosok mahluk yang berada diluar diri manusia yang berpotensi jahat dan membuat kerusakan.
Untuk memahami sebuah konsep istilah yang berasal dari teks keagamaan islam (al-qur'an-al-sunnah), perlu dan selayaknya pendekatan metodologi qur'an sunnah menjadi bagian terpenting sebagai tool of analyses dalam mengembalikan maksud sebuah istilah al-qur'an - sunnah yang mengalami distorsi atau setidaknya terpolarisasi dalam kehidupan manusia entah karena berbagai kepentingan atau memang karena merupakan watak kebahasaan yang senantiasa bahasa mengalami sebuah perubahan. Namun demikian kita yakin al-Qur'an adalah sebuah kitab suci yang senantiasa menjadi pembimbing manusia menuju pada suatu petunjuk kebenaran yang berasal dari Allah. Oleh karenannya pemahaman yang benar tentang konsepsi "al-Syaitan" beserta istilah-istilah yang berhubungan dengannya yakni iblis, jin dan malaikat dari perspektif al-Qur'an sunnah menjadi suatu keniscayaan adanya untuk menghindari persepsi-persepsi al-batil melewati ketahayulan-ketahayulan dan dokrin-dokrin atau dogma-dogma yang tidak memiliki dasar yang kuat yang menutupi akal sehat dan kebenaran yang hakiki.
2. Syaitan dalam istilah Al-Qur'an
Kata " syaitan" dalam surat dan ayat al-Qur'an berdasarkan perhitungan komputerisasi Al-Qur'an versi 3.i yang diambil dari kata "syaitan" termuat kurang lebih 105 ayat. Sedangkan berdasarkan perhitungan kitab kamus mu'jam al-mufahras fi alfadzil al-Qur'an, kata " syaitan " kurang lebih 62 kali dalam bentuk singular (mufrad) dan 17 kali dalam bentuk plural (jama'). Sedangkan kata " iblis" disebut 24 kali. Semua penyebutan kata " syaitan" dan "Iblis" semuanya dalam bentuk kata benda (jumlah ismiyah). Atas dasar ini, kajian awal dari konsepsi "syaitan" dikaji dari sudut pandang ilmu bahasa (nahwiyah - sharfiyah) dan kaidah-kaidah yang berhubungan dengannya. Beberapa kaidah yang perlu disebutkan diantaranya;
a. Kaidah yang berhubungan dengan kata benda (isim);
1) kata benda transitif (nakirah) menunjukan pada; menunjukan satu, menunjukan macam, menunjukan satu dan macam, memuliakan, menunjukan arti banyak, menunjukan memuliakan sekaligus banyak, untuk meremehkan, untuk menyatakan sedikit.
2) Kata benda intransitif (ma'rifat) menunjukan pada; menghadirkan kepemilikan, memuliakan, menghinakan, menunjukan dekat, menjelaskan keadaan, kelayakan akan sifat, dibenci penyebutan, menunjukan arti umum, menujukan sesuatu yang telah dikenal, telah diketahui, menujukan segala satuan darinya, memenuhi segala karakteristik, menemukan esensi, hakekat dan jenis.
3) Kata benda singular (mufrad) menujukan pada; suatu makna tertentu, menunjukan hal/arah,
4) Kata benda plural (jama') menunjukan pada : menunjukan pada suatu isyarat khusus, menyatakan bilangan, menunjukan kualitas dan kuantitas.
b. Kaidah yang berhubungan dengan kalimat ;
1) Kalimat nominal ( jumlah ismiyah) antara lain; senantiasa menunjukan pada subut (tetap) suatu keadaan, menujukan pada istimrar (terus menerus).
2) Kalimat verbal (jumlah fi'liyah) antara lain; menjukan arti tajaddud (timbulnya sesuatu) dan menujukan pada makna hudus (temporal)
c. Kaidah bentukan kata benda yang mengikuti wazan fa'lani (dengan huruf nun bukan asal kata) menunjukan arti kontradiktif dialektis
Berangkat dari kaidah-kaidah diatas, maka kata syaitan dalam al-Qur'an termasuk istilah yang mutasyabih artinya memungkinkan adanya makna-makna lain yang bertolakbelakang satu sama lainnya karena tidak adanya kata dasar yang secara ekplisit asal kata tersebut.
1. Kata syaitan berasal dari kata " sya-tha-na " ( شَطَنَ) huruf nun yang berada pada kata adalah asli. Kata sya-tha-na berarti "jauh" sejajar dengan timbangan kata (wazan) fi'al sebagai bentuk dasar (masdar). Dari kata itu pula muncul makna lain diantaranya asing, janggal, tidak lumrah. Dari makna syaitan tersebut, maka setan dimaksudkan dengan sesuatu yang bersifat material yang memiliki wujud diluar kesadaran manusia. Untuk syaitan jenis ini disebut syaitan fi'ali (yang berwujud) namun keadaanya asing atau jauh dari jangkauan manusia karena tersembunyi atau jaraknya yang jauh. Contoh seperti pada surat 2 : 14 dan 37:65 berikut ini;
وَإِذَا لَقُواْ الَّذِينَ آمَنُواْ قَالُواْ آمَنَّا وَإِذَا خَلَوْاْ إِلَى شَيَاطِينِهِمْ قَالُواْ إِنَّا مَعَكْمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ
Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: "Kami telah beriman." Dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan: "Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok".(2:14)
Yang dimaksud syaitan-syaitan dalam ayat ini adalah person-person (wujud) yang merupakan "teman-teman" mereka yang tidak terlihat dan tersembunyi.
طَلْعُهَا كَأَنَّهُ رُؤُوسُ الشَّيَاطِينِ
Mayangnya seperti kepala syaitan-syaitan.(37:65)
Yang dimaksud dengan syaitan disini adalah sesuatu yang asing dan jauh dari jangkauam manusia.
Ayat-ayat lain yang semakna dengan ayat diatas adalah; Al-Anbiya:82, Shad :37 Al-Shafat:7, Anisa:117, Al-baqarah 102, Al-An'am71, Al -Isra'a 27, Al-hajj :3, Maryam:68, Al-Mu'minun :97, Al-Syu'ara ;210,211,221, Al-Mulk:5
2. Syaitan berasal dari kata "sya-ya-tha" (شَاطَ) huruf nun yang terdapat pada kata syaitan bukan nun asli namun tambahan untuk kata dasarnya. Ia merupakan sifatul musyabbah bismilfail (sifat yang serupa dengan kata pelaku) yang sewazan dengan fa'lanu (فَعْلاَنُ) yang menunjukan pada tetapnya sifat tersebut. Makna dari kata (شَاطَ) adalah hilang/terbakar dan batalnya sesuatu/membunuh. Dari makna ini, maka yang dimaksud syaitan disini adalah sesuatu hal yang senantiasa menghilangkan, membatalkan, menjadikan ilusi, atau wahm yang berada dalam pikiran manusia untuk menghancurkan sesuatu yang riil dan objektif (al-Haq/Rahman) atau sebagai lawan darinya dan ia berada dalam kesadaran manusia serta tidak berwujud. Syaitan bentuk yang seperti ini disebut syaitan fa'lani. Ia merupakan suatu dimensi ilusi dalam fikiran manusia dan lawan sisi yang riil dan hakiki dalam pikiran manusia, yang keduanya senantiasa saling berlawanan dalam diri manusia. Diantara ayat yang menunjukan pada makna tersebut diantaranya surat Maryam:44 dan al-Hajj:52
يَا أَبَتِ لَا تَعْبُدِ الشَّيْطَانَ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلرَّحْمَنِ عَصِيّاً
Wahai bapakku, janganlah kamu menyembah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu durhaka kepada Tuhan Yang Maha Pemurah.(19:44)
وَمَا أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُولٍ وَلَا نَبِيٍّ إِلَّا إِذَا تَمَنَّى أَلْقَى الشَّيْطَانُ فِي أُمْنِيَّتِهِ فَيَنسَخُ اللَّهُ مَا يُلْقِي الشَّيْطَانُ ثُمَّ يُحْكِمُ اللَّهُ آيَاتِهِ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ
Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang rasul pun dan tidak (pula) seorang nabi, melainkan apabila ia mempunyai sesuatu keinginan, syaitan pun memasukkan godaan-godaan terhadap keinginan itu, Allah menghilangkan apa yang dimasukkan oleh syaitan itu, dan Allah menguatkan ayat-ayat-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana,(22:52)
Ayat-ayat lain yang semakna dengannya antara lain; Thoha:120, Al-Furqan:29, An-Naml:24,An-nisa:119,Al-An'am:68, An-Nahl:98,Al-Isra:27,53,64, Maryam:45, Fathir:6Al-Takwir:25, Al-Zuhruf:36Al-‘Araf:27.
Syaitan fa'lani merupakan cerminan dari sesuatu yang bersifat ilusi dari fikiran manusia. Sedangkan al-Rahman merupakan sisi material objektif yang hakiki dalam fikiran manusia. Oleh karenanya setiap manusia memiliki syaitan-syaitan fa'lani. Maka dalam al-Qur'an syaitan ini tidak muncul kecuali dalam bentuk singular (mufrad) tetapi apa bila yang dimaksud adalah syaitan fi'ali maka kadang disebut dalam bentuk singular (syaitan) maupun dalam bentuk plural (syaitan-syaitan) karena mereka kadang berbentuk hanya seorang atau berserikat.


2. Padanan Kata Setan
Dalam konsepsi Al-Qur’an, sekurang-kurangnya ada tiga istilah yang sepadan dengan istilah Setan yaitu, pertama Iblis , kedua thaghut dan ketiga jibt. Setan sendiri dapat diistilahkan dengan ;
الشيطان هو : كل عاتٍ متمرد على أوامر الله من الجن والإنس
Setan adalah setiap mahluk berakal yang durhaka dan membangkang terhadap segala perintah dari Allah baik dari golongan jin maupun manusia.
Jadi yang dimaksud setan selanjutnya adalah setan fi’al yakni sesuatu yang ada diluar kesadaran manusia yakni dari golongan jin dan manusia. Untuk bisa memahami keadaan setan dari golongan jin, perlu pemahaman awal tentang konsepsi jin dari perspektif Islam. (silahkan simak dalam 3 tulisan “ perspektif Jin menurut al-Qur’an dan al-Hadits”).
http://www.akhirzaman.info/allien-a-ufo/1645-jin-dalam-perspektif-al-quran-dan-hadits-1
http://www.akhirzaman.info/allien-a-ufo/1647-jin-dalam-perspektif-al-quran-dan-hadits-2
http://www.akhirzaman.info/allien-a-ufo/1648-jin-dalam-perspektif-al-quran-dan-hadits-3
Istilah Iblis dalam al-Qur’an disebut kurang lebih 11 kali (2:34,7:11,15:31-32,17:61,18:50,20:116,26:95, 34:20,38:74-75,). Secara bahasa Iblis berasal dari kata ablasa-yublisu yang berarti; terputus, diam, menyesal dan meratap. Namun yang paling umum digunakan adalah terputus dari rahmat Allah. Pendapat lain mengatakan bahwa Iblis bukan berasal dari bahasa Arab tetapi dari bahasa ‘ajam yang telah dikenal.
Sedangkan menurut istilah syar’i, para ulama tidak mendefinisikannya karena ia merupakan mahluk yang telah dikenal dalam konsep keagamaan diluar Islam. Ia merupakan simbol dari unsur jahat dari suatu bangsa, suatu agama, ataupun suatu kelompok. Namun demikian kalaulah mau didefinisikan dalam perspektif al-Qur’an, maka Iblis adalah jin yang menolak untuk sujud (penghormatan) kepada Adam tatkala Allah Subhanahu wa Ta'ala menciptakannya, maka dia dikutuk dan terusir dari jannah-Nya, dan dia diancam dengan siksaan neraka setelah mendapat penangguhan umur sampai hari Qiamat dan mendapat kesempatan untuk menyesatkan manusia yang tidak pernah didapat oleh mahluk selainnya.
Istilah Thaghut secara bahasa kata ini diambil dari kata طَغَى arti melampaui batas. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
إِنَّا لَمَّا طَغَى الْمَاءُ حَمَلْنَاكُمْ فِي الْجَارِيَةِ
“Sesungguh ketika air melampaui batas Kami bawa kalian di perahu.” (al-Haqqah 69:11)
Menurut wazannya berasal dari (طَغَيوت) mengikuti wazan (فعلوت) kemudian berubah menjadi (طاغوت) dari perubahan ini mengandung makna (الطاغوت كل رأس في الضلال) thaghut adalah setiap pangkal dari kesesatan. Penambahan huruf tha (ت) pada kata thagha (طاغٍ) menunjukan pada makna (شدة وقوة واستمرارية) sangat, full power, kontiniu. Dan ini merupakan sifat , atau karekter dasar dari thaghut. Thaghut bisa berupa berhala, manusia dan jin.
Adapun menurut istilah syariat definisi yg terbaik adalah yg disebutkan Ibnul Qayyim:
الطاغوت : هو كل ذي طغيان على الله فعُبِد من دونه ، إما بقهر منه لمن عبده ، وإما بطاعة ممن عبده ، إنساً كان ذلك المعبود أو جانّاً .
“thaghut adalah adalah tiap sesuatu yg melampui batas kepada Allah kemudian disembah selain-Nya, baik penyembahan itu dengan paksaan atau diikuti atau ditaati dan yang disembah itu dari golongan manusia atau jin.”
Dan pada realitasnya yang disembah itu adalah perwujudan dari setan jin dan manusia yang dirinya menyatakan sebagai hakim selain dari Allah yang membuat syari’at untuk manusia yang harus dilaksanakan yang tentu saja “syari’at” itu adalah bentuk kekufuran dan kesesatan. Hal ini sebagai disebutkan dalam sebuah ayat;
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ يَزْعُمُونَ أَنَّهُمْ آمَنُوا بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ يُرِيدُونَ أَنْ يَتَحَاكَمـُوا إِلَى الطَّاغُوتِ وَقَدْ أُمِرُوا أَنْ يَكْفُرُوا بِهِ وَيُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَنْ يُضِلَّهُمْ ضَلالاً بَعِيداً
Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya. (al-Nisa 4:60)
Sedangkan istilah al-jibt terdapat dalam al-Qur’an surat al-Nisa :51,
َلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ أُوتُواْ نَصِيباً مِّنَ الْكِتَابِ يُؤْمِنُونَ بِالْجِبْتِ وَالطَّاغُوتِ وَيَقُولُونَ لِلَّذِينَ كَفَرُواْ هَؤُلاء أَهْدَى مِنَ الَّذِينَ آمَنُواْ سَبِيلاً
”Tidakkah kamu memperhatikan orang-orang yang diberi bagian dari Al-Kitab? Mereka beriman kepada jibt dan thaghut, dan mengatakan kepada orang-orang kafir (kaum musyrikin Mekkah) bahwa mereka itu lebih benar jalannya daripadaorang-orang yang beriman.” (An-Nisa’ 4:51)
Terdapat beberapa tafsiran dari kalangan Salaf tentang makna kata jibt, antara lain: berhala, sihir, tukang sihir, tukang ramal, Huyai bin Akhthab dan Ka’b bin Al-Asyraf (kedua orang ini adalah tokoh orang-orang Yahudi di zaman Rasulullah).
Dengan demikian pengertiannya umum mencakup makna itu semua, sebagaimana dikatakan oleh Al-Jauhari dalam Ash-Shihah: ”Jibt adalah kata-kata yang dapat digunakan untuk berhala, tukang ramal, tukang sihir dan sejenisnya…”
Imam Ahmad meriwayatkan: dari Qathan bin Qabishah, dari bapaknya (Qabishah) bahwa ia telah mendengar Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
إن العيافة والطرق والطيرة من الجبت قال عوف العيافة زجر الطير والطرق الخط يخط في الأرض والجبت قال الحسن إنه الشيطان
“Iyafah, tharq dan thiyarah adalah termasuk jibt.” ‘Auf menafsiri hadits ini dengan mengatakan: “Ifayah: meramal nasib dengan menerbangkan burung; dan tharq: meramal nasib dengan membuat garis di atas tanah.” Adapun jibt, tafsirannya menurut Al-Hassan: “Ialah suara syaitan.”
Dan Iqrimah berpendapat’
وقال عكرمة الجبت بلسان الحبشة شيطان والطاغوت الكاهن
“al-jibt adalah suara jahat setan sedangkan thagut adalah para dukun”
Dari ke-tiga padanan kata setan tersebut, ada benang merah yang sangat jelas untuk dikaji lebih mendalam bahwa makar atau konspirasi setan itu sangat berhubungan erat dengan peran ketiganya yakni iblis, thaghut, jibt. Namun siapakah yang memegang peran sentral sebagai aktor intelektual dari makar itu sendiri apalagi dalam tingkat global ?
Maka Iblislah sebagai aktor intelektual makar itu sebagaimana yang tersurat dalam ayat 39 surat al-Hijr, maka dari sini kita dapat memahami bahwa “dapur” atau “Kantor Pusat” konspirasi global itu berada di alam “gaib” yakni di dunia jin yang kemudian di transformasikan ke dunia manusia melewati proses pewahyuan (al-An’am 6:112) dari jin kepada manusia dengan beragam bentuk baik melembaga atau tidak, bersistem atau tidak, baik yang disadari maupun tidak, baik yang berlabel tradisional maupun modern. Yang semuanya kadang luput dari pandangan umumnya orang apalagi orang yang tidak percaya terhadap keterlibatan jin dalam kehidupan manusia. Padahal sangat jelas baik dalam al-Qur’an dan hadits hal ini terjadi.
قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي لأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الأَرْضِ وَلأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ
Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, (al-Hijr 15:39)
َيَوْمَ يِحْشُرُهُمْ جَمِيعاً يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ قَدِ اسْتَكْثَرْتُم مِّنَ الإِنسِ
Dan (ingatlah) hari di waktu Allah menghimpunkan mereka semuanya, (dan Allah berfirman): "Hai golongan jin (syaitan), sesungguhnya kamu telah banyak (menyesatkan) manusia", (al-An’am 6:128)
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نِبِيٍّ عَدُوّاً شَيَاطِينَ الإِنسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُوراً
Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). (al-An’am :112)
عَنْ جَابِرٍ قَالَ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ عَرْشَ إِبْلِيسَ عَلَى الْبَحْرِ فَيَبْعَثُ سَرَايَاهُ فَيَفْتِنُونَ النَّاسَ فَأَعْظَمُهُمْ عِنْدَهُ أَعْظَمُهُمْ فِتْنَةً
Dari Jabir dia berkata saya mendengar Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda sesungguhnya kerajaan Iblis itu diatas laut, kemudia dia mengutus pasukannya (balatentara) dan mereka membuat fitnah pada manusia, dan barang siapa yang dapat membuat fitnah terbesar maka dia mendapat kedudukan luhur diantara mereka (H.R Muslim:5031)
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَرْشُ إِبْلِيسَ عَلَى الْبَحْرِ يَبْعَثُ سَرَايَاهُ فِي كُلِّ يَوْمٍ يَفْتِنُونَ النَّاسَ فَأَعْظَمُهُمْ عِنْدَهُ مَنْزِلَةً أَعْظَمُهُمْ فِتْنَةً لِلنَّاسِ
Dari Jabir ibn Abdullah berkata : Sesungguhnya Rasulullah bersabda : Singgasana Iblis ada di laut, dia mengirim balatentaranya setiap hari untuk membuat bencana kepada manusia, kedudukan yang tertinggi diantara mereka ialah yang paling besar membuat bencana bangi manusia (H.R Ahmad)
عَنْ جَابِرٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ إِبْلِيسَ يَضَعُ عَرْشَهُ عَلَى الْمَاءِ ثُمَّ يَبْعَثُ سَرَايَاهُ فَأَدْنَاهُمْ مِنْهُ مَنْزِلَةً أَعْظَمُهُمْ فِتْنَةً يَجِيءُ أَحَدُهُمْ فَيَقُولُ فَعَلْتُ كَذَا وَكَذَا فَيَقُولُ مَا صَنَعْتَ شَيْئًا قَالَ ثُمَّ يَجِيءُ أَحَدُهُمْ فَيَقُولُ مَا تَرَكْتُهُ حَتَّى فَرَّقْتُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ امْرَأَتِهِ قَالَ فَيُدْنِيهِ مِنْهُ وَيَقُولُ نِعْمَ أَنْتَ قَالَ الْأَعْمَشُ أُرَاهُ قَالَ فَيَلْتَزِمُهُ
Dari Jabir berkata , sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: ”sesungguhnya Iblis membangun kerajaanya diatas air, kemudian dia mengirim balatentaranya, yang paling tinggi kedudukan diantara mereka adalah yang paling besar membuat fitnah (bagi manusia), kemudian datang salah seorang dari mereka dan melaporkan pekerjaanya;” aku telah melakukan begini, dan begini ! maka Iblis berkata :” kamu tidak berbuat sesuatu”, kemudian datang yang lainnya dan berkata :”aku tidak meninggalkannya (manusia) sebelum aku membuat provokasi antara seseorang dengan istrinya. “dia berkata; “sampai dia menjauh dari padanya”. Maka Iblis berkata: “hebat kamu”! (H.R Muslim 5032)
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ إِبْلِيسَ قَالَ لِرَبِّهِ بِعِزَّتِكَ وَجَلَالِكَ لَا أَبْرَحُ أُغْوِي بَنِي آدَمَ مَا دَامَتْ الْأَرْوَاحُ فِيهِمْ فَقَالَ اللَّهُ فَبِعِزَّتِي وَجَلَالِي لَا أَبْرَحُ أَغْفِرُ لَهُمْ مَا اسْتَغْفَرُونِي
Dari Abu said Al-Hudriyi berkata , saya mendengar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: “Sesungguhnya Iblis memohon kepada Tuhannya (Allah) demi keagungan-Mu dan Kekuatan-Mu, aku pasti akan menyesatkan anak cucu Adam sepanjang mereka memiliki ruh, maka Allah berfirman demi Keagungan-Ku dan Kekuatan-Ku, Aku akan mengampuni mereka sepanjang mereka meminta ampun pada-Ku (H.R Ahmad 10814)
Allah Subhanahu wa Ta'ala telah jauh-jauh hari memperingatkan kepada manusia khususnya kepada Adam tentang kedudukan Iblis (jin) bagi manusia dia adalah aduwun kabir (musuh besar) yang senantiasa akan menyeret manusia keluar dari jalan yang benar (20:117). Lebihnya efek dari konspirasi itu menjadikan manusia dengan manusia saling bermusuhan di dunia yang tiada henti padahal sebelumnya mereka bersatu padu (2:36,20:123,7:24)
فَقُلْنَا يَا آدَمُ إِنَّ هَذَا عَدُوٌّ لَّكَ وَلِزَوْجِكَ فَلَا يُخْرِجَنَّكُمَا مِنَ الْجَنَّةِ فَتَشْقَى
Maka kami berkata: "Hai Adam, sesungguhnya ini (iblis) adalah musuh bagimu dan bagi istrimu, maka sekali-kali janganlah sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari surga, yang menyebabkan kamu menjadi celaka.(Thaha 20:117)
فَأَزَلَّهُمَا الشَّيْطَانُ عَنْهَا فَأَخْرَجَهُمَا مِمَّا كَانَا فِيهِ وَقُلْنَا اهْبِطُواْ بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ وَلَكُمْ فِي الأَرْضِ مُسْتَقَرٌّ وَمَتَاعٌ إِلَى حِينٍ
Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan". (Al-Baqarah 2:36)
Dari ayat-ayat di atas, jelas program utama iblis dan bala tentaranya baik dari golongan jin maupun manusia dalam menyesatkan manusia adalah menipu manusia atau dalam istilah lain “cuci otak” (Brainwashing). Dalam “mega Proyek” iblis ini keberhasilannya ditunjang dengan peran thaghut dan jibt. Inilah episode yang selalu berputar disetiap masa dan tempat hingga saat ini.
Brainwashing sendiri berarti;
1. Indoktrinasi secara paksa, Intensif, , biasanya politik atau agama, bertujuan untuk merusak dasar keyakinan seseoramg dan pendiriannya serta menggantikannya dengan seperangkat keyakinan yang lain.
2. Mengaplikasikan kepercayaan (bujuk rayu ) dengan cara terpusatkan, seperti kampanye sebuah iklan atau sugesti yang diulang-ulang , dalam rangka untuk membentuk keyakinan tertentu atau motivasi.
Inilah proyek yang sedang berjalan khususnya yang ditujukan kepada umat Islam. Yaitu berupa langkah-langkah sangat strategis, untuk menghancurkan bangunan umat yang megah dan mulia dalam hal pikirannya, jiwanya, akhlaknya, maupun sejarahnya, mereka menempuh tiga langkah yang membahayakan, yaitu:
1. Mengosongkan pikiran, hati, dan jiwa generasi muda Islam dari pikiran-pikiran Islami, dan dari akhlak Islami, serta mencabut semua pengaruhnya.
2. Mengisi pikiran, hati dan jiwa mereka yang telah kosong dengan ide-ide dan pemikiran yang penuh kebohongan dan kepalsuan, agar dapat melayani kehendak dan kemauan musuh dan untuk menghancurkan eksistensi umat Islam.
3. Mengerahkan pasukan yang mereka ciptakan untuk merobohkan sendi-sendi bangunan umat, memerangi pikiran dan aqidahnya, atau akhlak dan jalan hidupnya, serta memutarbalikkan sejarah serta keagungan Islam dan umatnya.
Tengok saja pernyataan seorang orentalis di dalam buku "Memerangi Dunia Islam" karya orientalis Shatly, disebutkan:
"...Bila Anda ingin memerangi Islam, mematahkan kekuatannya, dan merusak aqidah yang merupakan unsur utama kekuatan dan kemuliaan kaum muslimin di dunia, maka Anda. harus mengerahkan upaya dan sasaran perjuangan Anda untuk merusak jiwa generasi muda Islam dan kaum muslimin dengan membunuh perasaan bangga mereka terhadap sejarah masa lalunya dan kitab sucinya, Al Qur'an. Kemudian palingkan mereka dari semua itu dengan menyebarluaskan kebudayaan, peradaban, dan sejarah Anda. Sebarkan paham serba boleh (ibahiyyah/permisivisme) dan perbanyak sarana perusak moral. Kalau kita menjumpai orang-orang yang lengah di antara mereka dan hidup bersahaja, maka sudah cukuplah kiranya hal itu bagi kita, sebab untuk merusak suatu pohon kita harus memotong ranting-rantingnya lebih dahulu ...." (Wasiat Pertama, hal. 264).
Tengok pula dalam Dalam buku "Kehidupan Rahasia Laurens" disebutkan bahwa dalam laporannya kepada tuan-tuan tanah Britania pada bulan Januari 1916, Kolonel Laurens mengatakan:
"Sasaran kita yang utama ialah memecah-belah persatuan umat Islam dengan menghancurkan dan memporak-porandakan Daulah Utsmaniyyah. Kita pun harus tahu bagaimana memperlakukan bangsa-bangsa Arab agar mereka senantiasa hidup dengan permainan politik yang kotor dalam negara-negara kecil yang terpecah-pecah saling mendengki dan membelakangi satu sama lain, sehingga tidak mungkin bersatu. "
Untuk mencapai keberhasilannya maka langkah yang paling efesien yakni melakukan propaganda. Propaganda adalah merupakan upaya sistematik yang secara sengaja dilakukan dalam rangka membentuk persepsi, memanipulasi atau menyelewengkan kesadaran atau pengertian yang secara langsung mempola akhlak dan tingkah laku orang banyak dalam rangka memperoleh reaksi atau tanggapan, yang selanjutnya dapat memenuhi sasaran sesuai dengan maksud -maksud yang dikehendaki oleh para pelaku propaganda
Inilah yang mesti kita cermati saat ini dalam rangka menghindari dari jerat-jerat iblis, maka langkah awal yakni dengan membangun al-wa’yu (kesadaran diri ) yaitu Sebuah kekuatan daya pikir yang memiliki persepsi eksistensi yang mampu untuk memilah, menyeleksi, mengkritisi, menganalisa dan mengetahui kebenaran melalui syarat-syarat sebuah realita dan kejadian-kejadian yang berlangsung di dalamnya. Karena kesadaran memiliki kemampuan untuk melihat masa depan dan merasakannya dengan perasaan yang masih samar atau meyakininya dengan keyakinan yang masih samar.
Kalau begitu, ? so ! kita mulai membangun kesadaran !!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar