Informasi di Balik Materi dan Lauhul Mahfuzh
Oleh : Harun Yahya
Informasi… Konsep ini di masa sekarang memiliki makna yang jauh lebih berarti dibandingkan setengah abad yang lalu sekalipun. Para ilmuwan merumuskan sejumlah teori untuk mengartikan istilah informasi. Para ilmuwan sosial berbicara tentang “abad informasi”. Informasi kini tengah menjadi konsep yang amat penting bagi umat manusia.
Penemuan informasi tentang asal-usul alam semesta dan kehidupan itu sendiri lah yang menjadikan konsep informasi ini menjadi begitu penting di dunia modern ini. Kalangan ilmuwan kini menyadari bahwa jagat raya terbentuk dari “ materi, energi dan informasi ,” dan penemuan ini telah menggantikan filsafat materialistik abad ke-19 yang menyatakan bahwa alam semesta keseluruhannya terdiri dari “ materi dan energi ” saja.
Lalu, Apa Arti Dari Semua Ini?
Kami akan jelaskan melalui sebuah contoh, yakni DNA. Semua sel hidup berfungsi berdasarkan informasi genetis yang terkodekan pada struktur rantai heliks ganda DNA. Tubuh kita juga tersusun atas trilyunan sel yang masing-masingnya memiliki DNA tersendiri, dan semua fungsi tubuh kita terekam dalam molekul raksasa ini. Sel-sel kita menggunakan kode-kode protein yang tertuliskan pada DNA untuk memproduksi protein-protein baru . Informasi yang dimiliki DNA kita sungguh berkapasitas sangat besar sehingga jika anda ingin menuliskannya, maka ini akan memakan tempat 900 jilid ensiklopedia, dari halaman awal hingga akhir!
Jadi tersusun dari apakah DNA ? Lima puluh tahun yang lalu, para ilmuwan akan menjawab bahwa DNA terdiri atas asam-asam inti yang dinamakan nukleotida dan beragam ikatan kimia yang mengikat erat nukleotida-nukleotida ini. Dengan kata lain, mereka terbiasa menjawabnya dengan menyebutkan hanya unsur-unsur materi dari DNA. Namun kini, para ilmuwan memiliki sebuah jawaban yang berbeda . DNA tersusun atas atom, molekul, ikatan kimia dan, yang paling penting, informasi.
Persis sebagaimana sebuah buku. Kita akan sangat keliru jika mengatakan bahwa sebuah buku hanya tersusun atas kertas, tinta dan jilidan buku; sebab selain ketiga unsur materi ini, adalah informasi yang benar-benar menjadikannya sebuah buku. Informasi lah yang membedakan satu jilid Encyclopedia Britannica dari sekedar sebuah “buku” yang terbentuk dari penyusunan acak huruf-huruf seperti ABICLDIXXGGSDLL. Keduanya memiliki kertas, tinta dan jilidan, tapi yang satu memiliki informasi sedangkan yang kedua tidak memilikinya. Sumber informasi ini adalah penulis buku tersebut, suatu kecerdasan yang memiliki kesadaran. Karenanya, kita tidak dapat mengingkari bahwa informasi dalam DNA telah ditempatkan oleh sesuatu yang memiliki kecerdasan.
Informasi, Tembok Penghalang Bagi Teori Evolusi dan Materialisme
The discovery of this fact has sent materialist philosophy and Darwinism, its application to the natural sciences, into a dead end, because materialist philosophy claims that all living things are formed by matter alone and that genetic information appeared somehow by "chance." This is like saying that a book could be formed from a random assemblage of paper and ink.
Penemuan fakta ini telah menempatkan filsafat materialis dan Darwinisme, yakni penerapan paham materialisme ini pada ilmu alam, di hadapan tembok penghalang besar. Sebab, filsafat materialis menyatakan bahwa semua makhluk hidup hanya tersusun atas materi dan bahwa informasi genetis muncul menjadi ada melalui mekanisme tertentu secara “kebetulan”. Hal ini sebagaimana pernyataan bahwa sebuah buku dapat terbentuk melalui penyusunan kertas dan tinta secara serampangan, acak atau tanpa disengaja.
Materialisme berpijak pada teori “reduksionisme,” yang menyatakan bahwa informasi pada akhirnya dapat direduksi atau disederhanakan menjadi materi. Karena alasan ini, kalangan materialis berkata bahwa tidak ada perlunya mencari sumber informasi di luar materi. Akan tetapi pernyataan ini telah terbukti keliru, dan bahkan kalangan materialis telah mulai mengakui kebenaran ini.
Salah satu pendukung terkemuka teori evolusi, George C. Williams, mengemukakan dalam sebuah tulisannya di tahun 1995 tentang kesalahan materialisme (reduksionisme) yang beranggapan bahwa segala sesuatu terdiri atas materi:
Kalangan ahli biologi evolusionis hingga kini tidak menyadari bahwa mereka bekerja dengan dua bidang yang sedikit banyak berbeda: yakni bidang informasi dan bidang materi… Dua bidang ini tidak akan pernah bertemu pada satu pengertian yang biasanya disebut dengan istilah “reduksionisme” … Gen adalah satu paket informasi, dan bukan sebuah benda.. . Dalam biologi, ketika anda berbicara tentang masalah-masalah seperti gen, genotip dan perbendaharaan gen (gene pools), anda berbicara tentang informasi, bukan realitas fisik kebendaannya… Kurangnya kata-kata yang sama dan semakna yang dapat digunakan untuk menjelaskan keduanya ini menjadikan materi dan informasi berada pada dunia yang berbeda, yang harus dibahas secara terpisah, dan dengan menggunakan istilah mereka masing-masing. 1
Stephen C. Meyer, seorang filsuf ilmu pengetahuan dari Cambridge University dan termasuk yang mengkritisi teori evolusi serta materialisme, mengatakan dalam sebuah wawancara:
Satu hal yang saya lakukan di perkuliahan untuk memahamkan gagasan ini kepada para mahasiswa adalah: saya pegang dua disket komputer. Satu disket ini berisikan software (=informasi), sedangkan yang satunya lagi kosong. Lalu saya bertanya, “Apakah perbedaan berat di antara dua disket komputer ini akibat perbedaan isi informasi yang mereka punyai?” Dan tentu saja jawabannya adalah nol, tidak berbeda, tidak ada perbedaan akibat keberadaan informasi di salah satu disket. Hal ini dikarenakan informasi adalah kuantitas yang tidak memiliki berat. Informasi bukanlah suatu keberadaan materi .
Jika demikian, bagaimanakan penjelasan materialis menjelaskan asal-usulnya? Bagaimanakah penyebab yang bersifat materi dapat menjelaskan asal-muasalnya?… Hal ini memunculkan hambatan yang cukup mendasar bagi skenario materialistik evolusionis.
Di abad ke-19, kita berkeyakinan bahwa terdapat dua keberadaan dasar dalam ilmu pengetahuan: Materi dan Energi . Di awal abad ke-21, kita kini mengakui bahwa terdapat keberadaan dasar yang ketiga, dan ini adalah informasi . Informasi tidak dapat direduksi atau disederhanakan menjadi materi, tidak pula menjadi energi. 2
Semua teori yang dikemukakan di abad kedua puluh untuk menyederhanakan informasi menjadi materi – sebagaimana teori asal-usul kehidupan secara acak, pengaturan materi secara mandiri, teori evolusi dalam biologi yang berusaha menjelaskan informasi genetis spesies melalui mekanisme mutasi dan seleksi alam – telah gagal. Profesor Phillip Johnson, pengritik terkemuka Darwinisme, menulis:
Kualitas yang sesungguhnya ada pada setiap tingkatan dalam biologi adalah dualitas materi dan informasi. Kalangan filsuf akal-ilmu pengetahuan tidak mampu memahami sifat asli informasi dikarenakan mereka beranggapan bahwa informasi ini dihasilkan oleh sebuah proses materi (yakni. sebagaimana konsep Darwin) dan, karenanya, secara mendasar tidak berbeda dengan materi. Tapi ini hanyalah prasangka yang akan terhapuskan dengan pemikiran yang jujur. 3
As Johnson states, " information is not matter, although it is imprinted on matter. It comes from elsewhere, from an intelligence.... " Dr. Werner Gitt, a director and professor at the German Federal Institute of Physics and Technology, expressed much the same thought:
Sebagaimana pernyataan Johnson, “ informasi bukanlah materi, meskipun informasi ini tercetak pada materi. Informasi ini berasal dari suatu tempat lain, dari suatu kecerdasan… ” Dr. Werner Gitt, direktur dan profesor pada German Federal Institute of Physics and Technology, mengungkapkan pemikiran yang hampir sama:
Sistem pengkodean senantiasa memerlukan proses kecerdasan non-materi. Materi yang bersifat fisik tidak dapat menghasilkan kode informasi. Semua pengalaman menunjukkan bahwa tiap-tiap informasi kreatif menunjukkan keberadaan usaha mental dan dapat dirunut hingga ke sang pemberi gagasan yang menggunakan kehendak bebasnya sendiri, dan yang memiliki akal yang cerdas… Tidak ada hukum alam yang pernah diketahui, tidak pula proses, tidak pula urutan peristiwa yang pernah diketahui yang dapat menyebabkan informasi muncul dengan sendirinya pada materi… 4
Sebagaimana telah kita perbincangkan di atas, sebuah buku terbentuk dari kertas, tinta dan informasi yang dikandungnya. Sumber informasi ini adalah kecerdasan sang penulis.
Dan ada satu lagi hal penting. Kecerdasan ini ada sebelum keberadaan unsur-unsur materi dan kecerdasan inilah yang menentukan bagaimana menggunakan unsur-unsur materi tersebut. Sebuah buku pertama kali muncul dalam benak seseorang yang akan menulis buku tersebut. Sang penulis menggunakan perangkaian logis dan dengannya menghasilkan kalimat-kalimat. Kemudian, di tahap kedua, ia mewujudkan gagasan ini menjadi bentuk materi. Dengan menggunakan mesin ketik ata komputer, ia mengubah informasi yang ada dalam otaknya menjadi huruf-huruf. Setelah itu, huruf-huruf ini sampai kepada tempat percetakan dan membentuk sebuah buku.
Sampai di sini, kita telah sampai pada kesimpulan berikut: “Jika materi mengandung informasi, maka materi ini telah dirangkai sebelumnya oleh sebuah kecerdasan yang memiliki informasi tersebut. Pertama, terdapat sebuah kecerdasan. Kemudian pemilik kecerdasan ini mengubah informasi tersebut menjadi materi, dan, dengan demikian, menciptakan sebuah desain.”
Kecerdasan Yang Ada Sebelum Keberadaan Materi
Demikianlah, sumber informasi di alam tidak mungkin materi itu sendiri, sebagaimana pernyataan kaum materialis. Sumber informasi bukanlah materi, akan tetapi sebuah Kecerdasan di luar materi. Kecerdasan ini telah ada sebelum keberadaan materi. Kecerdasan ini menciptakan, membentuk dan menyusun keseluruhan alam semesta yang bersifat materi ini.
Biology isn't the only branch of science leading us to this conclusion. Twentieth century astronomy and physics also demonstrated the existence of an astonishing harmony and design, pointing to the existence of a Mind that existed before the universe and created it.
Biologi bukanlah satu-satunya cabang ilmu pengetahuan yang menghantarkan kita pada kesimpulan ini. Astronomi dan fisika abad kedua puluh juga membuktikan adanya keselarasan, keseimbangan dan rancangan menakjubkan di alam. Dan ini mengarahkan pada kesimpulan adanya suatu Kecerdasan yang telah ada sebelum keberadaan jagat raya, dan Dialah yang telah menciptakannya.
Ilmuwan Israel, Gerald Schroeder, yang telah mempelajari fisika dan biologi di sejumlah universitas seperti Massachusetts Institute of Technology (MIT), sekaligus pengarang buku The Science of God (Ilmu Pengetahuan Tuhan) , membuat sejumlah pernyataan penting tentang hal ini. Dalam buku barunya yang berjudul The Hidden Face of God: Science Reveals the Ultimate Truth (Wajah Tersembunyi Tuhan: Ilmu Pengetahuan Mengungkap Kebenaran Hakiki) , ia menjelaskan kesimpulan yang dicapai oleh biologi molekuler dan fisika quantum sebagaimana berikut:
Suatu kecerdasan tunggal, kearifan universal, melingkupi alam semesta . Sejumlah penemuan oleh ilmu pengetahuan, yang mengkaji tentang sifat quantum dari materi-materi pembentuk atom (sub-atomik), telah membawa kita sangat dekat kepada pemahaman yang mengejutkan: seluruh keberadaan merupakan perwujudan dari kearifan ini . Di laboratorium kita merasakannya dalam bentuk informasi yang pertama-tama terwujudkan secara fisik dalam bentuk energi, dan kemudian terpadatkan menjadi bentuk materi. Setiap partikel, setiap wujud, dari atom hingga manusia, tampak mewakili satu tingkatan informasi, satu tingkatan kearifan. 5
Menurut Schroeder, temuan-temuan ilmiah di zaman kita mengarah pada pertemuan antara ilmu pengetahuandan agama pada satu kebenaran yang sama, yakni kebenaran Penciptaan. Ilmu pengetahuan kini tengah menemukan kembali kebenaran ini, yang sebenarnya telah diajarkan agama-agama wahyu kepada manusia selama berabad-abad.
Lauhul Mahfuzh (Kitab Yang Terpelihara)
Sejauh ini, kita telah menyaksikan kesimpulan ilmu pengetahuan tentang alam semesta dan asal-usul makhluk hidup. Kesimpulan ini adalah bahwa keseluruhan alam semesta dan kehidupan itu sendiri diciptakan dengan menggunakan cetak biru informasi yang telah ada sebelumnya.
Kesimpulan yang dicapai ilmu pengetahuan modern ini sungguh sangat bersesuaian dengan fakta tersembunyi yang tercantum dalam Alquran sekitar 14 abad yang lalu. Dalam Alquran, Kitab yang diturunkan kepada manusia sebagai Petunjuk, Allah menyatakan bahwa Lauhul Mahfuzh (Kitab yang terpelihara) telah ada sebelum penciptaan jagat raya. Selain itu, Lauhul Mahfuzh juga berisi informasi yang menjelaskan seluruh penciptaan dan peristiwa di alam semesta.
Lauhul Mahfuzh berarti “terpelihara” (mahfuzh), jadi segala sesuatu yang tertulis di dalamnya tidak berubah atau rusak. Dalam Alquran, ini disebut sebagai “Ummul Kitaab” (Induk Kitab), “Kitaabun Hafiidz” (Kitab Yang Memelihara atau Mencatat), “Kitaabun Maknuun” (Kitab Yang Terpelihara) atau sebagai Kitab saja. Lauhul Mahfuzh juga disebut sebagai Kitaabun Min Qabli (Kitab Ketetapan) karena mengisahkan tentang berbagai peristiwa yang akan dialami umat manusia.
Dalam banyak ayat, Allah menyatakan tentang sifat-sifat Lauhul Mahfuzh. Sifat yang pertama adalah bahwa tidak ada yang tertinggal atau terlupakan dari kitab ini:
Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang ada di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daupun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir bijipun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauhul Mahfuzh). (QS. Al An'aam, 6:59)
Sebuah ayat menyatakan bahwa seluruh kehidupan di dunia ini tercatat dalam Lauhul Mahfuzh:
Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat-umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatupun di dalam Al Kitab , kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan. (QS. Al An'aam, 6:38)
Di ayat yang lain, dinyatakan bahwa “di bumi ataupun di langit”, di keseluruhan alam semesta, semua makhluk dan benda, termasuk benda sebesar zarrah (atom) sekalipun, diketahui oleh Allah dan tercatat dalam Lauhul Mahfuzh:
Kami tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Alquran dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya. Tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biarpun seeasr zarrah (atom) di bumi ataupun di langit. Tidak ada yang lebih kecil dan tidak (pula) yang lebi besar dari itu, melainkan (semua tercatat) dalam kitab yang nyata (Lauhul Mahfuzh). (QS. Yunus, 10:61)
Segala informasi tentang umat manusia ada dalam Lauhul Mahfuzh, dan ini meliputi kode genetis dari semua manusia dan nasib mereka:
(Mereka tidak menerimanya) bahkan mereka tercengang karena telah datang kepada mereka seorang pemberi peringatan dari (kalangan) mereka sendiri, maka berkatalah orang-orang kafir: “Ini adalah suatu yang amat ajaib”. Apakah kami setelah mati dan setelah menjadi tanah (kami akan kembali lagi)?, itu adalah suatu pengembalian yang tidak mungkin. Sesungguhnya Kami telah mengetahui apa yang dihancurkan oleh bumi dari (tubuh-tubuh) mereka, dan pada sisi Kamipun ada kitab yang memelihara (mencatat) . (QS. Qaaf, 50:2-4)
Ayat berikut ini menyatakan bahwa kalimat Allah di dalam Lauhul Mahfuzh tidak akan ada habisnya, dan hal ini dijelaskan melalui perumpamaan:
Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. Luqman, 31:27)
Kesimpulan
Fakta-fakta yang telah kami paparkan dalam tulisan ini membuktikan sekali lagi bahwa berbagai penemuan ilmiah modern menegaskan apa yang diajarkan agama kepada umat manusia. Keyakinan buta kaum materialis yang telah dipaksakan ke dalam ilmu pengetahuan ternyata malah ditolak oleh ilmu pengetahuan itu sendiri.
Sejumlah kesimpulan ilmu pengetahuan modern tentang “informasi” berperan untuk membuktikan secara obyektif siapakah yang benar dalam perseteruan yang telah berlangsung selama ribuan tahun. Perselisihan ini telah terjadi antara paham materialis dan agama. Pemikiran materialis menyatakan bahwa materi tidak memiliki permulaan dan tidak ada sesuatu pun yang ada sebelum materi. Sebaliknya, agama menyatakan bahwa Tuhan ada sebelum keberadaan materi, dan bahwa materi diciptakan dan diatur berdasarkan ilmu Allah yang tak terbatas.
The fact that this truth, which has been taught by divine religions - like Judaism, Christianity and Islam - since the dawn of history, has been proved by the findings of science, is an indication of the impending post-atheist age. Humanity is getting closer to realizing that God truly exists and He is the "All-Knowing." Just as reminded to people in the following verse of the Holy Qur'an:
Fakta bahwa kebenaran ini, yang telah diajarkan oleh agama-agama wahyu – seperti Yahudi, Nasrani dan Islam – sejak permulaan sejarah, telah dibuktikan oleh berbagai penemuan ilmiah, merupakan petunjuk bagi masa berakhirnya atheis yang sebentar lagi tiba. Umat manusia semakin mendekat pada pemahaman bahwa Allah benar-benar ada dan Dialah yang “Maha Mengetahui.” Hal ini sebagaimana pernyataan Alquran kepada umat manusia dalam ayat berikut:
"Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi?; bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (Lauhul Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah." (QS. Al Hajj, 22:70)
( 1 ) George C. Williams. The Third Culture: Beyond the Scientific Revolution. (ed. John Brockman). New York, Simon & Schuster, 1995, pp. 42-43
( 2 ) Stephen Meyer, "Why Can't Biological Information Originate Through a Materialistic Process", Unlocking the Mystery of Life, DVD, Produced by Illustra Media, 2002
( 3 ) Phillip Johnson, The Wedge of Truth: Splitting the Foundations of Naturalism , Intervarsity Press, Illinois, 2000, p. 123
( 4 ) Werner Gitt. In the Beginning Was Information. CLV, Bielefeld, Germany, pp. 107, 141
( 5 ) Gerald Schroeder, The Hidden Face of God, Touchstone, New York, 2001, p. xi
Original source : © Harun Yahya Internasional 2003.
Hak Cipta Terpelihara. Semua materi dapat disalin, dicetak dan disebarkan dengan mencantumkan sumber situs harunyahya. info@harunyahya.com
Senin, 17 Mei 2010
"Para Penemu Muslim yang Mengubah Dunia"
"Para Penemu Muslim yang Mengubah Dunia"
` Dari kopi hingga cek dan tata cara makan, dunia Islam telah menyumbangkan berbagai penemuan yang kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Berikut ini 20 penemuan_paling_berpengaruh:
1. Cerita bermula ketika seorang Arab bernama Khalid sedang menggembalakan kambing di wilayah Kaffa di Ethiopia Selatan, dan dia memperhatikan kambing-kambingnya menjadi lebih bersemangat setelah memakan buah sejenis beri. Khalid merebus buah beri tersebut untuk membuat kopi pertama. Catatan pertama tentang kopi adalah ekspor dari Ethiopia ke Yaman di mana para sufi meminumnya jika mereka harus terjaga semalam suntuk untuk memanjatkan doa pada acara-acara tertentu. Di akhir abad ke-15 kopi tiba di Mekah dan Turki, lalu ke Venesia pada tahun 1645. Kopi kemudian dibawa ke Inggris pada tahun 1650 oleh seorang warga Turki bernama Pasqua Rosee yang membuka kedai kopi pertama di Lombard Street di London. Kata kopi berasal dari Bahasa Arab qahwa, dalam Bahasa Turki disebut kahve, di Italia disebut caffe dan Bahasa Inggris coffee.
2. Orang Yunani kuno percaya bahwa mata kita memancarkan sinar, seperti laser, yang membuat kita dapat melihat. Orang pertama yang menyadari bahwa sinar memasuki mata, bukannya keluar dari mata, adalah seorang ahli fisika, astronomi dan matematika Muslim di abad ke-10, Ibn al-Haitham. Beliau menciptakan kamera lubang-jarum pertama setelah mengamati bagaimana sinar menembus melalui lubang di penutup jendela. Beliau menemukan bahwa semakin kecil lubang, semakin jelas gambar yang dihasilkan. Beliau lalu menciptakan kamera Obscura pertama (dari bahasa Arab qamara yang artinya kamar gelap dan pribadi). Ibn al-Haitham juga orang pertama yang mengubah fisika dari kegiatan filosofis menjadi aktivitas eksperimental.
3. Permainan sejenis catur mula-mula dimainkan di India kuno, namun dikembangkan di Persia hingga menjadi bentuk seperti yang kita kenal sekarang. Dari Persia, catur menyebar ke arah barat ke Eropa ketika diperkenalkan oleh bangsa Moor di Spanyol pada abad ke-10, lalu ke arah timur hingga ke Jepang. Asal kata rook (bidak benteng dalam permainan catur) adalah rukh dalam bahasa Persia yang berarti kereta perang.
4. Seribu tahun sebelum lahir Wright bersaudara, seorang insinyur, musisi, penyair dan ahli astronomi bernama Abbas ibn Firnas telah beberapa kali mencoba menciptakan mesin yang dapat terbang. Pada tahun 852 dia melompat dari menara Masjid Agung Cordoba menggunakan jubah yang diberi rangka kayu, berharap dapat meluncur seperti seekor burung. Saat itu dia gagal. Namun jubah itu mampu memperlambat jatuhnya, merupakan parasut pertama di dunia, sehingga dia hanya terluka ringan. Di tahun 875, dalam usia 70 tahun, setelah menyempurnakan sebuah mesin yang terbuat dari sutera dan bulu elang, dia mencoba lagi, kali ini melompat dari sebuah gunung. Beliau berhasil terbang pada ketinggian cukup selama sepuluh menit, tetapi kemudian terhempas – dan menyimpulkan ini terjadi karena beliau tidak memasang ekor pada mesinnya. Bandara internasional di Baghdad dan sebuah kawah di bulan dinamai dengan namanya.
5. Mandi dan membersihkan diri adalah kebutuhan religius bagi Muslim, sehingga barangkali itulah sebabnya mereka yang menyempurnakan formula sabun yang kita pakai sampai sekarang. Bangsa Mesir kuno telah mempunyai sejenis sabun, seperti juga bangsa Romawi kuno yang menggunakannya lebih sebagai minyak rambut. Namun bangsa Arablah yang mengkombinasikan minyak tumbuhan dengan sodium hidroksida dan pewangi seperti minyak thyme. Salah satu karakter pasukan Kristen dalam Perang Salib, menurut hidung bangsa Arab, adalah mereka tidak pernah mandi. Sampo diperkenalkan di Inggris oleh seorang Muslim yang membuka Pemandian Mahomed’s Indian Vapour Baths di Brighton di tahun 1759 dan menjadi Ahli Sampo bagi Raja George IV dan William IV.
6. Distilasi, cara memisahkan benda cair melalui perbedaan titik didihnya, diciptakan sekitar tahun 800 oleh ilmuwan terkemuka Islam, Jabir ibn Hayyan, yang mengubah alkemi menjadi ilmu kimia, menemukan berbagai alat dan proses dasar yang masih kita gunakan hingga kini – pencairan (liquefaction), kristalisasi, distilasi, pemurnian, oksodasi, penguapan dan filtrasi. Selain itu, beliau menemukan asam nitrit dan asam sulfur, dan penyulingan yang membuat dunia mengenal air mawar, parfum dan cairan yang mengandung alkohol lainnya (meskipun meminumnya adalah haram menurut ajaran Islam). Ibn Hayyan menekankan pada eksperimen yang sistematik dan menjadi pendiri ilmu kimia modern.
7. Poros engkol adalah alat yang mengubah gerakan berputar menjadi gerakan linier dan menjadi inti berbagai mesin dalam dunia modern, setidaknya dalam mesin pembakaran internal. Salah satu penemuan mekanis terpenting dalam sejarah manusia ini diciptakan oleh insinyur Muslim bernama al-Jazari untuk mengangkat air untuk keperluan irigasi. Bukunya yang berjudul Kitab Pengetahuan tentang Alat-alat Mekanik menunjukkan bahwa beliau juga menciptakan dan menyempurnakan penggunaan katup dan piston, dan juga sebagai Bapak Robotika. Salah satu dari 50 penemuannya adalah kunci kombinasi.
8. Quilting adalah metode menjahit atau menyatukan dua lapis kain dengan menyisipkan lapisan penghangat di antaranya. Tidak terlalu jelas apakah ini ditemukan di dunia Muslim atau diimpor dari India atau Cina. Namun yang pasti quilting ini tiba di dunia Barat dibawa oleh pasukan Perang Salib. Mereka melihatnya dikenakan oleh prajurit Saracen, yang memakai kain quilt berisi jerami sebagai baju perang. Selain sebagai bentuk perlindungan, quilt juga terbukti menjadi alat penghangat yang efektif – sehingga menjadi industri rumahan di tempat beriklim lebih dingin seperti Inggris dan Belanda.
9. Bentuk lengkung meruncing yang menjadi karakteristik katedral Gothic di Eropa adalah penemuan yang berasal dari arsitektur Islam. Model seperti ini lebih kuat dari model lengkung membulat yang dipakai oleh Bangsa Romawi dan Normandia, sehingga memungkinkan membangun gedung yang lebih besar, lebih tinggi, lebih kompleks dan lebih megah. Penemuan yang diambil dari bangsa Muslim lainnya adalah lengkung bergerigi, jendela mawar dan teknik gedung berkubah. Puri-puri di Eropa juga mengadaptasi arsitektur Islam – dengan arrow slit (celah di tembok benteng di mana prajurit bisa mengarahkan panah tanpa terlihat), battlement (bentuk bergerigi di bagian atas benteng), barbican (menara benteng) dan parapet (tembok pertahanan rendah di sepanjang balkon). Menara dan benteng berbentuk persegi digantikan dengan bentuk melingkar yang membuatnya lebih mudah dipertahankan. Arsitek kastil Henry V adalah seorang Muslim.
10. Banyak peralatan bedah modern menggunakan desain yang
sama dengan yang diciptakan oleh ahli bedah Muslim abad ke-10 bernama al-Zahrawi. Skapel, gergaji tulang, tang dan gunting kecil untuk operasi mata dan banyak dari 200 ciptaannya digunakan dalam dunia bedah modern. Beliau juga menemukan bahwa catgut (benang untuk menjahit dalam pembedahan yang dibuat dari usus kambing atau hewan lainnya) dapat hancur secara alami (beliau menemukannya ketika melihat monyet peliharaannya memakan dawai kecapinya yang dibuat dari bahan sejenis) dan dapat pula digunakan sebagai kapsul obat-obatan. Di abad ke-13, seorang dokter Muslim bernama Ibn Nafis telah menjabarkan sirkulasi darah, 300 tahun sebelum William Harvey menemukannya. Dokter-dokter Muslim juga menemukan obat bius dari campuran opium dan alkohol dan menciptakan jarum berongga untuk menyedot katarak dari mata, suatu teknik yang masih digunakan hingga sekarang.
11. Kincir angin ditemukan pada tahun 634 bagi seorang kalifah Persia dan digunakan untuk memipil jagung dan mengangkat air untuk irigasi. Di gurun pasir nan luas di tanah Arab, ketika musim kering tiba, satu-satunya sumber tenaga adalah angin yang bertiup dengan kecepatan tetap dari satu arah selama berbulan-bulan. Kincir angin ini memiliki 6 atau 12 layar yang terbungkus kain atau daun kurma. Itu terjadi 500 tahun sebelum kincir angin pertama dibuat di Eropa.
12. Teknik inokulasi pertama bukan diciptakan oleh Jenner dan Pasteur melainkan ditemukan oleh dunia Muslim dan dibawa ke Eropa dari Turki oleh seorang istri duta besar Inggris untuk Istambul di tahun 1724. Anak-anak Turki telah divaksin untuk mencegah cacar yang mematikan, setidaknya 50 tahun sebelum dunia Barat melakukannya.
13. Pena diciptakan untuk Sultan Mesir di tahun 953 setelah beliau meminta alat tulis yang tidak menodai tangan dan pakaiannya. Pena menahan tinta dalam sebuah wadah, dan pada pena modern, mengalirkan tinta ke mata pena dengan kombinasi gaya gravitasi dan kapiler.
14. Sistem angka yang digunakan di seluruh dunia barangkali berasal dari India namun penulisan bilangan adalah berdasarkan model Arab dan pertama kali dicetak dalam karya matematikawan Muslim al-Khawarizmi dan al-Kindi sekitar tahun 825. Istilah aljabar (Inggris: algebra) berasal dari buku al-Khawarizmi, Al-Jabr wa-al-Muqabilah, yang hingga kini masih banyak dipakai. Karya para ilmuwan Muslim diimpor ke Eropa 300 kemudian oleh ahli matematika Italia Fibonacci. Algoritma dan banyak teori trigonometri lain berasal dari dunia Muslim. Penemuan al-Kindi mengenai analisis frekuensi menggantikan sistem pengkodean kuno dan menjadi dasar kriptologi modern.
15. Ali ibn Nafi, atau yang dikenal dengan julukan Ziryab (Burung Hitam) datang dari Irak ke Cordoba pada abad ke-9 dan membawa gaya makan yang terdiri dari tiga bagian, yaitu sup, diikuti dengan ikan atau daging, lalu buah-buahan dan kacang-kacangan. Beliau juga memperkenalkan gelas kristal (yang diciptakan oleh Abbas ibn Firnas setelah bereksperimen dengan batu kristal – lihat poin no 4).
16. Karpet dianggap sebagai bagian dari surga oleh kaum Muslim pada abad pertengahan, berkat teknik tenun yang maju, penemuan pewarna dari dunia kimia dan kepekaan yang tinggi terhadap pola dan ornamen yang menjadi dasar seni yang tidak hanya mewakili Islam. Sebelum karpet dari Arab dan Persia masuk ke Eropa, lantai rumah di sana biasanya terabaikan. Di Inggris, seperti ditulis oleh Erasmus, lantai mereka “kotor, kadang-kadang diperbaharui, namun sangat tidak sempurna hingga lapisan bawahnya tidak tersentuh, terkadang hingga 20 tahun, menjadi tempat pembuangan ludah, muntahan, air seni manusia dan anjing, tumpahan minuman, serpihan-serpihan ikan dan kotoran-kotoran lain yang tak layak disebutkan”. Tidak mengejutkan, karpet segera merebut hati mereka.
17. Cek moderen berasal dari bahasa Arab saqq, yaitu perjanjian tertulis untuk membayar setelah barang yang dikirimkan tiba, untuk menghindari hilangnya uang jika dibawa dalam perjalanan melintasi daerah yang berbahaya. Di abad ke-9, seorang saudagar Muslim dapat menguangkan cek di China dari rekeningnya di bank di Baghdad.
18. Pada abad ke-9, banyak ilmuwan Muslim percaya bahwa bumi berbentuk bulat. Buktinya adalah, menurut ahli astronomi Ibn Hazm, “karena posisi matahari selalu vertikal terhadap satu titik tertentu di bumi.” Itu terjadi 500 tahun sebelum kesadaran itu merasuki Galileo. Perhitungan oleh ahli astronomi Muslim sangat akurat sehingga di abad ke-9 mereka mengetahui bahwa keliling Bumi adalah 40.253,4 km – hanya selisih 200 km dari angka sesungguhnya. Ilmuwan al-Idrisi membawa globe untuk menggambarkan dunia ke pengadilan Raja Roger di Sisilia di tahun 1139.
19. Meskipun bangsa China akrab dengan bubuk mesiu, dan menggunakannya dalam kembang api, namun bangsa Arablah yang menemukan bubuk mesiu dapat dimurnikan dengan potasium nitrat untuk kepentingan militer. Peralatan ledak kaum Muslim membuat takut pasukan Perang Salib. Di abad ke-15 mereka telah menemukan roket – yang disebut “telur yang menyala dan melaju sendiri” - dan torpedo – bom berbentuk buah pir yang memiliki ujung runcing di bagian depan yang dapat mengarah sendiri ke kapal musuh dan meledakkannya.
20. Bangsa Eropa di abad pertengahan memiliki dapur dan kebun bumbu dapur, namun bangsa Arablah yang mengembangkan gagasan kebun sebagai tempat keindahan dan meditasi. Kebun atau taman pertama yang menawarkan keindahan di Eropa dibuka oleh bangsa Muslim Spanyol di abad ke-11. Bunga yang berasal dari taman Muslim antara lain anyelir dan tulip.
Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi situs www.1001inventions.com
Wassalam……………..
` Dari kopi hingga cek dan tata cara makan, dunia Islam telah menyumbangkan berbagai penemuan yang kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Berikut ini 20 penemuan_paling_berpengaruh:
1. Cerita bermula ketika seorang Arab bernama Khalid sedang menggembalakan kambing di wilayah Kaffa di Ethiopia Selatan, dan dia memperhatikan kambing-kambingnya menjadi lebih bersemangat setelah memakan buah sejenis beri. Khalid merebus buah beri tersebut untuk membuat kopi pertama. Catatan pertama tentang kopi adalah ekspor dari Ethiopia ke Yaman di mana para sufi meminumnya jika mereka harus terjaga semalam suntuk untuk memanjatkan doa pada acara-acara tertentu. Di akhir abad ke-15 kopi tiba di Mekah dan Turki, lalu ke Venesia pada tahun 1645. Kopi kemudian dibawa ke Inggris pada tahun 1650 oleh seorang warga Turki bernama Pasqua Rosee yang membuka kedai kopi pertama di Lombard Street di London. Kata kopi berasal dari Bahasa Arab qahwa, dalam Bahasa Turki disebut kahve, di Italia disebut caffe dan Bahasa Inggris coffee.
2. Orang Yunani kuno percaya bahwa mata kita memancarkan sinar, seperti laser, yang membuat kita dapat melihat. Orang pertama yang menyadari bahwa sinar memasuki mata, bukannya keluar dari mata, adalah seorang ahli fisika, astronomi dan matematika Muslim di abad ke-10, Ibn al-Haitham. Beliau menciptakan kamera lubang-jarum pertama setelah mengamati bagaimana sinar menembus melalui lubang di penutup jendela. Beliau menemukan bahwa semakin kecil lubang, semakin jelas gambar yang dihasilkan. Beliau lalu menciptakan kamera Obscura pertama (dari bahasa Arab qamara yang artinya kamar gelap dan pribadi). Ibn al-Haitham juga orang pertama yang mengubah fisika dari kegiatan filosofis menjadi aktivitas eksperimental.
3. Permainan sejenis catur mula-mula dimainkan di India kuno, namun dikembangkan di Persia hingga menjadi bentuk seperti yang kita kenal sekarang. Dari Persia, catur menyebar ke arah barat ke Eropa ketika diperkenalkan oleh bangsa Moor di Spanyol pada abad ke-10, lalu ke arah timur hingga ke Jepang. Asal kata rook (bidak benteng dalam permainan catur) adalah rukh dalam bahasa Persia yang berarti kereta perang.
4. Seribu tahun sebelum lahir Wright bersaudara, seorang insinyur, musisi, penyair dan ahli astronomi bernama Abbas ibn Firnas telah beberapa kali mencoba menciptakan mesin yang dapat terbang. Pada tahun 852 dia melompat dari menara Masjid Agung Cordoba menggunakan jubah yang diberi rangka kayu, berharap dapat meluncur seperti seekor burung. Saat itu dia gagal. Namun jubah itu mampu memperlambat jatuhnya, merupakan parasut pertama di dunia, sehingga dia hanya terluka ringan. Di tahun 875, dalam usia 70 tahun, setelah menyempurnakan sebuah mesin yang terbuat dari sutera dan bulu elang, dia mencoba lagi, kali ini melompat dari sebuah gunung. Beliau berhasil terbang pada ketinggian cukup selama sepuluh menit, tetapi kemudian terhempas – dan menyimpulkan ini terjadi karena beliau tidak memasang ekor pada mesinnya. Bandara internasional di Baghdad dan sebuah kawah di bulan dinamai dengan namanya.
5. Mandi dan membersihkan diri adalah kebutuhan religius bagi Muslim, sehingga barangkali itulah sebabnya mereka yang menyempurnakan formula sabun yang kita pakai sampai sekarang. Bangsa Mesir kuno telah mempunyai sejenis sabun, seperti juga bangsa Romawi kuno yang menggunakannya lebih sebagai minyak rambut. Namun bangsa Arablah yang mengkombinasikan minyak tumbuhan dengan sodium hidroksida dan pewangi seperti minyak thyme. Salah satu karakter pasukan Kristen dalam Perang Salib, menurut hidung bangsa Arab, adalah mereka tidak pernah mandi. Sampo diperkenalkan di Inggris oleh seorang Muslim yang membuka Pemandian Mahomed’s Indian Vapour Baths di Brighton di tahun 1759 dan menjadi Ahli Sampo bagi Raja George IV dan William IV.
6. Distilasi, cara memisahkan benda cair melalui perbedaan titik didihnya, diciptakan sekitar tahun 800 oleh ilmuwan terkemuka Islam, Jabir ibn Hayyan, yang mengubah alkemi menjadi ilmu kimia, menemukan berbagai alat dan proses dasar yang masih kita gunakan hingga kini – pencairan (liquefaction), kristalisasi, distilasi, pemurnian, oksodasi, penguapan dan filtrasi. Selain itu, beliau menemukan asam nitrit dan asam sulfur, dan penyulingan yang membuat dunia mengenal air mawar, parfum dan cairan yang mengandung alkohol lainnya (meskipun meminumnya adalah haram menurut ajaran Islam). Ibn Hayyan menekankan pada eksperimen yang sistematik dan menjadi pendiri ilmu kimia modern.
7. Poros engkol adalah alat yang mengubah gerakan berputar menjadi gerakan linier dan menjadi inti berbagai mesin dalam dunia modern, setidaknya dalam mesin pembakaran internal. Salah satu penemuan mekanis terpenting dalam sejarah manusia ini diciptakan oleh insinyur Muslim bernama al-Jazari untuk mengangkat air untuk keperluan irigasi. Bukunya yang berjudul Kitab Pengetahuan tentang Alat-alat Mekanik menunjukkan bahwa beliau juga menciptakan dan menyempurnakan penggunaan katup dan piston, dan juga sebagai Bapak Robotika. Salah satu dari 50 penemuannya adalah kunci kombinasi.
8. Quilting adalah metode menjahit atau menyatukan dua lapis kain dengan menyisipkan lapisan penghangat di antaranya. Tidak terlalu jelas apakah ini ditemukan di dunia Muslim atau diimpor dari India atau Cina. Namun yang pasti quilting ini tiba di dunia Barat dibawa oleh pasukan Perang Salib. Mereka melihatnya dikenakan oleh prajurit Saracen, yang memakai kain quilt berisi jerami sebagai baju perang. Selain sebagai bentuk perlindungan, quilt juga terbukti menjadi alat penghangat yang efektif – sehingga menjadi industri rumahan di tempat beriklim lebih dingin seperti Inggris dan Belanda.
9. Bentuk lengkung meruncing yang menjadi karakteristik katedral Gothic di Eropa adalah penemuan yang berasal dari arsitektur Islam. Model seperti ini lebih kuat dari model lengkung membulat yang dipakai oleh Bangsa Romawi dan Normandia, sehingga memungkinkan membangun gedung yang lebih besar, lebih tinggi, lebih kompleks dan lebih megah. Penemuan yang diambil dari bangsa Muslim lainnya adalah lengkung bergerigi, jendela mawar dan teknik gedung berkubah. Puri-puri di Eropa juga mengadaptasi arsitektur Islam – dengan arrow slit (celah di tembok benteng di mana prajurit bisa mengarahkan panah tanpa terlihat), battlement (bentuk bergerigi di bagian atas benteng), barbican (menara benteng) dan parapet (tembok pertahanan rendah di sepanjang balkon). Menara dan benteng berbentuk persegi digantikan dengan bentuk melingkar yang membuatnya lebih mudah dipertahankan. Arsitek kastil Henry V adalah seorang Muslim.
10. Banyak peralatan bedah modern menggunakan desain yang
sama dengan yang diciptakan oleh ahli bedah Muslim abad ke-10 bernama al-Zahrawi. Skapel, gergaji tulang, tang dan gunting kecil untuk operasi mata dan banyak dari 200 ciptaannya digunakan dalam dunia bedah modern. Beliau juga menemukan bahwa catgut (benang untuk menjahit dalam pembedahan yang dibuat dari usus kambing atau hewan lainnya) dapat hancur secara alami (beliau menemukannya ketika melihat monyet peliharaannya memakan dawai kecapinya yang dibuat dari bahan sejenis) dan dapat pula digunakan sebagai kapsul obat-obatan. Di abad ke-13, seorang dokter Muslim bernama Ibn Nafis telah menjabarkan sirkulasi darah, 300 tahun sebelum William Harvey menemukannya. Dokter-dokter Muslim juga menemukan obat bius dari campuran opium dan alkohol dan menciptakan jarum berongga untuk menyedot katarak dari mata, suatu teknik yang masih digunakan hingga sekarang.
11. Kincir angin ditemukan pada tahun 634 bagi seorang kalifah Persia dan digunakan untuk memipil jagung dan mengangkat air untuk irigasi. Di gurun pasir nan luas di tanah Arab, ketika musim kering tiba, satu-satunya sumber tenaga adalah angin yang bertiup dengan kecepatan tetap dari satu arah selama berbulan-bulan. Kincir angin ini memiliki 6 atau 12 layar yang terbungkus kain atau daun kurma. Itu terjadi 500 tahun sebelum kincir angin pertama dibuat di Eropa.
12. Teknik inokulasi pertama bukan diciptakan oleh Jenner dan Pasteur melainkan ditemukan oleh dunia Muslim dan dibawa ke Eropa dari Turki oleh seorang istri duta besar Inggris untuk Istambul di tahun 1724. Anak-anak Turki telah divaksin untuk mencegah cacar yang mematikan, setidaknya 50 tahun sebelum dunia Barat melakukannya.
13. Pena diciptakan untuk Sultan Mesir di tahun 953 setelah beliau meminta alat tulis yang tidak menodai tangan dan pakaiannya. Pena menahan tinta dalam sebuah wadah, dan pada pena modern, mengalirkan tinta ke mata pena dengan kombinasi gaya gravitasi dan kapiler.
14. Sistem angka yang digunakan di seluruh dunia barangkali berasal dari India namun penulisan bilangan adalah berdasarkan model Arab dan pertama kali dicetak dalam karya matematikawan Muslim al-Khawarizmi dan al-Kindi sekitar tahun 825. Istilah aljabar (Inggris: algebra) berasal dari buku al-Khawarizmi, Al-Jabr wa-al-Muqabilah, yang hingga kini masih banyak dipakai. Karya para ilmuwan Muslim diimpor ke Eropa 300 kemudian oleh ahli matematika Italia Fibonacci. Algoritma dan banyak teori trigonometri lain berasal dari dunia Muslim. Penemuan al-Kindi mengenai analisis frekuensi menggantikan sistem pengkodean kuno dan menjadi dasar kriptologi modern.
15. Ali ibn Nafi, atau yang dikenal dengan julukan Ziryab (Burung Hitam) datang dari Irak ke Cordoba pada abad ke-9 dan membawa gaya makan yang terdiri dari tiga bagian, yaitu sup, diikuti dengan ikan atau daging, lalu buah-buahan dan kacang-kacangan. Beliau juga memperkenalkan gelas kristal (yang diciptakan oleh Abbas ibn Firnas setelah bereksperimen dengan batu kristal – lihat poin no 4).
16. Karpet dianggap sebagai bagian dari surga oleh kaum Muslim pada abad pertengahan, berkat teknik tenun yang maju, penemuan pewarna dari dunia kimia dan kepekaan yang tinggi terhadap pola dan ornamen yang menjadi dasar seni yang tidak hanya mewakili Islam. Sebelum karpet dari Arab dan Persia masuk ke Eropa, lantai rumah di sana biasanya terabaikan. Di Inggris, seperti ditulis oleh Erasmus, lantai mereka “kotor, kadang-kadang diperbaharui, namun sangat tidak sempurna hingga lapisan bawahnya tidak tersentuh, terkadang hingga 20 tahun, menjadi tempat pembuangan ludah, muntahan, air seni manusia dan anjing, tumpahan minuman, serpihan-serpihan ikan dan kotoran-kotoran lain yang tak layak disebutkan”. Tidak mengejutkan, karpet segera merebut hati mereka.
17. Cek moderen berasal dari bahasa Arab saqq, yaitu perjanjian tertulis untuk membayar setelah barang yang dikirimkan tiba, untuk menghindari hilangnya uang jika dibawa dalam perjalanan melintasi daerah yang berbahaya. Di abad ke-9, seorang saudagar Muslim dapat menguangkan cek di China dari rekeningnya di bank di Baghdad.
18. Pada abad ke-9, banyak ilmuwan Muslim percaya bahwa bumi berbentuk bulat. Buktinya adalah, menurut ahli astronomi Ibn Hazm, “karena posisi matahari selalu vertikal terhadap satu titik tertentu di bumi.” Itu terjadi 500 tahun sebelum kesadaran itu merasuki Galileo. Perhitungan oleh ahli astronomi Muslim sangat akurat sehingga di abad ke-9 mereka mengetahui bahwa keliling Bumi adalah 40.253,4 km – hanya selisih 200 km dari angka sesungguhnya. Ilmuwan al-Idrisi membawa globe untuk menggambarkan dunia ke pengadilan Raja Roger di Sisilia di tahun 1139.
19. Meskipun bangsa China akrab dengan bubuk mesiu, dan menggunakannya dalam kembang api, namun bangsa Arablah yang menemukan bubuk mesiu dapat dimurnikan dengan potasium nitrat untuk kepentingan militer. Peralatan ledak kaum Muslim membuat takut pasukan Perang Salib. Di abad ke-15 mereka telah menemukan roket – yang disebut “telur yang menyala dan melaju sendiri” - dan torpedo – bom berbentuk buah pir yang memiliki ujung runcing di bagian depan yang dapat mengarah sendiri ke kapal musuh dan meledakkannya.
20. Bangsa Eropa di abad pertengahan memiliki dapur dan kebun bumbu dapur, namun bangsa Arablah yang mengembangkan gagasan kebun sebagai tempat keindahan dan meditasi. Kebun atau taman pertama yang menawarkan keindahan di Eropa dibuka oleh bangsa Muslim Spanyol di abad ke-11. Bunga yang berasal dari taman Muslim antara lain anyelir dan tulip.
Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi situs www.1001inventions.com
Wassalam……………..
Kamis, 06 Mei 2010
Setan bin Iblis Aktor Intelektual Konspirasi Global (kajian tematik Al-Qur'an)
Oleh : Agus Junaedi, M.Ag.
Pendahuluan
Konspirasi sebuah istilah yang relatif familiar dikalangan dunia perpolitikan, sehingga umumnya sebagian masyarakat masih meragukan realitas konspirasi itu sendiri. Apakah hanya sebuah teori atau real dalam kenyataan. Apalagi adanya statement para tokoh-tokoh yang menguatkan pandangan tersebut. Tengok saja pendapat Eep Saefulloh Fatah pakar perpolitikan yang menampik adanya konspirasi. Dalam sebuah bukunya beliau mengatakan;
"Salah satu cara menjawab yang seringkali diajukan oleh kalangan Islam adalah menemukan sumber-sumber di luar sebagai penyebab, biang kerok, kekalahan atau kegagalan politik mereka (Ummat Islam, pen.). Salah satu cara sangat populer dalam kerangka ini adalah mengajukan teori konspirasi: menunjuk kalangan-kalangan di luar Islam yang dipersepsikan sebagai komplotan yang memang terus-menerus menjaga agenda mereka untuk memarjinalisasikan kalangan Islam."
Begitu pula pendapat Goenawan Muhamad yang menyebut teori konspirasi sebagai "teori orang malas". Saya tidak bisa tidak bersetuju. Bahkan menurut hemat saya, bukan sekedar itu. Teori konspirasi, bukan alat penjelasan orang-orang yang malas, tetapi juga "teori para pecundang". Seorang pecundang membiasakan telunjuknya mengarah ke luar dirinya, seolah mengharamkan introspeksi. Seorang pemenang, sebaliknya, senantiasa ikhlas melihat pertama-tama ke dalam dirinya. Introspeksi.
Dari pandangan mereka, maka dikenalah dengan istilah Teori konspirasi yakni Sebuah teori yang mencari penjelasan terhadap kasus atau persoalan yang diperdebatkan sebagai sebuah persekongkolan jahat yang dilakukan oleh kelompok rahasia atau aliansi, bukan yang dilakukan oleh perorangan atau tindakan terisolasi seseorang.
Padahal kalau kita lihat dari definisi konspirasi sendiri sebagaimana berikut ini , konspirasi bukanlah sebuah teori melainkan keniscayaan yang tidak dapat dibantah. Ia ada dalam semua sisi kehidupan manusia.
Konspirasi adalah;
1. Sebuah permufakatan yang dilakukan secara bersama-sama yang sifatnya ilegal atau tidak sah, melanggar atau bersifat subversif.
2. Sekelompok pelaku konspirasi
3. Hukum. Sebuah permufakatan antara dua atau lebih orang untuk melakukan sebuah kejahatan atau dalam rangka memenuhi tujuan legal melalui tindakan kejahatan.
4. Gabungan atau bertindak secara bersama-sama, melalui persekongkolan jahat.
Sedangkan Thesaurus mendefinisikan dengan,
Sebuah persetujuan rahasia atau rencana untuk mencapai tujuan yang melanggar undang-undang: konspirasi, kabal, intrik, akal bulus, bersekongkol, rencana kotor dan jahat, kongkalikong (kolusi), bekerjasama secara diam-diam, pengkhianatan, hasutan.
Ada dua padanan kata konspirasi yang penting untuk dikemukakan disini;
1. Makar yang merupakan istilah yang diambil dari literature Islam;
Perhatikan pada ayat berikut kata "makar" dihubungkan dengan "perbuatan" (af'al) dan "kepemilikan" Allah Subhanau wa Ta‘ala.
وَمَكَرُواْ وَمَكَرَ اللّهُ وَاللّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ
Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya. (Ali-Imran:54)
Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan makar dengan 1) akal busuk, tipu muslihat, 2) Perbuatan (usaha) dengan maksud hendak menyerang (membunuh) orang, 3) perbuatan (usaha) menjatuhkan pemerintahan yang sah.
Disamping itu ada istilah lain dalam istilah al-Qur'an yang sepadan dengan makar yakni kaid dan khada'a
2. ca-bal (k-bal) n. ka-bal (kt-benda)
a. Kelompok rahasia yang berencana dengan diam-diam atau melalui tipu-daya: "tepatnya disebut dengan Spionase - dilakukan oleh kabal yang terdiri dari sekumpulan orang-orang kuat, yang bekerja secara rahasia" (Frank Conroy).
b. Sebuah rencana jahat. Lihat persamaan katanya dengan kata kerja intransitif
ca-balled, ca-bal-ling, ca-bals. Membentuk Kabal; Berkonspirasi. [Perancis cabale, berasal dari bahasa Latin abad pertengahan
Bagi seorang muslim yang konsisten terhadap al-Qur'an dan Al-hadits, makar atau konspirasi adalah haqul yaqin dalam tataran realitas, bahkan mewujud pada tingkat global atau dalam istilah lain Konspirasi global adalah karya akbar musuh besar (iblis). Dan mungkin bagi mereka yang non muslim yang menolak adanya konspirasi dapat kita maklumi sebab dasar teologisnya yang rapuh, Namun bagi seorang muslim yang menolak adanya konspirasi maka kemuslimannya perlu dipertanyakan, sebab secara eksplisit dalam al-Qur'an, konspirasi atau makar mewujud menjadi sebuah kitab makar yang perlu ditela'ah secara komprehesif.
Tulisan ini sedikitnya mengupas tentang aktor intelektual pelaku konspirasi global dalam sudut pandang kajian ilmiah islam atau lebih tepatnya kajian tematik al-Qur'an. Secara deskriptif tulisan ini membahas tentang Setan dan hal-hal yang berhubungan dengannya meliputi ; definisi, musuh dan pelindungnya, langkah-langkah, tujuan-tujuan makarnya, akibat-akibat pertemanan dengannya.
Disajikan secara deskriptif bagian perbagian. Sebagaimana berikut ini;
A. Syaitan/Setan
1. Definisi Setan
Kata al-Syaitan ia merupakan sebuah istilah yang bersumber dari teks keagamaan Islam yakni al-Qur'an dan al-Hadits. Kata "syaitan" selanjutnya dipakai dalam khazanah istilah Indonesia menjadi "setan" yang seterusnya berkembang menjadi beragam istilah yang maksudnya berkonotasi kepada setan tersebut. Seperti di suku Sunda penyebutan setan sudah berkonotasi pada sesosok mahluk yang menyeramkan seperti jurig, dedemit, siluman, aden-aden, dan lain-lain. Begitu juga setiap bangsa, daerah diseluruh dunia sudah familiar terhadap istilah "setan" dengan beragam penamaan atau istilah. Yang umumnya apa yang disebut setan adalah sosok mahluk yang berada diluar diri manusia yang berpotensi jahat dan membuat kerusakan.
Untuk memahami sebuah konsep istilah yang berasal dari teks keagamaan islam (al-qur'an-al-sunnah), perlu dan selayaknya pendekatan metodologi qur'an sunnah menjadi bagian terpenting sebagai tool of analyses dalam mengembalikan maksud sebuah istilah al-qur'an - sunnah yang mengalami distorsi atau setidaknya terpolarisasi dalam kehidupan manusia entah karena berbagai kepentingan atau memang karena merupakan watak kebahasaan yang senantiasa bahasa mengalami sebuah perubahan. Namun demikian kita yakin al-Qur'an adalah sebuah kitab suci yang senantiasa menjadi pembimbing manusia menuju pada suatu petunjuk kebenaran yang berasal dari Allah. Oleh karenannya pemahaman yang benar tentang konsepsi "al-Syaitan" beserta istilah-istilah yang berhubungan dengannya yakni iblis, jin dan malaikat dari perspektif al-Qur'an sunnah menjadi suatu keniscayaan adanya untuk menghindari persepsi-persepsi al-batil melewati ketahayulan-ketahayulan dan dokrin-dokrin atau dogma-dogma yang tidak memiliki dasar yang kuat yang menutupi akal sehat dan kebenaran yang hakiki.
2. Syaitan dalam istilah Al-Qur'an
Kata " syaitan" dalam surat dan ayat al-Qur'an berdasarkan perhitungan komputerisasi Al-Qur'an versi 3.i yang diambil dari kata "syaitan" termuat kurang lebih 105 ayat. Sedangkan berdasarkan perhitungan kitab kamus mu'jam al-mufahras fi alfadzil al-Qur'an, kata " syaitan " kurang lebih 62 kali dalam bentuk singular (mufrad) dan 17 kali dalam bentuk plural (jama'). Sedangkan kata " iblis" disebut 24 kali. Semua penyebutan kata " syaitan" dan "Iblis" semuanya dalam bentuk kata benda (jumlah ismiyah). Atas dasar ini, kajian awal dari konsepsi "syaitan" dikaji dari sudut pandang ilmu bahasa (nahwiyah - sharfiyah) dan kaidah-kaidah yang berhubungan dengannya. Beberapa kaidah yang perlu disebutkan diantaranya;
a. Kaidah yang berhubungan dengan kata benda (isim);
1) kata benda transitif (nakirah) menunjukan pada; menunjukan satu, menunjukan macam, menunjukan satu dan macam, memuliakan, menunjukan arti banyak, menunjukan memuliakan sekaligus banyak, untuk meremehkan, untuk menyatakan sedikit.
2) Kata benda intransitif (ma'rifat) menunjukan pada; menghadirkan kepemilikan, memuliakan, menghinakan, menunjukan dekat, menjelaskan keadaan, kelayakan akan sifat, dibenci penyebutan, menunjukan arti umum, menujukan sesuatu yang telah dikenal, telah diketahui, menujukan segala satuan darinya, memenuhi segala karakteristik, menemukan esensi, hakekat dan jenis.
3) Kata benda singular (mufrad) menujukan pada; suatu makna tertentu, menunjukan hal/arah,
4) Kata benda plural (jama') menunjukan pada : menunjukan pada suatu isyarat khusus, menyatakan bilangan, menunjukan kualitas dan kuantitas.
b. Kaidah yang berhubungan dengan kalimat ;
1) Kalimat nominal ( jumlah ismiyah) antara lain; senantiasa menunjukan pada subut (tetap) suatu keadaan, menujukan pada istimrar (terus menerus).
2) Kalimat verbal (jumlah fi'liyah) antara lain; menjukan arti tajaddud (timbulnya sesuatu) dan menujukan pada makna hudus (temporal)
c. Kaidah bentukan kata benda yang mengikuti wazan fa'lani (dengan huruf nun bukan asal kata) menunjukan arti kontradiktif dialektis
Berangkat dari kaidah-kaidah diatas, maka kata syaitan dalam al-Qur'an termasuk istilah yang mutasyabih artinya memungkinkan adanya makna-makna lain yang bertolakbelakang satu sama lainnya karena tidak adanya kata dasar yang secara ekplisit asal kata tersebut.
1. Kata syaitan berasal dari kata " sya-tha-na " ( شَطَنَ) huruf nun yang berada pada kata adalah asli. Kata sya-tha-na berarti "jauh" sejajar dengan timbangan kata (wazan) fi'al sebagai bentuk dasar (masdar). Dari kata itu pula muncul makna lain diantaranya asing, janggal, tidak lumrah. Dari makna syaitan tersebut, maka setan dimaksudkan dengan sesuatu yang bersifat material yang memiliki wujud diluar kesadaran manusia. Untuk syaitan jenis ini disebut syaitan fi'ali (yang berwujud) namun keadaanya asing atau jauh dari jangkauan manusia karena tersembunyi atau jaraknya yang jauh. Contoh seperti pada surat 2 : 14 dan 37:65 berikut ini;
وَإِذَا لَقُواْ الَّذِينَ آمَنُواْ قَالُواْ آمَنَّا وَإِذَا خَلَوْاْ إِلَى شَيَاطِينِهِمْ قَالُواْ إِنَّا مَعَكْمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ
Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: "Kami telah beriman." Dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan: "Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok".(2:14)
Yang dimaksud syaitan-syaitan dalam ayat ini adalah person-person (wujud) yang merupakan "teman-teman" mereka yang tidak terlihat dan tersembunyi.
طَلْعُهَا كَأَنَّهُ رُؤُوسُ الشَّيَاطِينِ
Mayangnya seperti kepala syaitan-syaitan.(37:65)
Yang dimaksud dengan syaitan disini adalah sesuatu yang asing dan jauh dari jangkauam manusia.
Ayat-ayat lain yang semakna dengan ayat diatas adalah; Al-Anbiya:82, Shad :37 Al-Shafat:7, Anisa:117, Al-baqarah 102, Al-An'am71, Al -Isra'a 27, Al-hajj :3, Maryam:68, Al-Mu'minun :97, Al-Syu'ara ;210,211,221, Al-Mulk:5
2. Syaitan berasal dari kata "sya-ya-tha" (شَاطَ) huruf nun yang terdapat pada kata syaitan bukan nun asli namun tambahan untuk kata dasarnya. Ia merupakan sifatul musyabbah bismilfail (sifat yang serupa dengan kata pelaku) yang sewazan dengan fa'lanu (فَعْلاَنُ) yang menunjukan pada tetapnya sifat tersebut. Makna dari kata (شَاطَ) adalah hilang/terbakar dan batalnya sesuatu/membunuh. Dari makna ini, maka yang dimaksud syaitan disini adalah sesuatu hal yang senantiasa menghilangkan, membatalkan, menjadikan ilusi, atau wahm yang berada dalam pikiran manusia untuk menghancurkan sesuatu yang riil dan objektif (al-Haq/Rahman) atau sebagai lawan darinya dan ia berada dalam kesadaran manusia serta tidak berwujud. Syaitan bentuk yang seperti ini disebut syaitan fa'lani. Ia merupakan suatu dimensi ilusi dalam fikiran manusia dan lawan sisi yang riil dan hakiki dalam pikiran manusia, yang keduanya senantiasa saling berlawanan dalam diri manusia. Diantara ayat yang menunjukan pada makna tersebut diantaranya surat Maryam:44 dan al-Hajj:52
يَا أَبَتِ لَا تَعْبُدِ الشَّيْطَانَ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلرَّحْمَنِ عَصِيّاً
Wahai bapakku, janganlah kamu menyembah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu durhaka kepada Tuhan Yang Maha Pemurah.(19:44)
وَمَا أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُولٍ وَلَا نَبِيٍّ إِلَّا إِذَا تَمَنَّى أَلْقَى الشَّيْطَانُ فِي أُمْنِيَّتِهِ فَيَنسَخُ اللَّهُ مَا يُلْقِي الشَّيْطَانُ ثُمَّ يُحْكِمُ اللَّهُ آيَاتِهِ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ
Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang rasul pun dan tidak (pula) seorang nabi, melainkan apabila ia mempunyai sesuatu keinginan, syaitan pun memasukkan godaan-godaan terhadap keinginan itu, Allah menghilangkan apa yang dimasukkan oleh syaitan itu, dan Allah menguatkan ayat-ayat-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana,(22:52)
Ayat-ayat lain yang semakna dengannya antara lain; Thoha:120, Al-Furqan:29, An-Naml:24,An-nisa:119,Al-An'am:68, An-Nahl:98,Al-Isra:27,53,64, Maryam:45, Fathir:6Al-Takwir:25, Al-Zuhruf:36Al-‘Araf:27.
Syaitan fa'lani merupakan cerminan dari sesuatu yang bersifat ilusi dari fikiran manusia. Sedangkan al-Rahman merupakan sisi material objektif yang hakiki dalam fikiran manusia. Oleh karenanya setiap manusia memiliki syaitan-syaitan fa'lani. Maka dalam al-Qur'an syaitan ini tidak muncul kecuali dalam bentuk singular (mufrad) tetapi apa bila yang dimaksud adalah syaitan fi'ali maka kadang disebut dalam bentuk singular (syaitan) maupun dalam bentuk plural (syaitan-syaitan) karena mereka kadang berbentuk hanya seorang atau berserikat.
2. Padanan Kata Setan
Dalam konsepsi Al-Qur’an, sekurang-kurangnya ada tiga istilah yang sepadan dengan istilah Setan yaitu, pertama Iblis , kedua thaghut dan ketiga jibt. Setan sendiri dapat diistilahkan dengan ;
الشيطان هو : كل عاتٍ متمرد على أوامر الله من الجن والإنس
Setan adalah setiap mahluk berakal yang durhaka dan membangkang terhadap segala perintah dari Allah baik dari golongan jin maupun manusia.
Jadi yang dimaksud setan selanjutnya adalah setan fi’al yakni sesuatu yang ada diluar kesadaran manusia yakni dari golongan jin dan manusia. Untuk bisa memahami keadaan setan dari golongan jin, perlu pemahaman awal tentang konsepsi jin dari perspektif Islam. (silahkan simak dalam 3 tulisan “ perspektif Jin menurut al-Qur’an dan al-Hadits”).
http://www.akhirzaman.info/allien-a-ufo/1645-jin-dalam-perspektif-al-quran-dan-hadits-1
http://www.akhirzaman.info/allien-a-ufo/1647-jin-dalam-perspektif-al-quran-dan-hadits-2
http://www.akhirzaman.info/allien-a-ufo/1648-jin-dalam-perspektif-al-quran-dan-hadits-3
Istilah Iblis dalam al-Qur’an disebut kurang lebih 11 kali (2:34,7:11,15:31-32,17:61,18:50,20:116,26:95, 34:20,38:74-75,). Secara bahasa Iblis berasal dari kata ablasa-yublisu yang berarti; terputus, diam, menyesal dan meratap. Namun yang paling umum digunakan adalah terputus dari rahmat Allah. Pendapat lain mengatakan bahwa Iblis bukan berasal dari bahasa Arab tetapi dari bahasa ‘ajam yang telah dikenal.
Sedangkan menurut istilah syar’i, para ulama tidak mendefinisikannya karena ia merupakan mahluk yang telah dikenal dalam konsep keagamaan diluar Islam. Ia merupakan simbol dari unsur jahat dari suatu bangsa, suatu agama, ataupun suatu kelompok. Namun demikian kalaulah mau didefinisikan dalam perspektif al-Qur’an, maka Iblis adalah jin yang menolak untuk sujud (penghormatan) kepada Adam tatkala Allah Subhanahu wa Ta'ala menciptakannya, maka dia dikutuk dan terusir dari jannah-Nya, dan dia diancam dengan siksaan neraka setelah mendapat penangguhan umur sampai hari Qiamat dan mendapat kesempatan untuk menyesatkan manusia yang tidak pernah didapat oleh mahluk selainnya.
Istilah Thaghut secara bahasa kata ini diambil dari kata طَغَى arti melampaui batas. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
إِنَّا لَمَّا طَغَى الْمَاءُ حَمَلْنَاكُمْ فِي الْجَارِيَةِ
“Sesungguh ketika air melampaui batas Kami bawa kalian di perahu.” (al-Haqqah 69:11)
Menurut wazannya berasal dari (طَغَيوت) mengikuti wazan (فعلوت) kemudian berubah menjadi (طاغوت) dari perubahan ini mengandung makna (الطاغوت كل رأس في الضلال) thaghut adalah setiap pangkal dari kesesatan. Penambahan huruf tha (ت) pada kata thagha (طاغٍ) menunjukan pada makna (شدة وقوة واستمرارية) sangat, full power, kontiniu. Dan ini merupakan sifat , atau karekter dasar dari thaghut. Thaghut bisa berupa berhala, manusia dan jin.
Adapun menurut istilah syariat definisi yg terbaik adalah yg disebutkan Ibnul Qayyim:
الطاغوت : هو كل ذي طغيان على الله فعُبِد من دونه ، إما بقهر منه لمن عبده ، وإما بطاعة ممن عبده ، إنساً كان ذلك المعبود أو جانّاً .
“thaghut adalah adalah tiap sesuatu yg melampui batas kepada Allah kemudian disembah selain-Nya, baik penyembahan itu dengan paksaan atau diikuti atau ditaati dan yang disembah itu dari golongan manusia atau jin.”
Dan pada realitasnya yang disembah itu adalah perwujudan dari setan jin dan manusia yang dirinya menyatakan sebagai hakim selain dari Allah yang membuat syari’at untuk manusia yang harus dilaksanakan yang tentu saja “syari’at” itu adalah bentuk kekufuran dan kesesatan. Hal ini sebagai disebutkan dalam sebuah ayat;
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ يَزْعُمُونَ أَنَّهُمْ آمَنُوا بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ يُرِيدُونَ أَنْ يَتَحَاكَمـُوا إِلَى الطَّاغُوتِ وَقَدْ أُمِرُوا أَنْ يَكْفُرُوا بِهِ وَيُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَنْ يُضِلَّهُمْ ضَلالاً بَعِيداً
Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya. (al-Nisa 4:60)
Sedangkan istilah al-jibt terdapat dalam al-Qur’an surat al-Nisa :51,
َلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ أُوتُواْ نَصِيباً مِّنَ الْكِتَابِ يُؤْمِنُونَ بِالْجِبْتِ وَالطَّاغُوتِ وَيَقُولُونَ لِلَّذِينَ كَفَرُواْ هَؤُلاء أَهْدَى مِنَ الَّذِينَ آمَنُواْ سَبِيلاً
”Tidakkah kamu memperhatikan orang-orang yang diberi bagian dari Al-Kitab? Mereka beriman kepada jibt dan thaghut, dan mengatakan kepada orang-orang kafir (kaum musyrikin Mekkah) bahwa mereka itu lebih benar jalannya daripadaorang-orang yang beriman.” (An-Nisa’ 4:51)
Terdapat beberapa tafsiran dari kalangan Salaf tentang makna kata jibt, antara lain: berhala, sihir, tukang sihir, tukang ramal, Huyai bin Akhthab dan Ka’b bin Al-Asyraf (kedua orang ini adalah tokoh orang-orang Yahudi di zaman Rasulullah).
Dengan demikian pengertiannya umum mencakup makna itu semua, sebagaimana dikatakan oleh Al-Jauhari dalam Ash-Shihah: ”Jibt adalah kata-kata yang dapat digunakan untuk berhala, tukang ramal, tukang sihir dan sejenisnya…”
Imam Ahmad meriwayatkan: dari Qathan bin Qabishah, dari bapaknya (Qabishah) bahwa ia telah mendengar Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
إن العيافة والطرق والطيرة من الجبت قال عوف العيافة زجر الطير والطرق الخط يخط في الأرض والجبت قال الحسن إنه الشيطان
“Iyafah, tharq dan thiyarah adalah termasuk jibt.” ‘Auf menafsiri hadits ini dengan mengatakan: “Ifayah: meramal nasib dengan menerbangkan burung; dan tharq: meramal nasib dengan membuat garis di atas tanah.” Adapun jibt, tafsirannya menurut Al-Hassan: “Ialah suara syaitan.”
Dan Iqrimah berpendapat’
وقال عكرمة الجبت بلسان الحبشة شيطان والطاغوت الكاهن
“al-jibt adalah suara jahat setan sedangkan thagut adalah para dukun”
Dari ke-tiga padanan kata setan tersebut, ada benang merah yang sangat jelas untuk dikaji lebih mendalam bahwa makar atau konspirasi setan itu sangat berhubungan erat dengan peran ketiganya yakni iblis, thaghut, jibt. Namun siapakah yang memegang peran sentral sebagai aktor intelektual dari makar itu sendiri apalagi dalam tingkat global ?
Maka Iblislah sebagai aktor intelektual makar itu sebagaimana yang tersurat dalam ayat 39 surat al-Hijr, maka dari sini kita dapat memahami bahwa “dapur” atau “Kantor Pusat” konspirasi global itu berada di alam “gaib” yakni di dunia jin yang kemudian di transformasikan ke dunia manusia melewati proses pewahyuan (al-An’am 6:112) dari jin kepada manusia dengan beragam bentuk baik melembaga atau tidak, bersistem atau tidak, baik yang disadari maupun tidak, baik yang berlabel tradisional maupun modern. Yang semuanya kadang luput dari pandangan umumnya orang apalagi orang yang tidak percaya terhadap keterlibatan jin dalam kehidupan manusia. Padahal sangat jelas baik dalam al-Qur’an dan hadits hal ini terjadi.
قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي لأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الأَرْضِ وَلأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ
Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, (al-Hijr 15:39)
َيَوْمَ يِحْشُرُهُمْ جَمِيعاً يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ قَدِ اسْتَكْثَرْتُم مِّنَ الإِنسِ
Dan (ingatlah) hari di waktu Allah menghimpunkan mereka semuanya, (dan Allah berfirman): "Hai golongan jin (syaitan), sesungguhnya kamu telah banyak (menyesatkan) manusia", (al-An’am 6:128)
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نِبِيٍّ عَدُوّاً شَيَاطِينَ الإِنسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُوراً
Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). (al-An’am :112)
عَنْ جَابِرٍ قَالَ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ عَرْشَ إِبْلِيسَ عَلَى الْبَحْرِ فَيَبْعَثُ سَرَايَاهُ فَيَفْتِنُونَ النَّاسَ فَأَعْظَمُهُمْ عِنْدَهُ أَعْظَمُهُمْ فِتْنَةً
Dari Jabir dia berkata saya mendengar Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda sesungguhnya kerajaan Iblis itu diatas laut, kemudia dia mengutus pasukannya (balatentara) dan mereka membuat fitnah pada manusia, dan barang siapa yang dapat membuat fitnah terbesar maka dia mendapat kedudukan luhur diantara mereka (H.R Muslim:5031)
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَرْشُ إِبْلِيسَ عَلَى الْبَحْرِ يَبْعَثُ سَرَايَاهُ فِي كُلِّ يَوْمٍ يَفْتِنُونَ النَّاسَ فَأَعْظَمُهُمْ عِنْدَهُ مَنْزِلَةً أَعْظَمُهُمْ فِتْنَةً لِلنَّاسِ
Dari Jabir ibn Abdullah berkata : Sesungguhnya Rasulullah bersabda : Singgasana Iblis ada di laut, dia mengirim balatentaranya setiap hari untuk membuat bencana kepada manusia, kedudukan yang tertinggi diantara mereka ialah yang paling besar membuat bencana bangi manusia (H.R Ahmad)
عَنْ جَابِرٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ إِبْلِيسَ يَضَعُ عَرْشَهُ عَلَى الْمَاءِ ثُمَّ يَبْعَثُ سَرَايَاهُ فَأَدْنَاهُمْ مِنْهُ مَنْزِلَةً أَعْظَمُهُمْ فِتْنَةً يَجِيءُ أَحَدُهُمْ فَيَقُولُ فَعَلْتُ كَذَا وَكَذَا فَيَقُولُ مَا صَنَعْتَ شَيْئًا قَالَ ثُمَّ يَجِيءُ أَحَدُهُمْ فَيَقُولُ مَا تَرَكْتُهُ حَتَّى فَرَّقْتُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ امْرَأَتِهِ قَالَ فَيُدْنِيهِ مِنْهُ وَيَقُولُ نِعْمَ أَنْتَ قَالَ الْأَعْمَشُ أُرَاهُ قَالَ فَيَلْتَزِمُهُ
Dari Jabir berkata , sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: ”sesungguhnya Iblis membangun kerajaanya diatas air, kemudian dia mengirim balatentaranya, yang paling tinggi kedudukan diantara mereka adalah yang paling besar membuat fitnah (bagi manusia), kemudian datang salah seorang dari mereka dan melaporkan pekerjaanya;” aku telah melakukan begini, dan begini ! maka Iblis berkata :” kamu tidak berbuat sesuatu”, kemudian datang yang lainnya dan berkata :”aku tidak meninggalkannya (manusia) sebelum aku membuat provokasi antara seseorang dengan istrinya. “dia berkata; “sampai dia menjauh dari padanya”. Maka Iblis berkata: “hebat kamu”! (H.R Muslim 5032)
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ إِبْلِيسَ قَالَ لِرَبِّهِ بِعِزَّتِكَ وَجَلَالِكَ لَا أَبْرَحُ أُغْوِي بَنِي آدَمَ مَا دَامَتْ الْأَرْوَاحُ فِيهِمْ فَقَالَ اللَّهُ فَبِعِزَّتِي وَجَلَالِي لَا أَبْرَحُ أَغْفِرُ لَهُمْ مَا اسْتَغْفَرُونِي
Dari Abu said Al-Hudriyi berkata , saya mendengar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: “Sesungguhnya Iblis memohon kepada Tuhannya (Allah) demi keagungan-Mu dan Kekuatan-Mu, aku pasti akan menyesatkan anak cucu Adam sepanjang mereka memiliki ruh, maka Allah berfirman demi Keagungan-Ku dan Kekuatan-Ku, Aku akan mengampuni mereka sepanjang mereka meminta ampun pada-Ku (H.R Ahmad 10814)
Allah Subhanahu wa Ta'ala telah jauh-jauh hari memperingatkan kepada manusia khususnya kepada Adam tentang kedudukan Iblis (jin) bagi manusia dia adalah aduwun kabir (musuh besar) yang senantiasa akan menyeret manusia keluar dari jalan yang benar (20:117). Lebihnya efek dari konspirasi itu menjadikan manusia dengan manusia saling bermusuhan di dunia yang tiada henti padahal sebelumnya mereka bersatu padu (2:36,20:123,7:24)
فَقُلْنَا يَا آدَمُ إِنَّ هَذَا عَدُوٌّ لَّكَ وَلِزَوْجِكَ فَلَا يُخْرِجَنَّكُمَا مِنَ الْجَنَّةِ فَتَشْقَى
Maka kami berkata: "Hai Adam, sesungguhnya ini (iblis) adalah musuh bagimu dan bagi istrimu, maka sekali-kali janganlah sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari surga, yang menyebabkan kamu menjadi celaka.(Thaha 20:117)
فَأَزَلَّهُمَا الشَّيْطَانُ عَنْهَا فَأَخْرَجَهُمَا مِمَّا كَانَا فِيهِ وَقُلْنَا اهْبِطُواْ بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ وَلَكُمْ فِي الأَرْضِ مُسْتَقَرٌّ وَمَتَاعٌ إِلَى حِينٍ
Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan". (Al-Baqarah 2:36)
Dari ayat-ayat di atas, jelas program utama iblis dan bala tentaranya baik dari golongan jin maupun manusia dalam menyesatkan manusia adalah menipu manusia atau dalam istilah lain “cuci otak” (Brainwashing). Dalam “mega Proyek” iblis ini keberhasilannya ditunjang dengan peran thaghut dan jibt. Inilah episode yang selalu berputar disetiap masa dan tempat hingga saat ini.
Brainwashing sendiri berarti;
1. Indoktrinasi secara paksa, Intensif, , biasanya politik atau agama, bertujuan untuk merusak dasar keyakinan seseoramg dan pendiriannya serta menggantikannya dengan seperangkat keyakinan yang lain.
2. Mengaplikasikan kepercayaan (bujuk rayu ) dengan cara terpusatkan, seperti kampanye sebuah iklan atau sugesti yang diulang-ulang , dalam rangka untuk membentuk keyakinan tertentu atau motivasi.
Inilah proyek yang sedang berjalan khususnya yang ditujukan kepada umat Islam. Yaitu berupa langkah-langkah sangat strategis, untuk menghancurkan bangunan umat yang megah dan mulia dalam hal pikirannya, jiwanya, akhlaknya, maupun sejarahnya, mereka menempuh tiga langkah yang membahayakan, yaitu:
1. Mengosongkan pikiran, hati, dan jiwa generasi muda Islam dari pikiran-pikiran Islami, dan dari akhlak Islami, serta mencabut semua pengaruhnya.
2. Mengisi pikiran, hati dan jiwa mereka yang telah kosong dengan ide-ide dan pemikiran yang penuh kebohongan dan kepalsuan, agar dapat melayani kehendak dan kemauan musuh dan untuk menghancurkan eksistensi umat Islam.
3. Mengerahkan pasukan yang mereka ciptakan untuk merobohkan sendi-sendi bangunan umat, memerangi pikiran dan aqidahnya, atau akhlak dan jalan hidupnya, serta memutarbalikkan sejarah serta keagungan Islam dan umatnya.
Tengok saja pernyataan seorang orentalis di dalam buku "Memerangi Dunia Islam" karya orientalis Shatly, disebutkan:
"...Bila Anda ingin memerangi Islam, mematahkan kekuatannya, dan merusak aqidah yang merupakan unsur utama kekuatan dan kemuliaan kaum muslimin di dunia, maka Anda. harus mengerahkan upaya dan sasaran perjuangan Anda untuk merusak jiwa generasi muda Islam dan kaum muslimin dengan membunuh perasaan bangga mereka terhadap sejarah masa lalunya dan kitab sucinya, Al Qur'an. Kemudian palingkan mereka dari semua itu dengan menyebarluaskan kebudayaan, peradaban, dan sejarah Anda. Sebarkan paham serba boleh (ibahiyyah/permisivisme) dan perbanyak sarana perusak moral. Kalau kita menjumpai orang-orang yang lengah di antara mereka dan hidup bersahaja, maka sudah cukuplah kiranya hal itu bagi kita, sebab untuk merusak suatu pohon kita harus memotong ranting-rantingnya lebih dahulu ...." (Wasiat Pertama, hal. 264).
Tengok pula dalam Dalam buku "Kehidupan Rahasia Laurens" disebutkan bahwa dalam laporannya kepada tuan-tuan tanah Britania pada bulan Januari 1916, Kolonel Laurens mengatakan:
"Sasaran kita yang utama ialah memecah-belah persatuan umat Islam dengan menghancurkan dan memporak-porandakan Daulah Utsmaniyyah. Kita pun harus tahu bagaimana memperlakukan bangsa-bangsa Arab agar mereka senantiasa hidup dengan permainan politik yang kotor dalam negara-negara kecil yang terpecah-pecah saling mendengki dan membelakangi satu sama lain, sehingga tidak mungkin bersatu. "
Untuk mencapai keberhasilannya maka langkah yang paling efesien yakni melakukan propaganda. Propaganda adalah merupakan upaya sistematik yang secara sengaja dilakukan dalam rangka membentuk persepsi, memanipulasi atau menyelewengkan kesadaran atau pengertian yang secara langsung mempola akhlak dan tingkah laku orang banyak dalam rangka memperoleh reaksi atau tanggapan, yang selanjutnya dapat memenuhi sasaran sesuai dengan maksud -maksud yang dikehendaki oleh para pelaku propaganda
Inilah yang mesti kita cermati saat ini dalam rangka menghindari dari jerat-jerat iblis, maka langkah awal yakni dengan membangun al-wa’yu (kesadaran diri ) yaitu Sebuah kekuatan daya pikir yang memiliki persepsi eksistensi yang mampu untuk memilah, menyeleksi, mengkritisi, menganalisa dan mengetahui kebenaran melalui syarat-syarat sebuah realita dan kejadian-kejadian yang berlangsung di dalamnya. Karena kesadaran memiliki kemampuan untuk melihat masa depan dan merasakannya dengan perasaan yang masih samar atau meyakininya dengan keyakinan yang masih samar.
Kalau begitu, ? so ! kita mulai membangun kesadaran !!!!
Pendahuluan
Konspirasi sebuah istilah yang relatif familiar dikalangan dunia perpolitikan, sehingga umumnya sebagian masyarakat masih meragukan realitas konspirasi itu sendiri. Apakah hanya sebuah teori atau real dalam kenyataan. Apalagi adanya statement para tokoh-tokoh yang menguatkan pandangan tersebut. Tengok saja pendapat Eep Saefulloh Fatah pakar perpolitikan yang menampik adanya konspirasi. Dalam sebuah bukunya beliau mengatakan;
"Salah satu cara menjawab yang seringkali diajukan oleh kalangan Islam adalah menemukan sumber-sumber di luar sebagai penyebab, biang kerok, kekalahan atau kegagalan politik mereka (Ummat Islam, pen.). Salah satu cara sangat populer dalam kerangka ini adalah mengajukan teori konspirasi: menunjuk kalangan-kalangan di luar Islam yang dipersepsikan sebagai komplotan yang memang terus-menerus menjaga agenda mereka untuk memarjinalisasikan kalangan Islam."
Begitu pula pendapat Goenawan Muhamad yang menyebut teori konspirasi sebagai "teori orang malas". Saya tidak bisa tidak bersetuju. Bahkan menurut hemat saya, bukan sekedar itu. Teori konspirasi, bukan alat penjelasan orang-orang yang malas, tetapi juga "teori para pecundang". Seorang pecundang membiasakan telunjuknya mengarah ke luar dirinya, seolah mengharamkan introspeksi. Seorang pemenang, sebaliknya, senantiasa ikhlas melihat pertama-tama ke dalam dirinya. Introspeksi.
Dari pandangan mereka, maka dikenalah dengan istilah Teori konspirasi yakni Sebuah teori yang mencari penjelasan terhadap kasus atau persoalan yang diperdebatkan sebagai sebuah persekongkolan jahat yang dilakukan oleh kelompok rahasia atau aliansi, bukan yang dilakukan oleh perorangan atau tindakan terisolasi seseorang.
Padahal kalau kita lihat dari definisi konspirasi sendiri sebagaimana berikut ini , konspirasi bukanlah sebuah teori melainkan keniscayaan yang tidak dapat dibantah. Ia ada dalam semua sisi kehidupan manusia.
Konspirasi adalah;
1. Sebuah permufakatan yang dilakukan secara bersama-sama yang sifatnya ilegal atau tidak sah, melanggar atau bersifat subversif.
2. Sekelompok pelaku konspirasi
3. Hukum. Sebuah permufakatan antara dua atau lebih orang untuk melakukan sebuah kejahatan atau dalam rangka memenuhi tujuan legal melalui tindakan kejahatan.
4. Gabungan atau bertindak secara bersama-sama, melalui persekongkolan jahat.
Sedangkan Thesaurus mendefinisikan dengan,
Sebuah persetujuan rahasia atau rencana untuk mencapai tujuan yang melanggar undang-undang: konspirasi, kabal, intrik, akal bulus, bersekongkol, rencana kotor dan jahat, kongkalikong (kolusi), bekerjasama secara diam-diam, pengkhianatan, hasutan.
Ada dua padanan kata konspirasi yang penting untuk dikemukakan disini;
1. Makar yang merupakan istilah yang diambil dari literature Islam;
Perhatikan pada ayat berikut kata "makar" dihubungkan dengan "perbuatan" (af'al) dan "kepemilikan" Allah Subhanau wa Ta‘ala.
وَمَكَرُواْ وَمَكَرَ اللّهُ وَاللّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ
Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya. (Ali-Imran:54)
Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan makar dengan 1) akal busuk, tipu muslihat, 2) Perbuatan (usaha) dengan maksud hendak menyerang (membunuh) orang, 3) perbuatan (usaha) menjatuhkan pemerintahan yang sah.
Disamping itu ada istilah lain dalam istilah al-Qur'an yang sepadan dengan makar yakni kaid dan khada'a
2. ca-bal (k-bal) n. ka-bal (kt-benda)
a. Kelompok rahasia yang berencana dengan diam-diam atau melalui tipu-daya: "tepatnya disebut dengan Spionase - dilakukan oleh kabal yang terdiri dari sekumpulan orang-orang kuat, yang bekerja secara rahasia" (Frank Conroy).
b. Sebuah rencana jahat. Lihat persamaan katanya dengan kata kerja intransitif
ca-balled, ca-bal-ling, ca-bals. Membentuk Kabal; Berkonspirasi. [Perancis cabale, berasal dari bahasa Latin abad pertengahan
Bagi seorang muslim yang konsisten terhadap al-Qur'an dan Al-hadits, makar atau konspirasi adalah haqul yaqin dalam tataran realitas, bahkan mewujud pada tingkat global atau dalam istilah lain Konspirasi global adalah karya akbar musuh besar (iblis). Dan mungkin bagi mereka yang non muslim yang menolak adanya konspirasi dapat kita maklumi sebab dasar teologisnya yang rapuh, Namun bagi seorang muslim yang menolak adanya konspirasi maka kemuslimannya perlu dipertanyakan, sebab secara eksplisit dalam al-Qur'an, konspirasi atau makar mewujud menjadi sebuah kitab makar yang perlu ditela'ah secara komprehesif.
Tulisan ini sedikitnya mengupas tentang aktor intelektual pelaku konspirasi global dalam sudut pandang kajian ilmiah islam atau lebih tepatnya kajian tematik al-Qur'an. Secara deskriptif tulisan ini membahas tentang Setan dan hal-hal yang berhubungan dengannya meliputi ; definisi, musuh dan pelindungnya, langkah-langkah, tujuan-tujuan makarnya, akibat-akibat pertemanan dengannya.
Disajikan secara deskriptif bagian perbagian. Sebagaimana berikut ini;
A. Syaitan/Setan
1. Definisi Setan
Kata al-Syaitan ia merupakan sebuah istilah yang bersumber dari teks keagamaan Islam yakni al-Qur'an dan al-Hadits. Kata "syaitan" selanjutnya dipakai dalam khazanah istilah Indonesia menjadi "setan" yang seterusnya berkembang menjadi beragam istilah yang maksudnya berkonotasi kepada setan tersebut. Seperti di suku Sunda penyebutan setan sudah berkonotasi pada sesosok mahluk yang menyeramkan seperti jurig, dedemit, siluman, aden-aden, dan lain-lain. Begitu juga setiap bangsa, daerah diseluruh dunia sudah familiar terhadap istilah "setan" dengan beragam penamaan atau istilah. Yang umumnya apa yang disebut setan adalah sosok mahluk yang berada diluar diri manusia yang berpotensi jahat dan membuat kerusakan.
Untuk memahami sebuah konsep istilah yang berasal dari teks keagamaan islam (al-qur'an-al-sunnah), perlu dan selayaknya pendekatan metodologi qur'an sunnah menjadi bagian terpenting sebagai tool of analyses dalam mengembalikan maksud sebuah istilah al-qur'an - sunnah yang mengalami distorsi atau setidaknya terpolarisasi dalam kehidupan manusia entah karena berbagai kepentingan atau memang karena merupakan watak kebahasaan yang senantiasa bahasa mengalami sebuah perubahan. Namun demikian kita yakin al-Qur'an adalah sebuah kitab suci yang senantiasa menjadi pembimbing manusia menuju pada suatu petunjuk kebenaran yang berasal dari Allah. Oleh karenannya pemahaman yang benar tentang konsepsi "al-Syaitan" beserta istilah-istilah yang berhubungan dengannya yakni iblis, jin dan malaikat dari perspektif al-Qur'an sunnah menjadi suatu keniscayaan adanya untuk menghindari persepsi-persepsi al-batil melewati ketahayulan-ketahayulan dan dokrin-dokrin atau dogma-dogma yang tidak memiliki dasar yang kuat yang menutupi akal sehat dan kebenaran yang hakiki.
2. Syaitan dalam istilah Al-Qur'an
Kata " syaitan" dalam surat dan ayat al-Qur'an berdasarkan perhitungan komputerisasi Al-Qur'an versi 3.i yang diambil dari kata "syaitan" termuat kurang lebih 105 ayat. Sedangkan berdasarkan perhitungan kitab kamus mu'jam al-mufahras fi alfadzil al-Qur'an, kata " syaitan " kurang lebih 62 kali dalam bentuk singular (mufrad) dan 17 kali dalam bentuk plural (jama'). Sedangkan kata " iblis" disebut 24 kali. Semua penyebutan kata " syaitan" dan "Iblis" semuanya dalam bentuk kata benda (jumlah ismiyah). Atas dasar ini, kajian awal dari konsepsi "syaitan" dikaji dari sudut pandang ilmu bahasa (nahwiyah - sharfiyah) dan kaidah-kaidah yang berhubungan dengannya. Beberapa kaidah yang perlu disebutkan diantaranya;
a. Kaidah yang berhubungan dengan kata benda (isim);
1) kata benda transitif (nakirah) menunjukan pada; menunjukan satu, menunjukan macam, menunjukan satu dan macam, memuliakan, menunjukan arti banyak, menunjukan memuliakan sekaligus banyak, untuk meremehkan, untuk menyatakan sedikit.
2) Kata benda intransitif (ma'rifat) menunjukan pada; menghadirkan kepemilikan, memuliakan, menghinakan, menunjukan dekat, menjelaskan keadaan, kelayakan akan sifat, dibenci penyebutan, menunjukan arti umum, menujukan sesuatu yang telah dikenal, telah diketahui, menujukan segala satuan darinya, memenuhi segala karakteristik, menemukan esensi, hakekat dan jenis.
3) Kata benda singular (mufrad) menujukan pada; suatu makna tertentu, menunjukan hal/arah,
4) Kata benda plural (jama') menunjukan pada : menunjukan pada suatu isyarat khusus, menyatakan bilangan, menunjukan kualitas dan kuantitas.
b. Kaidah yang berhubungan dengan kalimat ;
1) Kalimat nominal ( jumlah ismiyah) antara lain; senantiasa menunjukan pada subut (tetap) suatu keadaan, menujukan pada istimrar (terus menerus).
2) Kalimat verbal (jumlah fi'liyah) antara lain; menjukan arti tajaddud (timbulnya sesuatu) dan menujukan pada makna hudus (temporal)
c. Kaidah bentukan kata benda yang mengikuti wazan fa'lani (dengan huruf nun bukan asal kata) menunjukan arti kontradiktif dialektis
Berangkat dari kaidah-kaidah diatas, maka kata syaitan dalam al-Qur'an termasuk istilah yang mutasyabih artinya memungkinkan adanya makna-makna lain yang bertolakbelakang satu sama lainnya karena tidak adanya kata dasar yang secara ekplisit asal kata tersebut.
1. Kata syaitan berasal dari kata " sya-tha-na " ( شَطَنَ) huruf nun yang berada pada kata adalah asli. Kata sya-tha-na berarti "jauh" sejajar dengan timbangan kata (wazan) fi'al sebagai bentuk dasar (masdar). Dari kata itu pula muncul makna lain diantaranya asing, janggal, tidak lumrah. Dari makna syaitan tersebut, maka setan dimaksudkan dengan sesuatu yang bersifat material yang memiliki wujud diluar kesadaran manusia. Untuk syaitan jenis ini disebut syaitan fi'ali (yang berwujud) namun keadaanya asing atau jauh dari jangkauan manusia karena tersembunyi atau jaraknya yang jauh. Contoh seperti pada surat 2 : 14 dan 37:65 berikut ini;
وَإِذَا لَقُواْ الَّذِينَ آمَنُواْ قَالُواْ آمَنَّا وَإِذَا خَلَوْاْ إِلَى شَيَاطِينِهِمْ قَالُواْ إِنَّا مَعَكْمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ
Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: "Kami telah beriman." Dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan: "Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok".(2:14)
Yang dimaksud syaitan-syaitan dalam ayat ini adalah person-person (wujud) yang merupakan "teman-teman" mereka yang tidak terlihat dan tersembunyi.
طَلْعُهَا كَأَنَّهُ رُؤُوسُ الشَّيَاطِينِ
Mayangnya seperti kepala syaitan-syaitan.(37:65)
Yang dimaksud dengan syaitan disini adalah sesuatu yang asing dan jauh dari jangkauam manusia.
Ayat-ayat lain yang semakna dengan ayat diatas adalah; Al-Anbiya:82, Shad :37 Al-Shafat:7, Anisa:117, Al-baqarah 102, Al-An'am71, Al -Isra'a 27, Al-hajj :3, Maryam:68, Al-Mu'minun :97, Al-Syu'ara ;210,211,221, Al-Mulk:5
2. Syaitan berasal dari kata "sya-ya-tha" (شَاطَ) huruf nun yang terdapat pada kata syaitan bukan nun asli namun tambahan untuk kata dasarnya. Ia merupakan sifatul musyabbah bismilfail (sifat yang serupa dengan kata pelaku) yang sewazan dengan fa'lanu (فَعْلاَنُ) yang menunjukan pada tetapnya sifat tersebut. Makna dari kata (شَاطَ) adalah hilang/terbakar dan batalnya sesuatu/membunuh. Dari makna ini, maka yang dimaksud syaitan disini adalah sesuatu hal yang senantiasa menghilangkan, membatalkan, menjadikan ilusi, atau wahm yang berada dalam pikiran manusia untuk menghancurkan sesuatu yang riil dan objektif (al-Haq/Rahman) atau sebagai lawan darinya dan ia berada dalam kesadaran manusia serta tidak berwujud. Syaitan bentuk yang seperti ini disebut syaitan fa'lani. Ia merupakan suatu dimensi ilusi dalam fikiran manusia dan lawan sisi yang riil dan hakiki dalam pikiran manusia, yang keduanya senantiasa saling berlawanan dalam diri manusia. Diantara ayat yang menunjukan pada makna tersebut diantaranya surat Maryam:44 dan al-Hajj:52
يَا أَبَتِ لَا تَعْبُدِ الشَّيْطَانَ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلرَّحْمَنِ عَصِيّاً
Wahai bapakku, janganlah kamu menyembah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu durhaka kepada Tuhan Yang Maha Pemurah.(19:44)
وَمَا أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُولٍ وَلَا نَبِيٍّ إِلَّا إِذَا تَمَنَّى أَلْقَى الشَّيْطَانُ فِي أُمْنِيَّتِهِ فَيَنسَخُ اللَّهُ مَا يُلْقِي الشَّيْطَانُ ثُمَّ يُحْكِمُ اللَّهُ آيَاتِهِ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ
Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang rasul pun dan tidak (pula) seorang nabi, melainkan apabila ia mempunyai sesuatu keinginan, syaitan pun memasukkan godaan-godaan terhadap keinginan itu, Allah menghilangkan apa yang dimasukkan oleh syaitan itu, dan Allah menguatkan ayat-ayat-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana,(22:52)
Ayat-ayat lain yang semakna dengannya antara lain; Thoha:120, Al-Furqan:29, An-Naml:24,An-nisa:119,Al-An'am:68, An-Nahl:98,Al-Isra:27,53,64, Maryam:45, Fathir:6Al-Takwir:25, Al-Zuhruf:36Al-‘Araf:27.
Syaitan fa'lani merupakan cerminan dari sesuatu yang bersifat ilusi dari fikiran manusia. Sedangkan al-Rahman merupakan sisi material objektif yang hakiki dalam fikiran manusia. Oleh karenanya setiap manusia memiliki syaitan-syaitan fa'lani. Maka dalam al-Qur'an syaitan ini tidak muncul kecuali dalam bentuk singular (mufrad) tetapi apa bila yang dimaksud adalah syaitan fi'ali maka kadang disebut dalam bentuk singular (syaitan) maupun dalam bentuk plural (syaitan-syaitan) karena mereka kadang berbentuk hanya seorang atau berserikat.
2. Padanan Kata Setan
Dalam konsepsi Al-Qur’an, sekurang-kurangnya ada tiga istilah yang sepadan dengan istilah Setan yaitu, pertama Iblis , kedua thaghut dan ketiga jibt. Setan sendiri dapat diistilahkan dengan ;
الشيطان هو : كل عاتٍ متمرد على أوامر الله من الجن والإنس
Setan adalah setiap mahluk berakal yang durhaka dan membangkang terhadap segala perintah dari Allah baik dari golongan jin maupun manusia.
Jadi yang dimaksud setan selanjutnya adalah setan fi’al yakni sesuatu yang ada diluar kesadaran manusia yakni dari golongan jin dan manusia. Untuk bisa memahami keadaan setan dari golongan jin, perlu pemahaman awal tentang konsepsi jin dari perspektif Islam. (silahkan simak dalam 3 tulisan “ perspektif Jin menurut al-Qur’an dan al-Hadits”).
http://www.akhirzaman.info/allien-a-ufo/1645-jin-dalam-perspektif-al-quran-dan-hadits-1
http://www.akhirzaman.info/allien-a-ufo/1647-jin-dalam-perspektif-al-quran-dan-hadits-2
http://www.akhirzaman.info/allien-a-ufo/1648-jin-dalam-perspektif-al-quran-dan-hadits-3
Istilah Iblis dalam al-Qur’an disebut kurang lebih 11 kali (2:34,7:11,15:31-32,17:61,18:50,20:116,26:95, 34:20,38:74-75,). Secara bahasa Iblis berasal dari kata ablasa-yublisu yang berarti; terputus, diam, menyesal dan meratap. Namun yang paling umum digunakan adalah terputus dari rahmat Allah. Pendapat lain mengatakan bahwa Iblis bukan berasal dari bahasa Arab tetapi dari bahasa ‘ajam yang telah dikenal.
Sedangkan menurut istilah syar’i, para ulama tidak mendefinisikannya karena ia merupakan mahluk yang telah dikenal dalam konsep keagamaan diluar Islam. Ia merupakan simbol dari unsur jahat dari suatu bangsa, suatu agama, ataupun suatu kelompok. Namun demikian kalaulah mau didefinisikan dalam perspektif al-Qur’an, maka Iblis adalah jin yang menolak untuk sujud (penghormatan) kepada Adam tatkala Allah Subhanahu wa Ta'ala menciptakannya, maka dia dikutuk dan terusir dari jannah-Nya, dan dia diancam dengan siksaan neraka setelah mendapat penangguhan umur sampai hari Qiamat dan mendapat kesempatan untuk menyesatkan manusia yang tidak pernah didapat oleh mahluk selainnya.
Istilah Thaghut secara bahasa kata ini diambil dari kata طَغَى arti melampaui batas. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
إِنَّا لَمَّا طَغَى الْمَاءُ حَمَلْنَاكُمْ فِي الْجَارِيَةِ
“Sesungguh ketika air melampaui batas Kami bawa kalian di perahu.” (al-Haqqah 69:11)
Menurut wazannya berasal dari (طَغَيوت) mengikuti wazan (فعلوت) kemudian berubah menjadi (طاغوت) dari perubahan ini mengandung makna (الطاغوت كل رأس في الضلال) thaghut adalah setiap pangkal dari kesesatan. Penambahan huruf tha (ت) pada kata thagha (طاغٍ) menunjukan pada makna (شدة وقوة واستمرارية) sangat, full power, kontiniu. Dan ini merupakan sifat , atau karekter dasar dari thaghut. Thaghut bisa berupa berhala, manusia dan jin.
Adapun menurut istilah syariat definisi yg terbaik adalah yg disebutkan Ibnul Qayyim:
الطاغوت : هو كل ذي طغيان على الله فعُبِد من دونه ، إما بقهر منه لمن عبده ، وإما بطاعة ممن عبده ، إنساً كان ذلك المعبود أو جانّاً .
“thaghut adalah adalah tiap sesuatu yg melampui batas kepada Allah kemudian disembah selain-Nya, baik penyembahan itu dengan paksaan atau diikuti atau ditaati dan yang disembah itu dari golongan manusia atau jin.”
Dan pada realitasnya yang disembah itu adalah perwujudan dari setan jin dan manusia yang dirinya menyatakan sebagai hakim selain dari Allah yang membuat syari’at untuk manusia yang harus dilaksanakan yang tentu saja “syari’at” itu adalah bentuk kekufuran dan kesesatan. Hal ini sebagai disebutkan dalam sebuah ayat;
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ يَزْعُمُونَ أَنَّهُمْ آمَنُوا بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ يُرِيدُونَ أَنْ يَتَحَاكَمـُوا إِلَى الطَّاغُوتِ وَقَدْ أُمِرُوا أَنْ يَكْفُرُوا بِهِ وَيُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَنْ يُضِلَّهُمْ ضَلالاً بَعِيداً
Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya. (al-Nisa 4:60)
Sedangkan istilah al-jibt terdapat dalam al-Qur’an surat al-Nisa :51,
َلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ أُوتُواْ نَصِيباً مِّنَ الْكِتَابِ يُؤْمِنُونَ بِالْجِبْتِ وَالطَّاغُوتِ وَيَقُولُونَ لِلَّذِينَ كَفَرُواْ هَؤُلاء أَهْدَى مِنَ الَّذِينَ آمَنُواْ سَبِيلاً
”Tidakkah kamu memperhatikan orang-orang yang diberi bagian dari Al-Kitab? Mereka beriman kepada jibt dan thaghut, dan mengatakan kepada orang-orang kafir (kaum musyrikin Mekkah) bahwa mereka itu lebih benar jalannya daripadaorang-orang yang beriman.” (An-Nisa’ 4:51)
Terdapat beberapa tafsiran dari kalangan Salaf tentang makna kata jibt, antara lain: berhala, sihir, tukang sihir, tukang ramal, Huyai bin Akhthab dan Ka’b bin Al-Asyraf (kedua orang ini adalah tokoh orang-orang Yahudi di zaman Rasulullah).
Dengan demikian pengertiannya umum mencakup makna itu semua, sebagaimana dikatakan oleh Al-Jauhari dalam Ash-Shihah: ”Jibt adalah kata-kata yang dapat digunakan untuk berhala, tukang ramal, tukang sihir dan sejenisnya…”
Imam Ahmad meriwayatkan: dari Qathan bin Qabishah, dari bapaknya (Qabishah) bahwa ia telah mendengar Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
إن العيافة والطرق والطيرة من الجبت قال عوف العيافة زجر الطير والطرق الخط يخط في الأرض والجبت قال الحسن إنه الشيطان
“Iyafah, tharq dan thiyarah adalah termasuk jibt.” ‘Auf menafsiri hadits ini dengan mengatakan: “Ifayah: meramal nasib dengan menerbangkan burung; dan tharq: meramal nasib dengan membuat garis di atas tanah.” Adapun jibt, tafsirannya menurut Al-Hassan: “Ialah suara syaitan.”
Dan Iqrimah berpendapat’
وقال عكرمة الجبت بلسان الحبشة شيطان والطاغوت الكاهن
“al-jibt adalah suara jahat setan sedangkan thagut adalah para dukun”
Dari ke-tiga padanan kata setan tersebut, ada benang merah yang sangat jelas untuk dikaji lebih mendalam bahwa makar atau konspirasi setan itu sangat berhubungan erat dengan peran ketiganya yakni iblis, thaghut, jibt. Namun siapakah yang memegang peran sentral sebagai aktor intelektual dari makar itu sendiri apalagi dalam tingkat global ?
Maka Iblislah sebagai aktor intelektual makar itu sebagaimana yang tersurat dalam ayat 39 surat al-Hijr, maka dari sini kita dapat memahami bahwa “dapur” atau “Kantor Pusat” konspirasi global itu berada di alam “gaib” yakni di dunia jin yang kemudian di transformasikan ke dunia manusia melewati proses pewahyuan (al-An’am 6:112) dari jin kepada manusia dengan beragam bentuk baik melembaga atau tidak, bersistem atau tidak, baik yang disadari maupun tidak, baik yang berlabel tradisional maupun modern. Yang semuanya kadang luput dari pandangan umumnya orang apalagi orang yang tidak percaya terhadap keterlibatan jin dalam kehidupan manusia. Padahal sangat jelas baik dalam al-Qur’an dan hadits hal ini terjadi.
قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي لأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الأَرْضِ وَلأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ
Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, (al-Hijr 15:39)
َيَوْمَ يِحْشُرُهُمْ جَمِيعاً يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ قَدِ اسْتَكْثَرْتُم مِّنَ الإِنسِ
Dan (ingatlah) hari di waktu Allah menghimpunkan mereka semuanya, (dan Allah berfirman): "Hai golongan jin (syaitan), sesungguhnya kamu telah banyak (menyesatkan) manusia", (al-An’am 6:128)
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نِبِيٍّ عَدُوّاً شَيَاطِينَ الإِنسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُوراً
Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). (al-An’am :112)
عَنْ جَابِرٍ قَالَ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ عَرْشَ إِبْلِيسَ عَلَى الْبَحْرِ فَيَبْعَثُ سَرَايَاهُ فَيَفْتِنُونَ النَّاسَ فَأَعْظَمُهُمْ عِنْدَهُ أَعْظَمُهُمْ فِتْنَةً
Dari Jabir dia berkata saya mendengar Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda sesungguhnya kerajaan Iblis itu diatas laut, kemudia dia mengutus pasukannya (balatentara) dan mereka membuat fitnah pada manusia, dan barang siapa yang dapat membuat fitnah terbesar maka dia mendapat kedudukan luhur diantara mereka (H.R Muslim:5031)
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَرْشُ إِبْلِيسَ عَلَى الْبَحْرِ يَبْعَثُ سَرَايَاهُ فِي كُلِّ يَوْمٍ يَفْتِنُونَ النَّاسَ فَأَعْظَمُهُمْ عِنْدَهُ مَنْزِلَةً أَعْظَمُهُمْ فِتْنَةً لِلنَّاسِ
Dari Jabir ibn Abdullah berkata : Sesungguhnya Rasulullah bersabda : Singgasana Iblis ada di laut, dia mengirim balatentaranya setiap hari untuk membuat bencana kepada manusia, kedudukan yang tertinggi diantara mereka ialah yang paling besar membuat bencana bangi manusia (H.R Ahmad)
عَنْ جَابِرٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ إِبْلِيسَ يَضَعُ عَرْشَهُ عَلَى الْمَاءِ ثُمَّ يَبْعَثُ سَرَايَاهُ فَأَدْنَاهُمْ مِنْهُ مَنْزِلَةً أَعْظَمُهُمْ فِتْنَةً يَجِيءُ أَحَدُهُمْ فَيَقُولُ فَعَلْتُ كَذَا وَكَذَا فَيَقُولُ مَا صَنَعْتَ شَيْئًا قَالَ ثُمَّ يَجِيءُ أَحَدُهُمْ فَيَقُولُ مَا تَرَكْتُهُ حَتَّى فَرَّقْتُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ امْرَأَتِهِ قَالَ فَيُدْنِيهِ مِنْهُ وَيَقُولُ نِعْمَ أَنْتَ قَالَ الْأَعْمَشُ أُرَاهُ قَالَ فَيَلْتَزِمُهُ
Dari Jabir berkata , sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: ”sesungguhnya Iblis membangun kerajaanya diatas air, kemudian dia mengirim balatentaranya, yang paling tinggi kedudukan diantara mereka adalah yang paling besar membuat fitnah (bagi manusia), kemudian datang salah seorang dari mereka dan melaporkan pekerjaanya;” aku telah melakukan begini, dan begini ! maka Iblis berkata :” kamu tidak berbuat sesuatu”, kemudian datang yang lainnya dan berkata :”aku tidak meninggalkannya (manusia) sebelum aku membuat provokasi antara seseorang dengan istrinya. “dia berkata; “sampai dia menjauh dari padanya”. Maka Iblis berkata: “hebat kamu”! (H.R Muslim 5032)
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ إِبْلِيسَ قَالَ لِرَبِّهِ بِعِزَّتِكَ وَجَلَالِكَ لَا أَبْرَحُ أُغْوِي بَنِي آدَمَ مَا دَامَتْ الْأَرْوَاحُ فِيهِمْ فَقَالَ اللَّهُ فَبِعِزَّتِي وَجَلَالِي لَا أَبْرَحُ أَغْفِرُ لَهُمْ مَا اسْتَغْفَرُونِي
Dari Abu said Al-Hudriyi berkata , saya mendengar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: “Sesungguhnya Iblis memohon kepada Tuhannya (Allah) demi keagungan-Mu dan Kekuatan-Mu, aku pasti akan menyesatkan anak cucu Adam sepanjang mereka memiliki ruh, maka Allah berfirman demi Keagungan-Ku dan Kekuatan-Ku, Aku akan mengampuni mereka sepanjang mereka meminta ampun pada-Ku (H.R Ahmad 10814)
Allah Subhanahu wa Ta'ala telah jauh-jauh hari memperingatkan kepada manusia khususnya kepada Adam tentang kedudukan Iblis (jin) bagi manusia dia adalah aduwun kabir (musuh besar) yang senantiasa akan menyeret manusia keluar dari jalan yang benar (20:117). Lebihnya efek dari konspirasi itu menjadikan manusia dengan manusia saling bermusuhan di dunia yang tiada henti padahal sebelumnya mereka bersatu padu (2:36,20:123,7:24)
فَقُلْنَا يَا آدَمُ إِنَّ هَذَا عَدُوٌّ لَّكَ وَلِزَوْجِكَ فَلَا يُخْرِجَنَّكُمَا مِنَ الْجَنَّةِ فَتَشْقَى
Maka kami berkata: "Hai Adam, sesungguhnya ini (iblis) adalah musuh bagimu dan bagi istrimu, maka sekali-kali janganlah sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari surga, yang menyebabkan kamu menjadi celaka.(Thaha 20:117)
فَأَزَلَّهُمَا الشَّيْطَانُ عَنْهَا فَأَخْرَجَهُمَا مِمَّا كَانَا فِيهِ وَقُلْنَا اهْبِطُواْ بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ وَلَكُمْ فِي الأَرْضِ مُسْتَقَرٌّ وَمَتَاعٌ إِلَى حِينٍ
Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan". (Al-Baqarah 2:36)
Dari ayat-ayat di atas, jelas program utama iblis dan bala tentaranya baik dari golongan jin maupun manusia dalam menyesatkan manusia adalah menipu manusia atau dalam istilah lain “cuci otak” (Brainwashing). Dalam “mega Proyek” iblis ini keberhasilannya ditunjang dengan peran thaghut dan jibt. Inilah episode yang selalu berputar disetiap masa dan tempat hingga saat ini.
Brainwashing sendiri berarti;
1. Indoktrinasi secara paksa, Intensif, , biasanya politik atau agama, bertujuan untuk merusak dasar keyakinan seseoramg dan pendiriannya serta menggantikannya dengan seperangkat keyakinan yang lain.
2. Mengaplikasikan kepercayaan (bujuk rayu ) dengan cara terpusatkan, seperti kampanye sebuah iklan atau sugesti yang diulang-ulang , dalam rangka untuk membentuk keyakinan tertentu atau motivasi.
Inilah proyek yang sedang berjalan khususnya yang ditujukan kepada umat Islam. Yaitu berupa langkah-langkah sangat strategis, untuk menghancurkan bangunan umat yang megah dan mulia dalam hal pikirannya, jiwanya, akhlaknya, maupun sejarahnya, mereka menempuh tiga langkah yang membahayakan, yaitu:
1. Mengosongkan pikiran, hati, dan jiwa generasi muda Islam dari pikiran-pikiran Islami, dan dari akhlak Islami, serta mencabut semua pengaruhnya.
2. Mengisi pikiran, hati dan jiwa mereka yang telah kosong dengan ide-ide dan pemikiran yang penuh kebohongan dan kepalsuan, agar dapat melayani kehendak dan kemauan musuh dan untuk menghancurkan eksistensi umat Islam.
3. Mengerahkan pasukan yang mereka ciptakan untuk merobohkan sendi-sendi bangunan umat, memerangi pikiran dan aqidahnya, atau akhlak dan jalan hidupnya, serta memutarbalikkan sejarah serta keagungan Islam dan umatnya.
Tengok saja pernyataan seorang orentalis di dalam buku "Memerangi Dunia Islam" karya orientalis Shatly, disebutkan:
"...Bila Anda ingin memerangi Islam, mematahkan kekuatannya, dan merusak aqidah yang merupakan unsur utama kekuatan dan kemuliaan kaum muslimin di dunia, maka Anda. harus mengerahkan upaya dan sasaran perjuangan Anda untuk merusak jiwa generasi muda Islam dan kaum muslimin dengan membunuh perasaan bangga mereka terhadap sejarah masa lalunya dan kitab sucinya, Al Qur'an. Kemudian palingkan mereka dari semua itu dengan menyebarluaskan kebudayaan, peradaban, dan sejarah Anda. Sebarkan paham serba boleh (ibahiyyah/permisivisme) dan perbanyak sarana perusak moral. Kalau kita menjumpai orang-orang yang lengah di antara mereka dan hidup bersahaja, maka sudah cukuplah kiranya hal itu bagi kita, sebab untuk merusak suatu pohon kita harus memotong ranting-rantingnya lebih dahulu ...." (Wasiat Pertama, hal. 264).
Tengok pula dalam Dalam buku "Kehidupan Rahasia Laurens" disebutkan bahwa dalam laporannya kepada tuan-tuan tanah Britania pada bulan Januari 1916, Kolonel Laurens mengatakan:
"Sasaran kita yang utama ialah memecah-belah persatuan umat Islam dengan menghancurkan dan memporak-porandakan Daulah Utsmaniyyah. Kita pun harus tahu bagaimana memperlakukan bangsa-bangsa Arab agar mereka senantiasa hidup dengan permainan politik yang kotor dalam negara-negara kecil yang terpecah-pecah saling mendengki dan membelakangi satu sama lain, sehingga tidak mungkin bersatu. "
Untuk mencapai keberhasilannya maka langkah yang paling efesien yakni melakukan propaganda. Propaganda adalah merupakan upaya sistematik yang secara sengaja dilakukan dalam rangka membentuk persepsi, memanipulasi atau menyelewengkan kesadaran atau pengertian yang secara langsung mempola akhlak dan tingkah laku orang banyak dalam rangka memperoleh reaksi atau tanggapan, yang selanjutnya dapat memenuhi sasaran sesuai dengan maksud -maksud yang dikehendaki oleh para pelaku propaganda
Inilah yang mesti kita cermati saat ini dalam rangka menghindari dari jerat-jerat iblis, maka langkah awal yakni dengan membangun al-wa’yu (kesadaran diri ) yaitu Sebuah kekuatan daya pikir yang memiliki persepsi eksistensi yang mampu untuk memilah, menyeleksi, mengkritisi, menganalisa dan mengetahui kebenaran melalui syarat-syarat sebuah realita dan kejadian-kejadian yang berlangsung di dalamnya. Karena kesadaran memiliki kemampuan untuk melihat masa depan dan merasakannya dengan perasaan yang masih samar atau meyakininya dengan keyakinan yang masih samar.
Kalau begitu, ? so ! kita mulai membangun kesadaran !!!!
Eropa Telah Menyatakan Perang terhadap Islam dan Al Qur’an
Oleh: Harun Yahya
Menyusul keputusan Dewan Eropa baru-baru ini tentang larangan pengajaran fakta Penciptaan di sekolah-sekolah, pokok persoalan kedua yang bergulir dalam rencana adalah putusan Pengadilan Eropa untuk Hak Asasi Manusia (ECHR) pada tanggal 9 Oktober bahwa pelajaran agama di sekolah-sekolah Turki adalah pelanggaran terhadap hak pendidikan. Dengan putusan ini, beragam pengubahan perlu dilakukan terhadap cara pengajaran agama di sekolah-sekolah Turki dan, menurut ECHR, bahkan pelajaran agama dengan cara bagaimanapun perlu dicegah.
Pada kenyataannya, pengubahan yang dimaksudkan di sini tidak memiliki tujuan selain menghapuskan sama sekali pendidikan agama, untuk memalingkan generasi muda dari keimanan kepada Allah (Tuhan) dan menanamkan pola pikir materialis dalam diri mereka. Keputusan melarang pengajaran Paham Penciptaan di sekolah-sekolah berdasarkan keputusan Dewan Eropa yang diambil di awal Oktober memiliki tujuan yang sama. Kenyataan bahwa laporan yang dimaksud tersebut menetapkan bahwa hanya teori evolusi yang seharusnya diizinkan di kurikulum dengan jelas menyingkap kekhawatiran bahwa para siswa yang belajar tentang fakta Penciptaan tidak akan tumbuh menjadi materialis. Inilah mengapa Paham Penciptaan telah digambarkan sebagai ancaman bagi Eropa dan keputusan di atas telah diambil. Keadaan yang sama berlaku pada pelajaran agama yang saat ini diberikan di Turki. Khawatir terhadap para siswa yang belajar tentang Islam dan meninggalkan pemikiran materialisme, Eropa saat ini telah menganjurkan dihentikannya pelajaran agama di sekolah-sekolah dengan beragam alasan. Upaya Eropa adalah jelas: menyatakan perang terhadap iman kepada Allah dan Islam.
Tidak ada keraguan bahwa alasan bagi semua ini adalah pembongkaran rahasia ke seluruh dunia bahwa Darwinisme, dan materialisme pendukungnya, keduanya adalah penipuan. Kalangan Darwinis dan materialis telah dilanda ketakutan di hadapan karya Harun Yahya Atlas Penciptaan, yang menunjukkan bahwa makhluk-makhluk hidup masa kini sama persis dengan nenek moyang mereka yang hidup di masa lalu. Mereka sadar bahwa mereka takkan mampu lagi menyebarluaskan penipuan itu sebagaimana telah mereka lakukan selama 150 tahun terakhir. Dunia kini telah menyaksikan bahwa teori evolusi Darwin adalah kebohongan yang sangat buruk. Filsafat materialis, yang mendorong ketiadaan agama, kini sedang berada keadaan sekarat dan di abad ke-21 umat manusia akan terbebaskan dari penipuan semacam itu, insya Allah, dan kembali pada tujuan hakiki penciptaannya. Takut dan terkejut oleh kenyataan ini, kalangan Darwinis-materialis kini tengah berupaya mengambil tindak pencegahan melawan perkembangan luar biasa ini. Tapi apa yang tamat, adalah tamat dan seluruh dunia kini tahu tentang penipuan Darwinis. Siswa sekolah kini sedang melancarkan serangan mereka sendiri melawan Darwinisme dan menolak mempelajari penipuan ini.
Apa yang diinginkan kalangan Darwinis-materialis adalah membangun masyarakat tanpa agama, tanpa sedikit pun keimanan kepada Allah. Namun kenyataannya, masyarakat tanpa agama akan semakin mendorong kemerosotan akhlak, meningkatkan peperangan, pembantaian dan pemberontakan yang mengiringi ketiadaan agama, dan menimpakan bencana bagi seluruh umat manusia. Apa yang perlu dilakukan adalah mendorong orang, khususnya kaum muda, untuk mengikuti nilai-nilai ajaran agama daripada memalingkan mereka dari agama dan menganjurkan filsafat materialis.
Alasan ketakutan yang dialami kalangan Darwinis Eropa sangatlah jelas: Mereka telah menyadari bahwa Penciptaan adalah kenyataan satu-satunya, yang kini telah diketahui seluruh dunia. Mereka membayangkan bahwa mereka mampu menghentikan perkembangan ini dengan melarang pelajaran agama dan menghilangkan Paham Penciptaan dari kurikulum. Mereka yakin mereka akan menang dalam peperangan yang mereka lancarkan melawan iman kepada Allah. (Sudah pasti Allah tak terkalahkan.) Mereka ingin yakin bahwa Darwinisme akan dianut dan diterima, meskipun mereka sangat tahu bahwa ini tidak akan pernah terjadi. Agama keliru atau kebohongan yang dibuat melawan iman kepada Allah tidak memiliki jalan bertahan hidup. Allah Yang Mahakuasa mengungkapkan hal senada dalam ayat-ayat-Nya:
Sebenarnya Kami melontarkan yang hak kepada yang batil lalu yang hak itu menghancurkannya, maka dengan serta merta yang batil itu lenyap. Dan kecelakaanlah bagimu disebabkan kamu menyifati (Allah dengan sifat-sifat yang tidak layak bagi-Nya). (QS. Al Anbiyaa’, 21:18)
Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang mengembang. Dan dari apa (logam) yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti buih arus itu. Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi) yang benar dan yang batil. Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya; adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan. (QS. Ar Ra’d, 13:17)
Dengan keruntuhan pasti Darwinisme, pengaruh Darwinis banyak melemah dibandingkan sebelumnya. Berkembangnya nilai-nilai ajaran Islam adalah janji Allah dan akan, dengan izin-Nya, menjadi kenyataan. Isyarat-isyarat ini dapat disaksikan di seluruh dunia. Agama hak-Nya, dengan kehendak-Nya, telah menang. Kaum Darwinis tidak lagi mampu menyesatkan manusia. Permusuhan Eropa terhadap Islam tidak akan mengubah apa pun. Dengan izin Allah, sebagaimana halnya dengan setiap pemikiran menyimpang yang pernah melawan nilai-nilai ajaran Islam, serangan balik yang terkini ini, juga, hanya akan semakin menguatkan agama Islam.
Sumber: http://www.harunyahya.com/indo/berita/eropa_telah_menyatakan_perang.htm
Menyusul keputusan Dewan Eropa baru-baru ini tentang larangan pengajaran fakta Penciptaan di sekolah-sekolah, pokok persoalan kedua yang bergulir dalam rencana adalah putusan Pengadilan Eropa untuk Hak Asasi Manusia (ECHR) pada tanggal 9 Oktober bahwa pelajaran agama di sekolah-sekolah Turki adalah pelanggaran terhadap hak pendidikan. Dengan putusan ini, beragam pengubahan perlu dilakukan terhadap cara pengajaran agama di sekolah-sekolah Turki dan, menurut ECHR, bahkan pelajaran agama dengan cara bagaimanapun perlu dicegah.
Pada kenyataannya, pengubahan yang dimaksudkan di sini tidak memiliki tujuan selain menghapuskan sama sekali pendidikan agama, untuk memalingkan generasi muda dari keimanan kepada Allah (Tuhan) dan menanamkan pola pikir materialis dalam diri mereka. Keputusan melarang pengajaran Paham Penciptaan di sekolah-sekolah berdasarkan keputusan Dewan Eropa yang diambil di awal Oktober memiliki tujuan yang sama. Kenyataan bahwa laporan yang dimaksud tersebut menetapkan bahwa hanya teori evolusi yang seharusnya diizinkan di kurikulum dengan jelas menyingkap kekhawatiran bahwa para siswa yang belajar tentang fakta Penciptaan tidak akan tumbuh menjadi materialis. Inilah mengapa Paham Penciptaan telah digambarkan sebagai ancaman bagi Eropa dan keputusan di atas telah diambil. Keadaan yang sama berlaku pada pelajaran agama yang saat ini diberikan di Turki. Khawatir terhadap para siswa yang belajar tentang Islam dan meninggalkan pemikiran materialisme, Eropa saat ini telah menganjurkan dihentikannya pelajaran agama di sekolah-sekolah dengan beragam alasan. Upaya Eropa adalah jelas: menyatakan perang terhadap iman kepada Allah dan Islam.
Tidak ada keraguan bahwa alasan bagi semua ini adalah pembongkaran rahasia ke seluruh dunia bahwa Darwinisme, dan materialisme pendukungnya, keduanya adalah penipuan. Kalangan Darwinis dan materialis telah dilanda ketakutan di hadapan karya Harun Yahya Atlas Penciptaan, yang menunjukkan bahwa makhluk-makhluk hidup masa kini sama persis dengan nenek moyang mereka yang hidup di masa lalu. Mereka sadar bahwa mereka takkan mampu lagi menyebarluaskan penipuan itu sebagaimana telah mereka lakukan selama 150 tahun terakhir. Dunia kini telah menyaksikan bahwa teori evolusi Darwin adalah kebohongan yang sangat buruk. Filsafat materialis, yang mendorong ketiadaan agama, kini sedang berada keadaan sekarat dan di abad ke-21 umat manusia akan terbebaskan dari penipuan semacam itu, insya Allah, dan kembali pada tujuan hakiki penciptaannya. Takut dan terkejut oleh kenyataan ini, kalangan Darwinis-materialis kini tengah berupaya mengambil tindak pencegahan melawan perkembangan luar biasa ini. Tapi apa yang tamat, adalah tamat dan seluruh dunia kini tahu tentang penipuan Darwinis. Siswa sekolah kini sedang melancarkan serangan mereka sendiri melawan Darwinisme dan menolak mempelajari penipuan ini.
Apa yang diinginkan kalangan Darwinis-materialis adalah membangun masyarakat tanpa agama, tanpa sedikit pun keimanan kepada Allah. Namun kenyataannya, masyarakat tanpa agama akan semakin mendorong kemerosotan akhlak, meningkatkan peperangan, pembantaian dan pemberontakan yang mengiringi ketiadaan agama, dan menimpakan bencana bagi seluruh umat manusia. Apa yang perlu dilakukan adalah mendorong orang, khususnya kaum muda, untuk mengikuti nilai-nilai ajaran agama daripada memalingkan mereka dari agama dan menganjurkan filsafat materialis.
Alasan ketakutan yang dialami kalangan Darwinis Eropa sangatlah jelas: Mereka telah menyadari bahwa Penciptaan adalah kenyataan satu-satunya, yang kini telah diketahui seluruh dunia. Mereka membayangkan bahwa mereka mampu menghentikan perkembangan ini dengan melarang pelajaran agama dan menghilangkan Paham Penciptaan dari kurikulum. Mereka yakin mereka akan menang dalam peperangan yang mereka lancarkan melawan iman kepada Allah. (Sudah pasti Allah tak terkalahkan.) Mereka ingin yakin bahwa Darwinisme akan dianut dan diterima, meskipun mereka sangat tahu bahwa ini tidak akan pernah terjadi. Agama keliru atau kebohongan yang dibuat melawan iman kepada Allah tidak memiliki jalan bertahan hidup. Allah Yang Mahakuasa mengungkapkan hal senada dalam ayat-ayat-Nya:
Sebenarnya Kami melontarkan yang hak kepada yang batil lalu yang hak itu menghancurkannya, maka dengan serta merta yang batil itu lenyap. Dan kecelakaanlah bagimu disebabkan kamu menyifati (Allah dengan sifat-sifat yang tidak layak bagi-Nya). (QS. Al Anbiyaa’, 21:18)
Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang mengembang. Dan dari apa (logam) yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti buih arus itu. Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi) yang benar dan yang batil. Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya; adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan. (QS. Ar Ra’d, 13:17)
Dengan keruntuhan pasti Darwinisme, pengaruh Darwinis banyak melemah dibandingkan sebelumnya. Berkembangnya nilai-nilai ajaran Islam adalah janji Allah dan akan, dengan izin-Nya, menjadi kenyataan. Isyarat-isyarat ini dapat disaksikan di seluruh dunia. Agama hak-Nya, dengan kehendak-Nya, telah menang. Kaum Darwinis tidak lagi mampu menyesatkan manusia. Permusuhan Eropa terhadap Islam tidak akan mengubah apa pun. Dengan izin Allah, sebagaimana halnya dengan setiap pemikiran menyimpang yang pernah melawan nilai-nilai ajaran Islam, serangan balik yang terkini ini, juga, hanya akan semakin menguatkan agama Islam.
Sumber: http://www.harunyahya.com/indo/berita/eropa_telah_menyatakan_perang.htm
Bid'ah dan Tasyabbuh Disekitar Umat Islam Bagian Kedua
Nubuwat Tentang Tasyabbuh
Berikut ini adalah salah satu hadits tentang nubuwat akhir zaman yang berkenaan dengan tasyabbuh pada umat nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam:
عن أَبِي سَعِيدٍ الْخدْرِيِّ عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم، قَالَ: لَتَتْبَعُنَّ سَنَنَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ، شِبْرًا بِشِبْرٍ، وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا جُحْرَ ضَبٍّ تَبِعْتُمُوهُمْ قُلْنَا: يَا رَسُولَ اللهِ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى قَالَ: فَمَنْ
"Sungguh diantara kalian akan mengikuti apa-apa yang dilakukan bangsa-bangsa terdahulu, selangkah demi selangkah, sehasta demi sehasta walau pun mereka memasuki lubang biawak kamu akan mengikuti mereka". Diantara para sahabat ada yang bertanya "Ya, Rasululah apakah yang dimaksud (di sini) adalah pemeluk agama Yahudi dan Nashrani ?" Rasulullah menjawab "Siapa lagi (kalau bukan mereka) (HR. Bukhari)
Makna Tasyabbuh
At-Tasyabbuh secara bahasa diambil dari kata al-musyabahah yang berarti meniru atau mencontoh, menjalin atau mengaitkan diri, dan mengikuti. At-Tasybih berarti peniruan. Dan mutasyabihah berarti mutamatsilat (serupa). Dikatakan artinya serupa dengannya, meniru dan mengikutinya.
Untuk memahami konsep tasyabuh dalam tingkat sederhana, kita bisa meminjam teori dasar dari ilmu balaghah (susastra Arab) bagian ilmu bayan tentang tasybih (penyerupaan), yang didefinisikan sebagai berikut;
التشبيه هو إلحاق أمر بأمر في معنى بأداة
Tasybih adalah menyerupakan sesuatu dengan yang lain dalam satu keadaan dengan mengunakan alat-alat tertentu.
Contoh sederhana sebagai berikut;
العمر مثل الضيف أو كالطيف ليس له إقامة
Umur itu bagaikan tamu atau laksana hayalan, dia tidak menetap.
Dari contoh diatas, diserupakan antara umur dengan tamu atau hayalan dalam hal tidak menetapnya. Sesuatu dengan yang lainnya dapat dikatakan serupa (tasyabbuh) jika memenuhi 4 rukun pokok tasybih yaitu; musyabbah (sesuatu yang diserupakan), sesuatu yang diserupai (musabbah bih), sifat atau keadaan yang diserupakan (wajhu syibhi) dan lafadz yang menunjukan keserupakan (adatu tasybih). Pada contoh diatas, rukunnya sebagai berikut;
1. Umur (العمر) sebagai musyabbah (yang diserupakan)
2. Tamu atau hayalan (الضيف أو كالطيف) sebagai musyabbah biih ( yang diserupai)
3. Tidak menetap (ليس له إقامة) sebagai wajhu syibhi (keadaan atau hal keserupaan)
4. Seperti (ك/مثل) sebagai adatu tasybih (alat menyerupakan)
Dari 4 rukun diatas, pada teks (mantuq) tidak selamanya ke -4 rukun itu muncul, namun dalam tataran konteks (mafhum) ke-4 nya wajib dipenuhi. Konsep dasar inilah yang perlu dijadikan dalam memahami setiap tasyabbuh dalam konteks sosiologis. Dari ke-4 rukun tasybih tersebut yang menentukan nilai dalam proses tasyabbuh adalah wajhu syibhinya dalam artian baik buruknya suatu tasybih paling utama ditentukan oleh hal atau sifat yang dijadikan penyerupaannya. Oleh karena itu hadis nabi;
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
Barang siapa yang menyerupai suatu kaum maka dia termasuk kaum itu. (H.R Abu Daud)
Hadits tersebut masih netral, dalam artian suatu tasyabbuh belum dikatakan apakah nilainya baik atau buruk, tergantung hal apa yang diserupakanya, apakah baik atau buruk, meskipun yang diserupakan itu antara mu'min dan kafir. Hadits tersebut hanya menggambarkan bahwa seseorang bisa dikatakan segolongan, sekaum kalau memiliki kesamaan wajhu sibhi, walaupun secara generik dia berbeda.
Dalam menentukan wajhu syibhi dari suatu tasybih, yang tidak disebutkan wajhu sibhinya, maka kita mesti memperhatikan indikator (qarinah) dari suatu teks tersebut, seperti pada hadits berikut,
لَيْسَ مِنَّا مَنْ تَشَبَّهَ بِالرِّجَالِ مِنْ النِّسَاءِ وَلَا مَنْ تَشَبَّهَ بِالنِّسَاءِ مِنْ الرِّجَالِ (أحمد ، والطبرانى عن ابن عمرو)
Bukan umat kami (Islam) seorang laki-laki seperti seorang perempuan, atau seorang perempuan seperti laki-laki. (H.R Ahmad, Thabrani dari Ibn Amr)
Dalam teks hadits tersebut tidak disebutkan wajhu sibhinya, namun qarinahnya jelas yakni perkara yang terlarang atau penegasian keadaan (ليس منا), maka secara mafhum terlarangnya tasyabuh antara pria dan wanita adalah pada hal-hal yang telah jelas secara syar'i dibedakan, misalnya memakai perhiasan, menutup aurat, dll. Jadi maksud hadits tersebut adalah, "seorang laki-laki yang memakai perhiasan dari emas layaknya perempuan bukan tergolong umat Nabi Muhammad, begitu pula seorang perempuan yang memakai pakaian seperti laki-laki maka dia bukan termasuk umat Nabi Muhammad".
Pada hadits lain disebutkan,
ليس مِنا مَن تَشبَّه بغيرنا ، لا تَشَبَّهُوا بأهل الكتاب فإن تسليمَهم الإِشارةُ بالأصابع والأكُفِّ
Bukan umat kami (Islam) yang tidak seperti muslim, maka janganlah kalian menyerupai ahlul kitab (dalam memberi penghormatan), sesungguhnya jika mereka memberi salam dengan mengangkat tangan dan kain. (H.R Tirmidzi)
Dari hadits tersebut disebutkan wajhu sibhinya yakni "memberi penghormatan". Secara mafhum hadits itu bermakna seorang tidak disebut muslim jika memberi penghormatan kepada manusia sama dengan cara ahlul kitab memberi penghormatan yakni dengan mengangkat tangan atau kain (benda).
Tasyabbuh yang dilarang dalam Al-Quran dan As-Sunnah secara syar'i adalah menyerupai orang-orang kafir dalam segala bentuk dan sifatnya, baik dalam aqidah, peribadatan, kebudayaan, atau dalam pola tingkah laku yang menunjukkan ciri khas mereka (kaum kafir).
Termasuk dalam tasyabbuh yaitu meniru terhadap orang-orang yang tidak shalih, walaupun mereka itu dari kalangan kaum muslimin, seperti orang-orang fasik, orang-orang awam dan jahil, atau orang-orang Arab (badui) yang tidak sempurna diennya (keislamannya),
Oleh karena itu, segala sesuatu yang tidak termasuk cirri khusus orang-orang kafir, baik aqidahnya, adat-istiadatnya, peribadatannya, dan hal itu tidak bertentangan dengan nash-nash serta prinsip- prinsip syari'at, atau tidak dikhawatirkan akan membawa kepada kerusakan, maka tidak termasuk tasyabbuh yang terlarang. Inilah pengertian secara umum.
Pembagian Tasyabbuh dan Hukumnya
Dalam konsepsi Islam, tasyabbuh yang terlarang itu terbagi dua yaitu;
1. Tataran sosiologis, yakni penyerupaan sesuatu dengan yang lain yang secara hakekatnya sesuatu itu mesti berbeda seperti tasyabbuhnya laki-laki dan perempuan, yang muda dengan yang tua dll. Sebagaimana dalam hadits berikut;
إن خير شبابكم من تشبه بشيوخكم و شر شيوخكم من تشبه شبابكم و شر نسائكم من تشبه برجالكم و شر رجالكم من تشبه بنسائكم
Sesungguhnya pemuda yang terbaik diantara kalian adalah seperti orang tua kalian (dewasa) dan dan sejelek-jeleknya orang tua diantara kalian adalah seperti anak muda kalian (kekanak-kanakan), dan sejelek-jeleknya wanita diantara kalian adalah yang menyerupai laki-laki kalian, dan sejelek-jeleknya laki-laki kalian adalah yang menyerupai wanita diantara kalian". (H.R Baihaqi)
لَيْسَ مِنَّا مَنْ تَشَبَّهَ بِالرِّجَالِ مِنْ النِّسَاءِ وَلَا مَنْ تَشَبَّهَ بِالنِّسَاءِ مِنْ الرِّجَالِ (أحمد ، والطبرانى عن ابن عمرو)
Bukan umat kami (Islam) seorang laki-laki seperti seorang perempuan, atau seorang perempuan seperti laki-laki. (H.R Ahmad,Thabrani dari Ibn Amr)
2. Tataran teologis, yakni penyerupaan antara umat Islam dengan luar Islam yang ditegaskan dengan nash seperti tasyabbuhnya muslim dengan ahlul kitab, dengan orang musyrik, orang majusi, munafik dll. Seperti contoh;
ليس مِنا مَن تَشبَّه بغيرنا ، لا تَشَبَّهُوا بأهل الكتاب فإن تسليمَهم الإِشارةُ بالأصابع والأكُفِّ
Bukan umat kami (Islam) yang tidak seperti muslim, maka janganlah kalian menyerupai ahlul kitab (dalam memberi penghormatan), sesungguhnya jika mereka memberi salam dengan mengangkat tangan dan kain. (H.R Tirmidzi)
Oleh karena itu ditinjau dari sisi hukum, maka tasyabbuh dalam bentuk umum memiliki beragam nilai hukum yang meliputi semua jenis tasyabbuh. Hukum umum tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Ada beberapa perkara dari perbuatan tasyabbuh terhadap orang-orang kafir bisa dihukumi sebagai perbuatan syirik atau kufur; seperti tasyabbuh dalam bidang keyakinan, beberapa perkara masalah ibadah, misalnya tasyabbuh terhadap pemeluk agama Yahudi, Nashrani, atau Majusi dalam perkara-perkara yang berhubungan dengan masalah tauhid dan aqidah. Contohnya: seperti ta'thil yakni menafikkan dan mengkufuri nama-nama dan sifat-sifat Allah Ta'ala, meyakini kemanunggalan hamba dengan Allah, taqdis (mensucikan) seorang Nabi atau orang-orang shalih kemudian berdoa serta beribadah kepada mereka, berhukum dengan syari'at dan perundang-undangan buatan manusia. Maka bagi pelaku semua itu kalau tidak syirik pasti kufur hukumnya (haram).
2. Ada pula dari beberapa perbuatan yang menjerumuskan kepada perbuatan maksiat dan kefasikan. Seperti taklid kepada adat-istiadat atau budaya kafir. Contohnya, seperti makan dan minum dengan tangan kiri, laki-laki menyerupai wanita (sisay) atau wanita yang menyerupai laki-laki (tomboy) dan lain sebagainya. Ini pun termasuk yang diharamkan.
3. Tasyabbuh bisa dihukumi sebagai perbuatan yang makruh bila timbul keragu- raguan antara mubah atau haram karena tidak ada kejelasan hukum. Maksudnya, kadang-kadang dalam beberapa masalah tingkah laku, adat atau kebudayaan, serta beberapa masalah keduniaan masih diragukan kedudukan hukumnya. Apakah masalah tersebut termasuk suatu perkara yang dibenci ataukah sesuatu yang mubah (dibolehkan). Namun, demi menjaga agar seorang muslim tidak terperosok, maka dihukumi sebagai sesuatu yang makruh.
4. Sebagian ada beberapa perkara yang semata-mata merupakan rekayasa materi murni dan tidak akan menyebabkan kaum muslimin tergiring untuk mengikuti kaum kafir, sehingga bakal membahayakan mereka. Demikian juga dengan ilmu-ilmu murni keduniaan yang tidak menyangkut aqidah dan akhlak, maka semua ini termasuk dalam perkara mubah.
5. Kadang-kadang kaum muslimin harus mengambil manfaat dari ilmu-ilmu murni keduniaan yang dimiliki orang-orang kafir. Dan, yang dimaksud dengan murni (bahtah) adalah tidak mengandung unsur-unsur atau tanda-tanda yang bertentangan dengan nash-nash atau kaidah-kaidah syar'i. Atau, yang dapat menjerumuskan kaum muslimin pada kehinaan dan kekerdilan. Bila ketentuan tersebut dipenuhi, maka bisa dimasukkan ke dalam kategori mubah pula.
GOLONGAN-GOLONGAN YANG TERLARANG DITASYABBUHI
Dengan menelaah dan mengkaji nash-nash syar'i maka kita akan dapat mengenali beberapa golongan diluar islam yang terlarang untuk di tasyabbuhi yaitu;
1. Orang Kafir
Secara umum bertasyabbuh kepada orang-orang kafir, dengan tanpa kecuali, adalah sangat terlarang. Termasuk golongan ini adalah orang-orang musyrik, pemeluk agama Yahudi, Nashrani, Majusi, Syaibah (Sabi'in), orang-orang penganut ajaran Komunis, dan lain-lain. Kita dilarang bertasyabbuh terhadap setiap perkara yang merupakan ciri khas orang kafir, baik dalam ibadah, adat-istiadat, maupun pakaian. Seperti sabda Nabi kepada Abdullah bin Umar ra. Ketika beliau melihatnya berpakaian dengan dua pakaian berwarna kuning keemasan, sabda beliau: "Sesungguhnya pakaian ini adalah dari orang-orang kafir, maka janganlah kamu memakainya." Hal ini merupakan dalil, bahwa jika pakaian itu merupakan pakaian khas orang-orang kafir maka seorang muslim tidak boleh memakainya.
2. Orang-orang Musyrik
Kita telah dilarang bertasyabbuh terhadap cara ibadah mereka, perayaan hari-hari besar mereka, perbuatan-perbuatan mereka, seperti muka'an wa tashdiyah yakni beribadah dengan cara bersiul-siul dan bertepuk tangan, minta syafaat dan tawassul dengan makhluk ciptaan Allah Subhanahu wa Ta'ala di dunia, bernadzar dan berkurban di pekuburan, dan perbuatan-perbuatan lainnya. Termasuk perbuatan yang dilarang pula yakni meninggalkan padang Arafat sebelum maghrib (dalam berhaji) sebab perbuatan tersebut merupakan perbuatan kaum musyrikin.
Para pendahulu kita (as-salafus shalih) sangat membenci setiap perkara yang merupakan ciri khas milik orang-orang musyrik dan semua yang termasuk perbuatan-perbuatan mereka. Seperti kata Abdullah bin 'Amr bin 'Ash, ra. dan yang lainnya:
"Barangsiapa yang membuat bangunan di negeri orang-orang musyrik serta membuat panji-panji dan pataka-pataka (bendera lambang komando) mereka hingga akhir hayatnya, maka akan dikumpulkan bersama mereka di hari kiamat." (H.R Baihaqi)
Dan Ibnu Umar ra. membenci meletakkan hiasan-hiasan di masjid dan melarang dari hal tersebut serta semua hal yang berhubungan dengan masalah itu, karena menurut beliau ra. bahwa hal itu menyerupai patung-patung orang musyrik. (H.R Ibnu Abi Syaibah)
3. Ahli Kitab
Yang dimaksud Ahli Kitab adalah pemeluk agama Yahudi dan Nashrani. Kita dilarang meniru semua perkara yang merupakan ciri khas pemeluk agama Yahudi dan Nashrani, baik dalam bidang aqidah, ibadah, adat-istiadat (budaya), dalam berpakaian, atau hari-hari besar mereka. Contohnya: membuat bangunan di atas kuburan, dan menjadikannya masjid, menggantungkan gambar-gambar (foto-foto), mengekspose wanita, meninggalkan makan sahur, menggantung atau memasang salib, ikut memperingati dan merayakan hari-hari besar mereka dan lain-lain.
4. Pemeluk agama Majusi
Sebagian ciri khas pemeluk agama Majusi adalah menyembah dan beribadah kepada api (agama Sinto Budha di Jepang), mensucikan raja-raja dan para pembesar, mencukur rambut bagian kuduk dan membiarkan rambut bagian depan, mencukur jenggot, memanjangkan kumis, meniup peluit atau terompet, dan memakai piring atau bejana dari emas dan perak.
5. Bangsa Persia dan Romawi
Termasuk golongan ini tentu saja Ahli Kitab, Majusi dan lainnya, Persia dan Romawi. Kita juga telah dilarang bertasyabbuh dengan hal-hal yang merupakan ciri khas mereka dalam peribadatan, kebudayaan, cara dan tata tertib keagamaan. Seperti, mengagungkan dan mensucikan pembesar-pembesar dan orang-orang terhormat, mentaati pendeta (alim ulama) dan rahib-rahib (orang-orang shalih) yang mensyari'atkan sesuatu yang tidak disyari'atkan Allah, berlebih-lebihan serta melampaui batas dalam beragama.
6. Orang-orang 'Ajam yang Bukan Muslimin
Hal ini berdasarkan sabda Nabi ketika beliau melarang seorang laki-laki yang memakai sutera di bagian bawah pakaiannya, dengan sabda beliau: "Seperti orang 'Ajam (bukan Arab, non Muslim, )." (H.R Abu Daud), atau terhadap orang yang menambahkan sutera di bagian pundak pakaiannya, dengan sabdanya: "Seperti orang 'Ajam (bukan Arab, yang non muslim,)" (H.R Abu Daud). Dan, beliau juga melarang berdiri menyambut pembesar sebagai penghormatan. Bahkan, beliau melarang perbuatan yang sama bagi makmum terhadap imamnya dengan alasan yang sama, sebab dikhawatirkan mereka memahami bahwa yang demikian itu adalah salah satu cara penghormatan. Hal itu sebagaimana dinyatakan dalam asbabul wurud dari hadits tersebut, bahwa yang demikian itu bertasyabbuh dengan perbuatan orang-orang 'Ajam yang berdiri untuk menghormati kedatangan pembesar-pembesar mereka. Hal inilah yang dilarang, karena bertasyabbuh dengan orang-orang kafir 'Ajam. (H.R Muslim)
Perkara ini dikuatkan pula oleh Umar bin Khattab ra. Beliau melarang berpakaian seperti orang 'Ajam sebagaimana halnya terhadap orang-orang musyrik. Beliau menyampaikan larangan tersebut dengan keras sekali. Demikian pula dengan yang diisyaratkan oleh para as-salaf ash-shalih.
7. Orang-orang Jahiliyah dan Ahlinya
Kita juga telah dilarang dari segala hal yang berbau jahiliyah, baik dalam akhlak, ibadah, adat, maupun syi'ar-syi'arnya. Seperti bertabarruj bagi wanita, tidak berpakaian di bawah terik matahari pada waktu ihram sehingga dia meminta-minta pakaian. Hal ini seperti yang dilakukan oleh orang-orang Rafidlah (Syi'ah) zaman sekarang ini. Semua ini merupakan perbuatan jahiliyah dan amalan orang-orang musyrik. Demikian juga bertelanjang (tidak memakai pakaian, yakni menampakkan aurat, baik keseluruhan maupun sebagian saja), fanatik kebangsaan, berbangga-bangga dengan kebangsawanan dan mencela nasab, meratapi mayat dan meminta hujan kepada bintang-bintang (yakni berpendapat bahwa hujan turun karena musim dan bukan karena rahmat Allah). Nabi telah membantah dan membatalkan semua yang berbau jahiliyah dengan Islam, baik pahamnya, kebudayaannya, atau taklidnya (ikut-ikutan tanpa ilmu), peraturan dan perundang-undangannya, iklan-iklan dan propaganda- propagandanya.
8. Setan
Golongan lainnya yang terlarang untuk dijadikan figur peniruan (tasyabbuh) adalah setan (jin kafir). Nabi telah menerangkan perbuatan-perbuatan setan itu dan kita dilarang menirunya. Seperti, makan dan minum dengan tangan kiri. Sebagaimana diriwayatkan oleh Muslim dan lainnya: Bahwa Nabi bersabda:
"Janganlah kalian makan dengan tangan kiri dan jangan pula minum dengannya (tangan kiri). Sesungguhnya setan makan dengan tangan kirinya dan minum dengannya (tangan kiri pula)."
Tetapi sayangnya, perbuatan ini banyak dilakukan di kalangan kaum muslimin dengan menganggap bahwa perbuatan itu adalah perbuatan sepele, atau memang karena ketakabburannya terhadap kebenaran, serta iman meniru-niru auliya'u setan (teman-teman setan) dari golongan orang-orang kafir dan fasik.
9. Orang-orang Arab Badui yang Tidak Sempurna Agamanya
Mereka adalah orang-orang Badui (Arab) yang jahil. Banyak orang-orang Arab yang memakai hukum perundang-undangannya berdasar adat dan taklid (mengikuti nenek moyang), tidak berdasarkan Islam sama sekali. Semuanya itu merupakan warisan jahiliyah, bahkan ada orang-orang Arab Badui yang fanatik terhadap adat-istiadat dan kebudayaannya, doktrin-doktrin hari-hari besar, taklid, serta berbagai atribut lainnya meskipun bertentangan dengan syari'at Islam. Di antaranya, fanatik jahiliyah (kebulatan tekad untuk mempertahankan kejahiliyahan), membangga-banggakan kebangsawanan, mencela nasab, menamakan maghrib dengan isya dan menamakan isya dengan al-atamah (kegelapan malam), bersumpah untuk thalak, menggantungkan thalak, tidak menikah kecuali dengan anak pamannya, dan adat-adat jahiliyah lainnya.
Alasan Dilarangnya Tasyabbuh Terhadap Orang Kafir
Telah disebutkan mengenai terlarangnya bertasyabuh kepada orang diluar islam terutama menyangkut tasyabbuh dalam bidang keyakinan, beberapa perkara masalah ibadah, juga dari beberapa perbuatan yang menjerumuskan kepada perbuatan maksiat dan kefasikan. Seperti taklid kepada adat-istiadat atau budaya kafir. Adapun penyebab timbulnya larangan tersebut, diantaranya:
1. Semua perbuatan orang kafir pada dasarnya dibangun di atas pondasi kesesatan dlalalah dan kerusakan fasad. Inilah sebenarnya titik tolak semua perbuatan dan amalan orang-orang kafir, baik yang bersifat menakjubkan anda atau tidak, baik yang dzahir (nampak, nyata) kerusakannya ataupun terselubung. Karena sesungguhnya yang menjadi dasar semua aktivitas orang- orang kafir adalah dlalal (sesat), inhiraf (menyeleweng dari kebenaran), dan fasad (rusak). Baik dalam aqidah, adat-istiadat, ibadah, perayaan-perayaan hari besar, ataupun dalam pola tingkah lakunya. Adapun kebaikan yang mereka perbuat hanyalah merupakan suatu pengecualian saja. Oleh karena itu jika ditemukan pada mereka perbuatan-perbuatan baik, maka di sisi Allah tidak memberi arti apapun baginya dan tidak diberi pahala sedikitpun. Sebagaimana firman Allah: "Dan Kami hadapi amal yang mereka kerjakan kemudian Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan." (QS. Al- Furqan: 23)
2. Dengan bertasyabbuh terhadap orang kafir, maka seorang muslim akan menjadi pengikut mereka. Yang berarti dia telah menentang atau memusuhi Allah Subhanahu wa Ta'ala dan Rasul-Nya . Dan dia akan mengikuti jalur orang-orang yang tidak beriman. Padahal dalam perkara ini terdapat peringatan yang sangat keras sekali, sebagaimana Allah berfirman: "Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas datang kepadanya petunjuk dan mengikuti jalannya orang- orang yang tidak beriman, Kami biarkan ia leluasa dengan kesesatannya (yakni menentang Rasul dan mengikuti jalan orang-orang kafir, pen.) kemudian Kami seret ke dalam Jahannam. Dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali." (QS. An-Nisa' 4:115)
3. Hubungan antara sang peniru dengan yang ditiru seperti yang terjadi antara sang pengikut dengan yang diikuti yakni penyerupaan bentuk yang disertai kecenderungan hati, keinginan untuk menolong serta menyetujui semua perkataan dan perbuatannya. Dan sikap itulah yang menjadi bagian dari unsur-unsur keimanan, di mana seorang muslim tidak diharapkan untuk terjerumus ke dalamnya. Sebagian besar tasyabbuh mewariskan rasa kagum dan mengokohkan orang- orang kafir. Dari sana timbullah rasa kagum pada agama, kebudayaan, pola tingkah laku, perangai, semua kebejatan dan kerusakan yang mereka miliki. Kekagumannya kepada orang kafir tersebut akan berdampak penghinaan kepada As-Sunnah, melecehkan kebenaran serta petunjuk yang dibawa Rasulullah dan para salafush shalih. Karena barangsiapa yang menyerupai suatu kaum pasti sepakat dengan fikrah (pemikiran) mereka dan ridla dengan semua aktivitasnya. Inilah bentuk kekaguman terhadap mereka. Sebaliknya, ia tidak akan merasa kagum terhadap semua hal yang bertentangan dengan apa yang dikagumi tersebut.
4. Musyabbahah (meniru-niru) itu mewariskan mawaddah (kasih sayang), mahabbah (kecintaan), dan mawalah (loyalitas) terhadap orang-orang yang ditiru tesebut. Karena bagi seorang muslim jika meniru dan mengikuti orang- orang kafir, tidak bisa tidak, dalam hatinya ada rasa ilfah (akrab dan bersahabat) dengan mereka. Dan rasa akrab dan bersahabat ini akan tumbuh menjadi mahabbah (cinta), ridla serta bersahabat kepada orang-orang yang tidak beriman. Dan akibatnya dia akan menjauh dari orang-orang yang shalih, orang-orang yang bertakwa, orang-orang yang mengamalkan As-Sunnah, dan orang-orang yang lurus dalam berislam. Hal tersebut merupakan suatu hal yang naluriah, manusiawi dan dapat diterima oleh setiap orang yang berakal sehat. Khususnya jika muqallid (si pengikut) merasa sedang terkucil atau sedang mengalami kegoncangan jiwa. Pada saat yang demikian itu apabila ia mengikuti yang lainnya, maka ia akan merasa bahwa yang diikutinya agung, akrab bersahabat, dan terasa menyatu dengannya. Kalau tidak, maka keserupaan lahiriah saja sudah cukup baginya. Keserupaan lahiriah ini direfleksikan ke dalam bentuk kebudayaan dan tingkah laku. Dan tidak bisa tidak, kelak akan berubah menjadi penyerupaan batin. Hal ini merupakan proses yang wajar dan dapat diterima oleh setiap orang yang mau mengamati permasalahan ini dalam pola tingkah laku manusia (human being). Sebagaimana kalau seseorang bepergian ke negeri lain maka ia akan menjadi orang asing di sana. Jika dia bertemu dengan seseorang yang berpakaian sama dengan pakaiannya, kemudian berbicara dengan bahasa yang sama pula pasti akan timbul mawaddah (cinta) dan ilfah (rasa akrab bersahabat) lebih banyak dibanding kalau di negeri sendiri. Jadi apabila seseorang merasa serupa dengan lainnya, maka rasa persamaan ini akan membekas di dalam hatinya. Ini dalam masalah yang biasa. Lalu bagaimana jika seorang muslim menyerupakan diri dengan orang-orang kafir karena kagum kepada mereka? Dan memang inilah yang kini banyak terjadi. Suatu hal yang tidak mungkin, seorang muslim bertaklid dan menokohkan orang kafir kalau tidak berawal dari rasa kagum, kemudian disusul dengan keinginan untuk mengikuti, mencontoh, dan akhiranya menumbuhkan rasa cinta yang mendalam yang disertai dengan sikap loyalitas yang tinggi. Hal itu bisa dilihat pada masa sekarang di mana banyak muslim yang bergaya hidup kebarat-baratan.
5. Bertasyabbuh terhadap orang-orang kafir pada dasarnya akan menjerumuskan kepada kehinaan, kelemahan, kekerdilan (rendah diri), dan kekalahan. Oleh karena itu sikap bertasyabbuh dilarang keras. Demikianlah yang terjadi pada sebagian besar orang-orang yang mengikuti orang-orang kafir sekarang ini.
Bentuk-Bentuk Tasyabbuh
Berikut ini contoh-contok bentuk tasyabbuh,
1. Tasyabuh Sosiologis
a. Seorang laki-laki berpenampilan menyerupai seorang perempuan atau sebaliknya.
لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُتَشَبِّهِينَ مِنْ الرِّجَالِ بِالنِّسَاءِ وَالْمُتَشَبِّهَاتِ مِنْ النِّسَاءِ بِالرِّجَالِ
"Rasulullah melaknat seorang laki-laki yang menyerupai perempuan dan perempuan yang menyerupai laki-laki" (H.R Bukhari)
b. Seorang laki-laki berkarakter dan berprilaku atau merubah jender menjadi wanita atau sebaliknya.
لَعَنَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُخَنَّثِينَ مِنْ الرِّجَالِ وَالْمُتَرَجِّلَاتِ مِنْ النِّسَاءِ
"Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam melaknat laki-laki yang berkarakter wanita dan wanita yang berkarakter laki-laki " (H.R Abu Daud)
c. Seorang laki-laki memakai aksesoris atau pakaian yang biasa dipakai perempuan atau sebaliknya.
لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الرَّجُلَ يَلْبَسُ لِبْسَةَ الْمَرْأَةِ وَالْمَرْأَةَ تَلْبَسُ لِبْسَةَ الرَّجُلِ
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam melaknat laki-laki memakai pakaian (aksesoris) wanita dan melaknat wanita yang memakai pakaian (aksesoris) laki-laki " (H.R Abu Daud)
2. Bentuk-bentuk Tasyabbuh Teologis
a. Iftiraq (bercerai berai dalam agama)
Masalah pertama yang secara tegas dilarang oleh Nabi atau secara syar'i dari sikap tasyabbuh terhadap orang-orang kafir adalah iftiraq fi dien (berpecah belah dalam agama). Masalah ini banyak dinyatakan dalam Al-Quranul Karim dan dalam As-Sunnah yang tsabit dan shahih.
Allah Ta'ala berfirman: "Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih setelah datang kebenaran kepada mereka." (QS. Ali Imran 3:105). Kemudian dihubungkan dengan pernyataan Nabi tentang akan berpecah-belahnya umat ini: "pemeluk agama Yahudi terpecah menjadi 71 firqah, dan pemeluk agama Nashrani terpecah menjadi 72 firqah, sedangkan umat ini akan terpecah menjadi 73 firqah."
b. Membuat Bangunan di Atas Kubur, Menjadikannya Masjid dan Diibadahi, serta Menggantung Gambar
Beberapa masalah ini banyak dinyatakan dalam berbagai nash di antaranya sebagai berikut:
Dan diriwayatkan oleh Ibnu Abi 'Ashim dengan sanad yang shahih: Dari Mu'awiyah ra. berkata: "Sesungguhnya meratakan kubur itu merupakan sunnah, dan pemeluk agama Yahudi dan Nashrani telah meninggikannya, maka jangan bertasyabbuh dengan mereka."
Dengan meniru perbuatan tersebut, maka dibangunlah juga kuburan orang- orang shalih di masjid walaupun setelah dibangunnya masjid itu. Semua ini termasuk dalam larangan. Termasuk yang dilarang adalah menjenguk atau menziarahi kubur dengan tujuan berdoa di sana, atau berdoa kepada mayat, atau dalam rangka mendekatkan diri (taqarrub) kepadanya. Semua itu adalah perbuatan yang biasa dilakukan pemeluk agama Yahudi dan Nashrani, padahal Nabi telah memperingatkan tentang hal itu dengan peringatan yang sangat keras.
Dan dalam Shahihain (Bukhari dan Muslim), Nabi pernah bersabda: "Celakalah pemeluk agama Yahudi, yang telah menjadikan kubur para nabi mereka sebagai masjid." Dan, dalam lafadz Muslim: "Allah melaknat pemeluk agama Yahudi dan Nashrani karena mereka menjadikan kubur para nabi mereka sebagai masjid."
Dalam riwayat lain Nabi bersabda mengomentari kisah Ummu Salamah dan Ummu Habibah ketika mereka melihat gereja yang sangat indah dengan dihiasi gambar-gambar di dalamnya, maka bersabda Nabi : "Mereka adalah kaum yang apabila meninggal seorang yang shalih atau laki-laki yang shalih, dibangunlah di atas kubur mereka sebuah tempat peribadatan dan mereka hiasi dengan gambar-gambar sang mayat tersebut. Mereka adalah seburuk-buruk makhluk di hadapan Allah 'Azza wa Jalla." (H.R Bukhari)
c. Tidak Menyemir Rambut yang Beruban
Sebagian dari yang dilarang Nabi dalam bertasyabbuh dengan orang-orang kafir adalah membiarkan rambut beruban dan tidak disemir. Perbuatan semacam itu adalah menyerupai pemeluk agama Yahudi dan Nasrani. Seperti yang termaktub dalam Shahihain: Dari Abu Hurairah ra. berkata: bersabda Rasulullah : "Sesungguhnya para pemeluk agama Yahudi dan Nashrani tidak menyemir ubannya, maka selisihilah mereka."
d. Memotong Jenggot dan Memelihara Kumis
Perbuatan demikian itu menjadikan mereka tasyabbuh terhadap orang- orang musyrik, pemeluk agama Majusi, Yahudi, dan Nashrani. Seperti yang banyak dinyatakan dalam hadits shahih dari Nabi tentang keharusan memelihara jenggot dan memotong kumis. Dan, yang menjadi sebab, menurut Nabi adalah untuk membedakan dari orang-orang musyrik dan Majusi. Dalam riwayat bukhari beliau bersabda: "Selisihilah orang-orang musyrik, cukurlah kumis dan panjangkanlah jenggot." Dan, dalam riwayat lain seperti yang termaktub dalam hadits Muslim juga: "Potonglah kumis dan panjangkanlah jenggot. Selisihilah dengan pemeluk agama Majusi."
e. Perayaan, Pesta, dan Memasang Umbul-umbul
Seperti telah diketahui bahwa tidak disyari'atkan berhari raya kecuali Idul Adha dan Idul Fitri. Sesungguhnya memperbanyak hari besar merupakan ajaran agama Ahli Kitab, orang-orang kafir, musyrikin, agama Majusi, dan orang-orang jahiliyah. Dan, Nabi telah melarang kaum muslimin merayakan lebih dari dua hari raya itu (Idul Adha dan Idul Fitri).
Rasulullah melarang penduduk Madinah menghidupkan hari-hari besar mereka ataupun sejarah kebudayaan tradisionalnya. Seperti yang diriwayatkan Abu Dawud, Ahmad, dan Nasa'I dengan sanad yang shahih dengan syarat Muslim: Rasulullah tiba di Madinah, ketika itu mereka mempunyai dua hari raya dan mereka bersuka ria pada kedua hari itu. Maka, beliau bertanya: "Dua hari raya apa ini?" Mereka menjawab: "Dua hari di mana kita bersuka ria di masa jahiliyah." Maka Rasulullah bersabda: "Sesungguhnya Allah telah menggantikan untukmu dua hari raya yang lebih baik daripada itu, yakni Idul Adha dan Idul Fitri."
Dan, Umar bin Khattab ra. pernah berkata: "Jauhilah musuh-musuh Allah dengan menjauhi (tidak merayakan) hari-hari besar mereka."(H.R Baihaqi)
Karena Ied (hari raya) merupakan ketetapan syari'at maka tidak boleh ditambah-tambah ataupun dikurangi. Telah dimaklumi di kalangan ahli ilmu bahwa termasuk hari besar adalah semua keramaian (perayaan) yang diadakan muslimin – dalam hal ini — pada waktu-waktu tertentu secara berulang-ulang (rutin). Boleh jadi setiap bulan atau setiap tahun atau setiap dua tahun atau setiap lima atau sepuluh tahun, baik sehari atau seminggu berturut-turut. Prinsipnya, tradisi tersebut selalu dirayakan oleh umat dalam jangka waktu tertentu, dan dengan cara (pola) tertentu. Semua itu termasuk disebut Ied (hari raya), walaupun bukan termasuk hari raya resmi atau hari raya yang telah disepakati. Termasuk dalam hal ini adalah yang sering disebut dengan hari besar nasional, ulang tahun pernikahan (kawin emas, kawin perak di Jawa, misalnya, pent.), ulang tahun kelahiran, selamatan, perayaan kelas, dan lain-lain hari besar.
f. Meninggalkan Makan Sahur
Hal ini sebagaimana dilakukan oleh pemeluk agama Yahudi dan Ahli Kitab. Mereka tidak pernah makan sahur kalau akan berpuasa. Dalam hadits riwayat Muslim, Nabi bersabda: "Perbedaan antara shaum kita dengan shaum Ahli Kitab adalah makan sahur."
g. Mengakhirkan Berbuka
Sesungguhnya menyegerakan berbuka merupakan sunnah dan akan dijadikan pembeda dengan pemeluk agama Yahudi dan Nashrani. Seperti yang diriwayatkan Abu Dawud dan Hakim, dan dishahihkannya, bahwa Nabi bersabda: "Agama akan selalu tegak selama manusia menyegerakan berbuka, karena pemeluk agama Yahudi dan Nashrani mengakhirkannya."
h. Berdiri Memberi Hormat
Dilarang berdiri kepada seseorang sebagai penghormatan kepadanya, khususnya jika orang tersebut mempunyai kedudukan atau kekuasaan dan termasuk dari kalangan pejabat tinggi. Adanya larangan tersebut telah dinyatakan dalam nash yang banyak.
Dalam riwayat Muslim dikatakan: "Hampir saja kalian melakukan perbuatan sebagai-mana diperbuat oleh orang-orang Persia dan Romawi, mereka berdiri untuk menghormat raja mereka, sedangkan raja-raja tesebut dalam keadaan duduk."
i. Meratapi Mayat
Menangisi mayat sambil meratapi kemudian menyediakan suatu sarana agar orang lain melakukannya juga, merupakan perbuatan yang dilakukan oleh orang- orang jahiliyah. Rasulullah pernah bersabda dalam suatu hadits muttafaqun 'alaihi: "Bukan dari golonganku orang-orang yang memukul pipinya, menyobek kantung bajunya, dan menyeru dengan seruan jahiliyah." Perangai ini juga banyak menimpa kalangan muslimin sekarang ini.
j. Bangga dengan Kebangsawanan, Mencela Nasab, dan Minta Hujan Kepada Bintang-bintang
Semua ini merupakan perbuatan orang-orang jahiliyah yang telah dilarang Nabi dengan sabdanya: "Empat perkara yang masih dikerjakan umatku dan merupakan perbuatan jahiliyah serta mereka tidak mau meninggalkannya yaitu: berbangga-bangga dengan kebangsawanan, mencela nasab, minta hujan kepada bintang-bintang, dan menangisi mayat sambil meratapi." (H.R Muslim)
k. Fanatik Kesukuan, Fanatik Madzab, dan Fanatik Kebangsaan
Fanatisme kesukuan, fanatisme madzab, dan fanatisme kebangsaan serta segala bentuk ashabiyah atau fanatisme kepada selain Islam. Tujuannya agar timbul rasa bangga dan ta'ashub (membanggakan keturunan). Sesungguhnya semua perbuatan tersebut merupakan perbuatan jahiliyah. Nabi telah bersabda dalam hadits shahih: "Bukan golonganku orang-orang yang menyeru kepada ashabiyah, dan bukan golonganku orang yang berperang karena ashabiyah, bukan golonganku orang-orang yang mati dalam membela ashabiyah." (HR. Abu Dawud dan Muslim dengan makna yang sama.)
l. Menyambung Rambut Bagi Wanita
Yang dimaksud menyambung rambut di sini adalah menyambung atau menambah rambut dengan rambut palsu yang telah Allah ciptakan atas wanita itu (walaupun rambut asli), sebagaimana dilakukan pemeluk agama Yahudi. Jika wanita muslimah mengubah rambut aslinya (seperti menyambung dengan rambut palsu, pent.), maka sesungguhnya dia tidak/bukan bentuk asli, dan telah melanggar batas ketentuan-ketentuan yang dipahami para ahli ilmu. Seperti yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim dari hadits Muawiyah ra. yang berkata ketika mengisahkan rambut yang disambung: "Sesungguhnya yang menyebabkan Bani Israil binasa adalah karena mereka mengambil ini (rambut palsu) untuk wanita mereka." aku tidak melihat seorang pun mengerjakannya kecuali pemeluk agama Yahudi."
Penutup
Bid'ah dan tasyabuh adalah dua perkara yang telah menjadi "baju" umat Islam akhir zaman. Sumber dari bid'ah dalam agama bisa berasal dari tasyabbuh terhadap agama non-Islam dan juga murni inovasi seseorang baik dengan mengurangi atau menambah syari'at. Bid'ah dan tasyabbuh dalam kalangan umat Islam bukanlah hanya semata-mata terjadi secara alamiah sebagai efek dari akulturasi budaya, atau kecenderungan manusia mengikuti hawa nafsu, namun diluar itu ada proses rekayasa (makar) yang dilakukan oleh kelompok tertentu yang bertujuan untuk menghancurkan agama samawi dan menggantikannya dengan agama baru bikinan mereka. Mereka bersembunyi pada kelompok manusia beragama, namun sebenarnya mereka adalah manusia atheis, manusia yang tidak mengakui eksistensi Allah, manusia picik dan pengecut, manusia penyembah setan. Al-Qur'an hanya memberikan peringatan kepada orang yang beriman untuk selalu waspada terhadap dua kelompok manusia yang "berbaju agama samawi" (Yahudi dan Nashrani), karena dua kelompok manusia "beragama" ini yang secara defato telah melakukan tahrif (rekayasa, inovasi dan penyelewengan) terhadap kemurniaan ajaran agama Tauhid. Selanjutnya mereka melakukannya terhadap al-Islam, sebagaimana disebutkan dalam surat al-Baqarah 2:120
وَلَن تَرْضَى عَنكَ الْيَهُودُ وَلاَ النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ قُلْ إِنَّ هُدَى اللّهِ هُوَ الْهُدَى وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءهُم بَعْدَ الَّذِي جَاءكَ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَكَ مِنَ اللّهِ مِن وَلِيٍّ وَلاَ نَصِيرٍ
Pemeluk agama Yahudi dan Nashrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu. (Al-Baqarah 2:120)
Kalau kita tidak membangun kesadaran (al-Wa'yu) dan beriman terhadap ajaran yang ada dalam al-Qur'an, maka nasib umat islam pun akan sama dengan umat sebelumnya, menjadi al-maghdub (dibenci Allah) dan al-Dhallun (sesat).
Dengan membangun kesadaran kita tidak akan salah melihat musuh kita sebenarnya, dialah setan dan para pengikut ajarannya dari kelompok jin dan manusia yang berkalaborasi membangun sebuah tatanan dan sistem untuk menyeret manusia supaya sesat yang terus berkesinambungan. Liciknya mereka bersembunyi dan "berbaju agama" sehingga banyak manusia yang tertipu olehnya.
Orang yang belajar sejarah dari Al-Qur'an, akan melihat jelas "link" gerakan makar iblis dan balatentaranya. Secara implisit Al-Qur'an menggambarkan makar dimulai dari Qabil, Namrudz, kabinet Fir'aun sampai kelompok yang bersembunyi dalam wadah "agama" Yahudi dan Nashrani, semuanya merupakan pelajaran berharga bagi umat beriman.
لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِّأُوْلِي الأَلْبَابِ مَا كَانَ حَدِيثاً يُفْتَرَى وَلَـكِن تَصْدِيقَ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ كُلَّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً لِّقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al-Qur'an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman. (QS Yusuf 12:111)
Referensi:
[1] Ibn al-Jawzi, Talbis Iblis (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiah 994), 24. atau al-Shatibi, al I'tisam (Beirut: Dar al Kutub al Ilmiah, 1991), 27.
[2] Ensiklopedi Hukum Islam (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996), Jilid I, 217
[3] Muhammad 'Abd al Salam al Shaqiri, al Sunan wa al Mubtada'at (Beirut: Dar al Kutub al Ilmiah, 1994), 17. bisa dilihat juga dalam Ali Mahfuz, al Ibda' fi Madar al Ibtida' (Kairo: Dar al I'tisam, t.t.), 26. atau al-Shatibi, al I'tisam, 28.
[4] Abdul Aziz Dahlan (ed.) Ensiklopedi Hukum Islam, Vol. I (Jakarta: Ichtiar Baru, 2001), 217-218.
[5] Ali Mahfuz, al Ibda' fi Madar al Ibtida', 38-39.
[6] Ali Mahfuz, al Ibda', 28.
Berikut ini adalah salah satu hadits tentang nubuwat akhir zaman yang berkenaan dengan tasyabbuh pada umat nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam:
عن أَبِي سَعِيدٍ الْخدْرِيِّ عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم، قَالَ: لَتَتْبَعُنَّ سَنَنَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ، شِبْرًا بِشِبْرٍ، وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا جُحْرَ ضَبٍّ تَبِعْتُمُوهُمْ قُلْنَا: يَا رَسُولَ اللهِ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى قَالَ: فَمَنْ
"Sungguh diantara kalian akan mengikuti apa-apa yang dilakukan bangsa-bangsa terdahulu, selangkah demi selangkah, sehasta demi sehasta walau pun mereka memasuki lubang biawak kamu akan mengikuti mereka". Diantara para sahabat ada yang bertanya "Ya, Rasululah apakah yang dimaksud (di sini) adalah pemeluk agama Yahudi dan Nashrani ?" Rasulullah menjawab "Siapa lagi (kalau bukan mereka) (HR. Bukhari)
Makna Tasyabbuh
At-Tasyabbuh secara bahasa diambil dari kata al-musyabahah yang berarti meniru atau mencontoh, menjalin atau mengaitkan diri, dan mengikuti. At-Tasybih berarti peniruan. Dan mutasyabihah berarti mutamatsilat (serupa). Dikatakan artinya serupa dengannya, meniru dan mengikutinya.
Untuk memahami konsep tasyabuh dalam tingkat sederhana, kita bisa meminjam teori dasar dari ilmu balaghah (susastra Arab) bagian ilmu bayan tentang tasybih (penyerupaan), yang didefinisikan sebagai berikut;
التشبيه هو إلحاق أمر بأمر في معنى بأداة
Tasybih adalah menyerupakan sesuatu dengan yang lain dalam satu keadaan dengan mengunakan alat-alat tertentu.
Contoh sederhana sebagai berikut;
العمر مثل الضيف أو كالطيف ليس له إقامة
Umur itu bagaikan tamu atau laksana hayalan, dia tidak menetap.
Dari contoh diatas, diserupakan antara umur dengan tamu atau hayalan dalam hal tidak menetapnya. Sesuatu dengan yang lainnya dapat dikatakan serupa (tasyabbuh) jika memenuhi 4 rukun pokok tasybih yaitu; musyabbah (sesuatu yang diserupakan), sesuatu yang diserupai (musabbah bih), sifat atau keadaan yang diserupakan (wajhu syibhi) dan lafadz yang menunjukan keserupakan (adatu tasybih). Pada contoh diatas, rukunnya sebagai berikut;
1. Umur (العمر) sebagai musyabbah (yang diserupakan)
2. Tamu atau hayalan (الضيف أو كالطيف) sebagai musyabbah biih ( yang diserupai)
3. Tidak menetap (ليس له إقامة) sebagai wajhu syibhi (keadaan atau hal keserupaan)
4. Seperti (ك/مثل) sebagai adatu tasybih (alat menyerupakan)
Dari 4 rukun diatas, pada teks (mantuq) tidak selamanya ke -4 rukun itu muncul, namun dalam tataran konteks (mafhum) ke-4 nya wajib dipenuhi. Konsep dasar inilah yang perlu dijadikan dalam memahami setiap tasyabbuh dalam konteks sosiologis. Dari ke-4 rukun tasybih tersebut yang menentukan nilai dalam proses tasyabbuh adalah wajhu syibhinya dalam artian baik buruknya suatu tasybih paling utama ditentukan oleh hal atau sifat yang dijadikan penyerupaannya. Oleh karena itu hadis nabi;
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
Barang siapa yang menyerupai suatu kaum maka dia termasuk kaum itu. (H.R Abu Daud)
Hadits tersebut masih netral, dalam artian suatu tasyabbuh belum dikatakan apakah nilainya baik atau buruk, tergantung hal apa yang diserupakanya, apakah baik atau buruk, meskipun yang diserupakan itu antara mu'min dan kafir. Hadits tersebut hanya menggambarkan bahwa seseorang bisa dikatakan segolongan, sekaum kalau memiliki kesamaan wajhu sibhi, walaupun secara generik dia berbeda.
Dalam menentukan wajhu syibhi dari suatu tasybih, yang tidak disebutkan wajhu sibhinya, maka kita mesti memperhatikan indikator (qarinah) dari suatu teks tersebut, seperti pada hadits berikut,
لَيْسَ مِنَّا مَنْ تَشَبَّهَ بِالرِّجَالِ مِنْ النِّسَاءِ وَلَا مَنْ تَشَبَّهَ بِالنِّسَاءِ مِنْ الرِّجَالِ (أحمد ، والطبرانى عن ابن عمرو)
Bukan umat kami (Islam) seorang laki-laki seperti seorang perempuan, atau seorang perempuan seperti laki-laki. (H.R Ahmad, Thabrani dari Ibn Amr)
Dalam teks hadits tersebut tidak disebutkan wajhu sibhinya, namun qarinahnya jelas yakni perkara yang terlarang atau penegasian keadaan (ليس منا), maka secara mafhum terlarangnya tasyabuh antara pria dan wanita adalah pada hal-hal yang telah jelas secara syar'i dibedakan, misalnya memakai perhiasan, menutup aurat, dll. Jadi maksud hadits tersebut adalah, "seorang laki-laki yang memakai perhiasan dari emas layaknya perempuan bukan tergolong umat Nabi Muhammad, begitu pula seorang perempuan yang memakai pakaian seperti laki-laki maka dia bukan termasuk umat Nabi Muhammad".
Pada hadits lain disebutkan,
ليس مِنا مَن تَشبَّه بغيرنا ، لا تَشَبَّهُوا بأهل الكتاب فإن تسليمَهم الإِشارةُ بالأصابع والأكُفِّ
Bukan umat kami (Islam) yang tidak seperti muslim, maka janganlah kalian menyerupai ahlul kitab (dalam memberi penghormatan), sesungguhnya jika mereka memberi salam dengan mengangkat tangan dan kain. (H.R Tirmidzi)
Dari hadits tersebut disebutkan wajhu sibhinya yakni "memberi penghormatan". Secara mafhum hadits itu bermakna seorang tidak disebut muslim jika memberi penghormatan kepada manusia sama dengan cara ahlul kitab memberi penghormatan yakni dengan mengangkat tangan atau kain (benda).
Tasyabbuh yang dilarang dalam Al-Quran dan As-Sunnah secara syar'i adalah menyerupai orang-orang kafir dalam segala bentuk dan sifatnya, baik dalam aqidah, peribadatan, kebudayaan, atau dalam pola tingkah laku yang menunjukkan ciri khas mereka (kaum kafir).
Termasuk dalam tasyabbuh yaitu meniru terhadap orang-orang yang tidak shalih, walaupun mereka itu dari kalangan kaum muslimin, seperti orang-orang fasik, orang-orang awam dan jahil, atau orang-orang Arab (badui) yang tidak sempurna diennya (keislamannya),
Oleh karena itu, segala sesuatu yang tidak termasuk cirri khusus orang-orang kafir, baik aqidahnya, adat-istiadatnya, peribadatannya, dan hal itu tidak bertentangan dengan nash-nash serta prinsip- prinsip syari'at, atau tidak dikhawatirkan akan membawa kepada kerusakan, maka tidak termasuk tasyabbuh yang terlarang. Inilah pengertian secara umum.
Pembagian Tasyabbuh dan Hukumnya
Dalam konsepsi Islam, tasyabbuh yang terlarang itu terbagi dua yaitu;
1. Tataran sosiologis, yakni penyerupaan sesuatu dengan yang lain yang secara hakekatnya sesuatu itu mesti berbeda seperti tasyabbuhnya laki-laki dan perempuan, yang muda dengan yang tua dll. Sebagaimana dalam hadits berikut;
إن خير شبابكم من تشبه بشيوخكم و شر شيوخكم من تشبه شبابكم و شر نسائكم من تشبه برجالكم و شر رجالكم من تشبه بنسائكم
Sesungguhnya pemuda yang terbaik diantara kalian adalah seperti orang tua kalian (dewasa) dan dan sejelek-jeleknya orang tua diantara kalian adalah seperti anak muda kalian (kekanak-kanakan), dan sejelek-jeleknya wanita diantara kalian adalah yang menyerupai laki-laki kalian, dan sejelek-jeleknya laki-laki kalian adalah yang menyerupai wanita diantara kalian". (H.R Baihaqi)
لَيْسَ مِنَّا مَنْ تَشَبَّهَ بِالرِّجَالِ مِنْ النِّسَاءِ وَلَا مَنْ تَشَبَّهَ بِالنِّسَاءِ مِنْ الرِّجَالِ (أحمد ، والطبرانى عن ابن عمرو)
Bukan umat kami (Islam) seorang laki-laki seperti seorang perempuan, atau seorang perempuan seperti laki-laki. (H.R Ahmad,Thabrani dari Ibn Amr)
2. Tataran teologis, yakni penyerupaan antara umat Islam dengan luar Islam yang ditegaskan dengan nash seperti tasyabbuhnya muslim dengan ahlul kitab, dengan orang musyrik, orang majusi, munafik dll. Seperti contoh;
ليس مِنا مَن تَشبَّه بغيرنا ، لا تَشَبَّهُوا بأهل الكتاب فإن تسليمَهم الإِشارةُ بالأصابع والأكُفِّ
Bukan umat kami (Islam) yang tidak seperti muslim, maka janganlah kalian menyerupai ahlul kitab (dalam memberi penghormatan), sesungguhnya jika mereka memberi salam dengan mengangkat tangan dan kain. (H.R Tirmidzi)
Oleh karena itu ditinjau dari sisi hukum, maka tasyabbuh dalam bentuk umum memiliki beragam nilai hukum yang meliputi semua jenis tasyabbuh. Hukum umum tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Ada beberapa perkara dari perbuatan tasyabbuh terhadap orang-orang kafir bisa dihukumi sebagai perbuatan syirik atau kufur; seperti tasyabbuh dalam bidang keyakinan, beberapa perkara masalah ibadah, misalnya tasyabbuh terhadap pemeluk agama Yahudi, Nashrani, atau Majusi dalam perkara-perkara yang berhubungan dengan masalah tauhid dan aqidah. Contohnya: seperti ta'thil yakni menafikkan dan mengkufuri nama-nama dan sifat-sifat Allah Ta'ala, meyakini kemanunggalan hamba dengan Allah, taqdis (mensucikan) seorang Nabi atau orang-orang shalih kemudian berdoa serta beribadah kepada mereka, berhukum dengan syari'at dan perundang-undangan buatan manusia. Maka bagi pelaku semua itu kalau tidak syirik pasti kufur hukumnya (haram).
2. Ada pula dari beberapa perbuatan yang menjerumuskan kepada perbuatan maksiat dan kefasikan. Seperti taklid kepada adat-istiadat atau budaya kafir. Contohnya, seperti makan dan minum dengan tangan kiri, laki-laki menyerupai wanita (sisay) atau wanita yang menyerupai laki-laki (tomboy) dan lain sebagainya. Ini pun termasuk yang diharamkan.
3. Tasyabbuh bisa dihukumi sebagai perbuatan yang makruh bila timbul keragu- raguan antara mubah atau haram karena tidak ada kejelasan hukum. Maksudnya, kadang-kadang dalam beberapa masalah tingkah laku, adat atau kebudayaan, serta beberapa masalah keduniaan masih diragukan kedudukan hukumnya. Apakah masalah tersebut termasuk suatu perkara yang dibenci ataukah sesuatu yang mubah (dibolehkan). Namun, demi menjaga agar seorang muslim tidak terperosok, maka dihukumi sebagai sesuatu yang makruh.
4. Sebagian ada beberapa perkara yang semata-mata merupakan rekayasa materi murni dan tidak akan menyebabkan kaum muslimin tergiring untuk mengikuti kaum kafir, sehingga bakal membahayakan mereka. Demikian juga dengan ilmu-ilmu murni keduniaan yang tidak menyangkut aqidah dan akhlak, maka semua ini termasuk dalam perkara mubah.
5. Kadang-kadang kaum muslimin harus mengambil manfaat dari ilmu-ilmu murni keduniaan yang dimiliki orang-orang kafir. Dan, yang dimaksud dengan murni (bahtah) adalah tidak mengandung unsur-unsur atau tanda-tanda yang bertentangan dengan nash-nash atau kaidah-kaidah syar'i. Atau, yang dapat menjerumuskan kaum muslimin pada kehinaan dan kekerdilan. Bila ketentuan tersebut dipenuhi, maka bisa dimasukkan ke dalam kategori mubah pula.
GOLONGAN-GOLONGAN YANG TERLARANG DITASYABBUHI
Dengan menelaah dan mengkaji nash-nash syar'i maka kita akan dapat mengenali beberapa golongan diluar islam yang terlarang untuk di tasyabbuhi yaitu;
1. Orang Kafir
Secara umum bertasyabbuh kepada orang-orang kafir, dengan tanpa kecuali, adalah sangat terlarang. Termasuk golongan ini adalah orang-orang musyrik, pemeluk agama Yahudi, Nashrani, Majusi, Syaibah (Sabi'in), orang-orang penganut ajaran Komunis, dan lain-lain. Kita dilarang bertasyabbuh terhadap setiap perkara yang merupakan ciri khas orang kafir, baik dalam ibadah, adat-istiadat, maupun pakaian. Seperti sabda Nabi kepada Abdullah bin Umar ra. Ketika beliau melihatnya berpakaian dengan dua pakaian berwarna kuning keemasan, sabda beliau: "Sesungguhnya pakaian ini adalah dari orang-orang kafir, maka janganlah kamu memakainya." Hal ini merupakan dalil, bahwa jika pakaian itu merupakan pakaian khas orang-orang kafir maka seorang muslim tidak boleh memakainya.
2. Orang-orang Musyrik
Kita telah dilarang bertasyabbuh terhadap cara ibadah mereka, perayaan hari-hari besar mereka, perbuatan-perbuatan mereka, seperti muka'an wa tashdiyah yakni beribadah dengan cara bersiul-siul dan bertepuk tangan, minta syafaat dan tawassul dengan makhluk ciptaan Allah Subhanahu wa Ta'ala di dunia, bernadzar dan berkurban di pekuburan, dan perbuatan-perbuatan lainnya. Termasuk perbuatan yang dilarang pula yakni meninggalkan padang Arafat sebelum maghrib (dalam berhaji) sebab perbuatan tersebut merupakan perbuatan kaum musyrikin.
Para pendahulu kita (as-salafus shalih) sangat membenci setiap perkara yang merupakan ciri khas milik orang-orang musyrik dan semua yang termasuk perbuatan-perbuatan mereka. Seperti kata Abdullah bin 'Amr bin 'Ash, ra. dan yang lainnya:
"Barangsiapa yang membuat bangunan di negeri orang-orang musyrik serta membuat panji-panji dan pataka-pataka (bendera lambang komando) mereka hingga akhir hayatnya, maka akan dikumpulkan bersama mereka di hari kiamat." (H.R Baihaqi)
Dan Ibnu Umar ra. membenci meletakkan hiasan-hiasan di masjid dan melarang dari hal tersebut serta semua hal yang berhubungan dengan masalah itu, karena menurut beliau ra. bahwa hal itu menyerupai patung-patung orang musyrik. (H.R Ibnu Abi Syaibah)
3. Ahli Kitab
Yang dimaksud Ahli Kitab adalah pemeluk agama Yahudi dan Nashrani. Kita dilarang meniru semua perkara yang merupakan ciri khas pemeluk agama Yahudi dan Nashrani, baik dalam bidang aqidah, ibadah, adat-istiadat (budaya), dalam berpakaian, atau hari-hari besar mereka. Contohnya: membuat bangunan di atas kuburan, dan menjadikannya masjid, menggantungkan gambar-gambar (foto-foto), mengekspose wanita, meninggalkan makan sahur, menggantung atau memasang salib, ikut memperingati dan merayakan hari-hari besar mereka dan lain-lain.
4. Pemeluk agama Majusi
Sebagian ciri khas pemeluk agama Majusi adalah menyembah dan beribadah kepada api (agama Sinto Budha di Jepang), mensucikan raja-raja dan para pembesar, mencukur rambut bagian kuduk dan membiarkan rambut bagian depan, mencukur jenggot, memanjangkan kumis, meniup peluit atau terompet, dan memakai piring atau bejana dari emas dan perak.
5. Bangsa Persia dan Romawi
Termasuk golongan ini tentu saja Ahli Kitab, Majusi dan lainnya, Persia dan Romawi. Kita juga telah dilarang bertasyabbuh dengan hal-hal yang merupakan ciri khas mereka dalam peribadatan, kebudayaan, cara dan tata tertib keagamaan. Seperti, mengagungkan dan mensucikan pembesar-pembesar dan orang-orang terhormat, mentaati pendeta (alim ulama) dan rahib-rahib (orang-orang shalih) yang mensyari'atkan sesuatu yang tidak disyari'atkan Allah, berlebih-lebihan serta melampaui batas dalam beragama.
6. Orang-orang 'Ajam yang Bukan Muslimin
Hal ini berdasarkan sabda Nabi ketika beliau melarang seorang laki-laki yang memakai sutera di bagian bawah pakaiannya, dengan sabda beliau: "Seperti orang 'Ajam (bukan Arab, non Muslim, )." (H.R Abu Daud), atau terhadap orang yang menambahkan sutera di bagian pundak pakaiannya, dengan sabdanya: "Seperti orang 'Ajam (bukan Arab, yang non muslim,)" (H.R Abu Daud). Dan, beliau juga melarang berdiri menyambut pembesar sebagai penghormatan. Bahkan, beliau melarang perbuatan yang sama bagi makmum terhadap imamnya dengan alasan yang sama, sebab dikhawatirkan mereka memahami bahwa yang demikian itu adalah salah satu cara penghormatan. Hal itu sebagaimana dinyatakan dalam asbabul wurud dari hadits tersebut, bahwa yang demikian itu bertasyabbuh dengan perbuatan orang-orang 'Ajam yang berdiri untuk menghormati kedatangan pembesar-pembesar mereka. Hal inilah yang dilarang, karena bertasyabbuh dengan orang-orang kafir 'Ajam. (H.R Muslim)
Perkara ini dikuatkan pula oleh Umar bin Khattab ra. Beliau melarang berpakaian seperti orang 'Ajam sebagaimana halnya terhadap orang-orang musyrik. Beliau menyampaikan larangan tersebut dengan keras sekali. Demikian pula dengan yang diisyaratkan oleh para as-salaf ash-shalih.
7. Orang-orang Jahiliyah dan Ahlinya
Kita juga telah dilarang dari segala hal yang berbau jahiliyah, baik dalam akhlak, ibadah, adat, maupun syi'ar-syi'arnya. Seperti bertabarruj bagi wanita, tidak berpakaian di bawah terik matahari pada waktu ihram sehingga dia meminta-minta pakaian. Hal ini seperti yang dilakukan oleh orang-orang Rafidlah (Syi'ah) zaman sekarang ini. Semua ini merupakan perbuatan jahiliyah dan amalan orang-orang musyrik. Demikian juga bertelanjang (tidak memakai pakaian, yakni menampakkan aurat, baik keseluruhan maupun sebagian saja), fanatik kebangsaan, berbangga-bangga dengan kebangsawanan dan mencela nasab, meratapi mayat dan meminta hujan kepada bintang-bintang (yakni berpendapat bahwa hujan turun karena musim dan bukan karena rahmat Allah). Nabi telah membantah dan membatalkan semua yang berbau jahiliyah dengan Islam, baik pahamnya, kebudayaannya, atau taklidnya (ikut-ikutan tanpa ilmu), peraturan dan perundang-undangannya, iklan-iklan dan propaganda- propagandanya.
8. Setan
Golongan lainnya yang terlarang untuk dijadikan figur peniruan (tasyabbuh) adalah setan (jin kafir). Nabi telah menerangkan perbuatan-perbuatan setan itu dan kita dilarang menirunya. Seperti, makan dan minum dengan tangan kiri. Sebagaimana diriwayatkan oleh Muslim dan lainnya: Bahwa Nabi bersabda:
"Janganlah kalian makan dengan tangan kiri dan jangan pula minum dengannya (tangan kiri). Sesungguhnya setan makan dengan tangan kirinya dan minum dengannya (tangan kiri pula)."
Tetapi sayangnya, perbuatan ini banyak dilakukan di kalangan kaum muslimin dengan menganggap bahwa perbuatan itu adalah perbuatan sepele, atau memang karena ketakabburannya terhadap kebenaran, serta iman meniru-niru auliya'u setan (teman-teman setan) dari golongan orang-orang kafir dan fasik.
9. Orang-orang Arab Badui yang Tidak Sempurna Agamanya
Mereka adalah orang-orang Badui (Arab) yang jahil. Banyak orang-orang Arab yang memakai hukum perundang-undangannya berdasar adat dan taklid (mengikuti nenek moyang), tidak berdasarkan Islam sama sekali. Semuanya itu merupakan warisan jahiliyah, bahkan ada orang-orang Arab Badui yang fanatik terhadap adat-istiadat dan kebudayaannya, doktrin-doktrin hari-hari besar, taklid, serta berbagai atribut lainnya meskipun bertentangan dengan syari'at Islam. Di antaranya, fanatik jahiliyah (kebulatan tekad untuk mempertahankan kejahiliyahan), membangga-banggakan kebangsawanan, mencela nasab, menamakan maghrib dengan isya dan menamakan isya dengan al-atamah (kegelapan malam), bersumpah untuk thalak, menggantungkan thalak, tidak menikah kecuali dengan anak pamannya, dan adat-adat jahiliyah lainnya.
Alasan Dilarangnya Tasyabbuh Terhadap Orang Kafir
Telah disebutkan mengenai terlarangnya bertasyabuh kepada orang diluar islam terutama menyangkut tasyabbuh dalam bidang keyakinan, beberapa perkara masalah ibadah, juga dari beberapa perbuatan yang menjerumuskan kepada perbuatan maksiat dan kefasikan. Seperti taklid kepada adat-istiadat atau budaya kafir. Adapun penyebab timbulnya larangan tersebut, diantaranya:
1. Semua perbuatan orang kafir pada dasarnya dibangun di atas pondasi kesesatan dlalalah dan kerusakan fasad. Inilah sebenarnya titik tolak semua perbuatan dan amalan orang-orang kafir, baik yang bersifat menakjubkan anda atau tidak, baik yang dzahir (nampak, nyata) kerusakannya ataupun terselubung. Karena sesungguhnya yang menjadi dasar semua aktivitas orang- orang kafir adalah dlalal (sesat), inhiraf (menyeleweng dari kebenaran), dan fasad (rusak). Baik dalam aqidah, adat-istiadat, ibadah, perayaan-perayaan hari besar, ataupun dalam pola tingkah lakunya. Adapun kebaikan yang mereka perbuat hanyalah merupakan suatu pengecualian saja. Oleh karena itu jika ditemukan pada mereka perbuatan-perbuatan baik, maka di sisi Allah tidak memberi arti apapun baginya dan tidak diberi pahala sedikitpun. Sebagaimana firman Allah: "Dan Kami hadapi amal yang mereka kerjakan kemudian Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan." (QS. Al- Furqan: 23)
2. Dengan bertasyabbuh terhadap orang kafir, maka seorang muslim akan menjadi pengikut mereka. Yang berarti dia telah menentang atau memusuhi Allah Subhanahu wa Ta'ala dan Rasul-Nya . Dan dia akan mengikuti jalur orang-orang yang tidak beriman. Padahal dalam perkara ini terdapat peringatan yang sangat keras sekali, sebagaimana Allah berfirman: "Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas datang kepadanya petunjuk dan mengikuti jalannya orang- orang yang tidak beriman, Kami biarkan ia leluasa dengan kesesatannya (yakni menentang Rasul dan mengikuti jalan orang-orang kafir, pen.) kemudian Kami seret ke dalam Jahannam. Dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali." (QS. An-Nisa' 4:115)
3. Hubungan antara sang peniru dengan yang ditiru seperti yang terjadi antara sang pengikut dengan yang diikuti yakni penyerupaan bentuk yang disertai kecenderungan hati, keinginan untuk menolong serta menyetujui semua perkataan dan perbuatannya. Dan sikap itulah yang menjadi bagian dari unsur-unsur keimanan, di mana seorang muslim tidak diharapkan untuk terjerumus ke dalamnya. Sebagian besar tasyabbuh mewariskan rasa kagum dan mengokohkan orang- orang kafir. Dari sana timbullah rasa kagum pada agama, kebudayaan, pola tingkah laku, perangai, semua kebejatan dan kerusakan yang mereka miliki. Kekagumannya kepada orang kafir tersebut akan berdampak penghinaan kepada As-Sunnah, melecehkan kebenaran serta petunjuk yang dibawa Rasulullah dan para salafush shalih. Karena barangsiapa yang menyerupai suatu kaum pasti sepakat dengan fikrah (pemikiran) mereka dan ridla dengan semua aktivitasnya. Inilah bentuk kekaguman terhadap mereka. Sebaliknya, ia tidak akan merasa kagum terhadap semua hal yang bertentangan dengan apa yang dikagumi tersebut.
4. Musyabbahah (meniru-niru) itu mewariskan mawaddah (kasih sayang), mahabbah (kecintaan), dan mawalah (loyalitas) terhadap orang-orang yang ditiru tesebut. Karena bagi seorang muslim jika meniru dan mengikuti orang- orang kafir, tidak bisa tidak, dalam hatinya ada rasa ilfah (akrab dan bersahabat) dengan mereka. Dan rasa akrab dan bersahabat ini akan tumbuh menjadi mahabbah (cinta), ridla serta bersahabat kepada orang-orang yang tidak beriman. Dan akibatnya dia akan menjauh dari orang-orang yang shalih, orang-orang yang bertakwa, orang-orang yang mengamalkan As-Sunnah, dan orang-orang yang lurus dalam berislam. Hal tersebut merupakan suatu hal yang naluriah, manusiawi dan dapat diterima oleh setiap orang yang berakal sehat. Khususnya jika muqallid (si pengikut) merasa sedang terkucil atau sedang mengalami kegoncangan jiwa. Pada saat yang demikian itu apabila ia mengikuti yang lainnya, maka ia akan merasa bahwa yang diikutinya agung, akrab bersahabat, dan terasa menyatu dengannya. Kalau tidak, maka keserupaan lahiriah saja sudah cukup baginya. Keserupaan lahiriah ini direfleksikan ke dalam bentuk kebudayaan dan tingkah laku. Dan tidak bisa tidak, kelak akan berubah menjadi penyerupaan batin. Hal ini merupakan proses yang wajar dan dapat diterima oleh setiap orang yang mau mengamati permasalahan ini dalam pola tingkah laku manusia (human being). Sebagaimana kalau seseorang bepergian ke negeri lain maka ia akan menjadi orang asing di sana. Jika dia bertemu dengan seseorang yang berpakaian sama dengan pakaiannya, kemudian berbicara dengan bahasa yang sama pula pasti akan timbul mawaddah (cinta) dan ilfah (rasa akrab bersahabat) lebih banyak dibanding kalau di negeri sendiri. Jadi apabila seseorang merasa serupa dengan lainnya, maka rasa persamaan ini akan membekas di dalam hatinya. Ini dalam masalah yang biasa. Lalu bagaimana jika seorang muslim menyerupakan diri dengan orang-orang kafir karena kagum kepada mereka? Dan memang inilah yang kini banyak terjadi. Suatu hal yang tidak mungkin, seorang muslim bertaklid dan menokohkan orang kafir kalau tidak berawal dari rasa kagum, kemudian disusul dengan keinginan untuk mengikuti, mencontoh, dan akhiranya menumbuhkan rasa cinta yang mendalam yang disertai dengan sikap loyalitas yang tinggi. Hal itu bisa dilihat pada masa sekarang di mana banyak muslim yang bergaya hidup kebarat-baratan.
5. Bertasyabbuh terhadap orang-orang kafir pada dasarnya akan menjerumuskan kepada kehinaan, kelemahan, kekerdilan (rendah diri), dan kekalahan. Oleh karena itu sikap bertasyabbuh dilarang keras. Demikianlah yang terjadi pada sebagian besar orang-orang yang mengikuti orang-orang kafir sekarang ini.
Bentuk-Bentuk Tasyabbuh
Berikut ini contoh-contok bentuk tasyabbuh,
1. Tasyabuh Sosiologis
a. Seorang laki-laki berpenampilan menyerupai seorang perempuan atau sebaliknya.
لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُتَشَبِّهِينَ مِنْ الرِّجَالِ بِالنِّسَاءِ وَالْمُتَشَبِّهَاتِ مِنْ النِّسَاءِ بِالرِّجَالِ
"Rasulullah melaknat seorang laki-laki yang menyerupai perempuan dan perempuan yang menyerupai laki-laki" (H.R Bukhari)
b. Seorang laki-laki berkarakter dan berprilaku atau merubah jender menjadi wanita atau sebaliknya.
لَعَنَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُخَنَّثِينَ مِنْ الرِّجَالِ وَالْمُتَرَجِّلَاتِ مِنْ النِّسَاءِ
"Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam melaknat laki-laki yang berkarakter wanita dan wanita yang berkarakter laki-laki " (H.R Abu Daud)
c. Seorang laki-laki memakai aksesoris atau pakaian yang biasa dipakai perempuan atau sebaliknya.
لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الرَّجُلَ يَلْبَسُ لِبْسَةَ الْمَرْأَةِ وَالْمَرْأَةَ تَلْبَسُ لِبْسَةَ الرَّجُلِ
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam melaknat laki-laki memakai pakaian (aksesoris) wanita dan melaknat wanita yang memakai pakaian (aksesoris) laki-laki " (H.R Abu Daud)
2. Bentuk-bentuk Tasyabbuh Teologis
a. Iftiraq (bercerai berai dalam agama)
Masalah pertama yang secara tegas dilarang oleh Nabi atau secara syar'i dari sikap tasyabbuh terhadap orang-orang kafir adalah iftiraq fi dien (berpecah belah dalam agama). Masalah ini banyak dinyatakan dalam Al-Quranul Karim dan dalam As-Sunnah yang tsabit dan shahih.
Allah Ta'ala berfirman: "Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih setelah datang kebenaran kepada mereka." (QS. Ali Imran 3:105). Kemudian dihubungkan dengan pernyataan Nabi tentang akan berpecah-belahnya umat ini: "pemeluk agama Yahudi terpecah menjadi 71 firqah, dan pemeluk agama Nashrani terpecah menjadi 72 firqah, sedangkan umat ini akan terpecah menjadi 73 firqah."
b. Membuat Bangunan di Atas Kubur, Menjadikannya Masjid dan Diibadahi, serta Menggantung Gambar
Beberapa masalah ini banyak dinyatakan dalam berbagai nash di antaranya sebagai berikut:
Dan diriwayatkan oleh Ibnu Abi 'Ashim dengan sanad yang shahih: Dari Mu'awiyah ra. berkata: "Sesungguhnya meratakan kubur itu merupakan sunnah, dan pemeluk agama Yahudi dan Nashrani telah meninggikannya, maka jangan bertasyabbuh dengan mereka."
Dengan meniru perbuatan tersebut, maka dibangunlah juga kuburan orang- orang shalih di masjid walaupun setelah dibangunnya masjid itu. Semua ini termasuk dalam larangan. Termasuk yang dilarang adalah menjenguk atau menziarahi kubur dengan tujuan berdoa di sana, atau berdoa kepada mayat, atau dalam rangka mendekatkan diri (taqarrub) kepadanya. Semua itu adalah perbuatan yang biasa dilakukan pemeluk agama Yahudi dan Nashrani, padahal Nabi telah memperingatkan tentang hal itu dengan peringatan yang sangat keras.
Dan dalam Shahihain (Bukhari dan Muslim), Nabi pernah bersabda: "Celakalah pemeluk agama Yahudi, yang telah menjadikan kubur para nabi mereka sebagai masjid." Dan, dalam lafadz Muslim: "Allah melaknat pemeluk agama Yahudi dan Nashrani karena mereka menjadikan kubur para nabi mereka sebagai masjid."
Dalam riwayat lain Nabi bersabda mengomentari kisah Ummu Salamah dan Ummu Habibah ketika mereka melihat gereja yang sangat indah dengan dihiasi gambar-gambar di dalamnya, maka bersabda Nabi : "Mereka adalah kaum yang apabila meninggal seorang yang shalih atau laki-laki yang shalih, dibangunlah di atas kubur mereka sebuah tempat peribadatan dan mereka hiasi dengan gambar-gambar sang mayat tersebut. Mereka adalah seburuk-buruk makhluk di hadapan Allah 'Azza wa Jalla." (H.R Bukhari)
c. Tidak Menyemir Rambut yang Beruban
Sebagian dari yang dilarang Nabi dalam bertasyabbuh dengan orang-orang kafir adalah membiarkan rambut beruban dan tidak disemir. Perbuatan semacam itu adalah menyerupai pemeluk agama Yahudi dan Nasrani. Seperti yang termaktub dalam Shahihain: Dari Abu Hurairah ra. berkata: bersabda Rasulullah : "Sesungguhnya para pemeluk agama Yahudi dan Nashrani tidak menyemir ubannya, maka selisihilah mereka."
d. Memotong Jenggot dan Memelihara Kumis
Perbuatan demikian itu menjadikan mereka tasyabbuh terhadap orang- orang musyrik, pemeluk agama Majusi, Yahudi, dan Nashrani. Seperti yang banyak dinyatakan dalam hadits shahih dari Nabi tentang keharusan memelihara jenggot dan memotong kumis. Dan, yang menjadi sebab, menurut Nabi adalah untuk membedakan dari orang-orang musyrik dan Majusi. Dalam riwayat bukhari beliau bersabda: "Selisihilah orang-orang musyrik, cukurlah kumis dan panjangkanlah jenggot." Dan, dalam riwayat lain seperti yang termaktub dalam hadits Muslim juga: "Potonglah kumis dan panjangkanlah jenggot. Selisihilah dengan pemeluk agama Majusi."
e. Perayaan, Pesta, dan Memasang Umbul-umbul
Seperti telah diketahui bahwa tidak disyari'atkan berhari raya kecuali Idul Adha dan Idul Fitri. Sesungguhnya memperbanyak hari besar merupakan ajaran agama Ahli Kitab, orang-orang kafir, musyrikin, agama Majusi, dan orang-orang jahiliyah. Dan, Nabi telah melarang kaum muslimin merayakan lebih dari dua hari raya itu (Idul Adha dan Idul Fitri).
Rasulullah melarang penduduk Madinah menghidupkan hari-hari besar mereka ataupun sejarah kebudayaan tradisionalnya. Seperti yang diriwayatkan Abu Dawud, Ahmad, dan Nasa'I dengan sanad yang shahih dengan syarat Muslim: Rasulullah tiba di Madinah, ketika itu mereka mempunyai dua hari raya dan mereka bersuka ria pada kedua hari itu. Maka, beliau bertanya: "Dua hari raya apa ini?" Mereka menjawab: "Dua hari di mana kita bersuka ria di masa jahiliyah." Maka Rasulullah bersabda: "Sesungguhnya Allah telah menggantikan untukmu dua hari raya yang lebih baik daripada itu, yakni Idul Adha dan Idul Fitri."
Dan, Umar bin Khattab ra. pernah berkata: "Jauhilah musuh-musuh Allah dengan menjauhi (tidak merayakan) hari-hari besar mereka."(H.R Baihaqi)
Karena Ied (hari raya) merupakan ketetapan syari'at maka tidak boleh ditambah-tambah ataupun dikurangi. Telah dimaklumi di kalangan ahli ilmu bahwa termasuk hari besar adalah semua keramaian (perayaan) yang diadakan muslimin – dalam hal ini — pada waktu-waktu tertentu secara berulang-ulang (rutin). Boleh jadi setiap bulan atau setiap tahun atau setiap dua tahun atau setiap lima atau sepuluh tahun, baik sehari atau seminggu berturut-turut. Prinsipnya, tradisi tersebut selalu dirayakan oleh umat dalam jangka waktu tertentu, dan dengan cara (pola) tertentu. Semua itu termasuk disebut Ied (hari raya), walaupun bukan termasuk hari raya resmi atau hari raya yang telah disepakati. Termasuk dalam hal ini adalah yang sering disebut dengan hari besar nasional, ulang tahun pernikahan (kawin emas, kawin perak di Jawa, misalnya, pent.), ulang tahun kelahiran, selamatan, perayaan kelas, dan lain-lain hari besar.
f. Meninggalkan Makan Sahur
Hal ini sebagaimana dilakukan oleh pemeluk agama Yahudi dan Ahli Kitab. Mereka tidak pernah makan sahur kalau akan berpuasa. Dalam hadits riwayat Muslim, Nabi bersabda: "Perbedaan antara shaum kita dengan shaum Ahli Kitab adalah makan sahur."
g. Mengakhirkan Berbuka
Sesungguhnya menyegerakan berbuka merupakan sunnah dan akan dijadikan pembeda dengan pemeluk agama Yahudi dan Nashrani. Seperti yang diriwayatkan Abu Dawud dan Hakim, dan dishahihkannya, bahwa Nabi bersabda: "Agama akan selalu tegak selama manusia menyegerakan berbuka, karena pemeluk agama Yahudi dan Nashrani mengakhirkannya."
h. Berdiri Memberi Hormat
Dilarang berdiri kepada seseorang sebagai penghormatan kepadanya, khususnya jika orang tersebut mempunyai kedudukan atau kekuasaan dan termasuk dari kalangan pejabat tinggi. Adanya larangan tersebut telah dinyatakan dalam nash yang banyak.
Dalam riwayat Muslim dikatakan: "Hampir saja kalian melakukan perbuatan sebagai-mana diperbuat oleh orang-orang Persia dan Romawi, mereka berdiri untuk menghormat raja mereka, sedangkan raja-raja tesebut dalam keadaan duduk."
i. Meratapi Mayat
Menangisi mayat sambil meratapi kemudian menyediakan suatu sarana agar orang lain melakukannya juga, merupakan perbuatan yang dilakukan oleh orang- orang jahiliyah. Rasulullah pernah bersabda dalam suatu hadits muttafaqun 'alaihi: "Bukan dari golonganku orang-orang yang memukul pipinya, menyobek kantung bajunya, dan menyeru dengan seruan jahiliyah." Perangai ini juga banyak menimpa kalangan muslimin sekarang ini.
j. Bangga dengan Kebangsawanan, Mencela Nasab, dan Minta Hujan Kepada Bintang-bintang
Semua ini merupakan perbuatan orang-orang jahiliyah yang telah dilarang Nabi dengan sabdanya: "Empat perkara yang masih dikerjakan umatku dan merupakan perbuatan jahiliyah serta mereka tidak mau meninggalkannya yaitu: berbangga-bangga dengan kebangsawanan, mencela nasab, minta hujan kepada bintang-bintang, dan menangisi mayat sambil meratapi." (H.R Muslim)
k. Fanatik Kesukuan, Fanatik Madzab, dan Fanatik Kebangsaan
Fanatisme kesukuan, fanatisme madzab, dan fanatisme kebangsaan serta segala bentuk ashabiyah atau fanatisme kepada selain Islam. Tujuannya agar timbul rasa bangga dan ta'ashub (membanggakan keturunan). Sesungguhnya semua perbuatan tersebut merupakan perbuatan jahiliyah. Nabi telah bersabda dalam hadits shahih: "Bukan golonganku orang-orang yang menyeru kepada ashabiyah, dan bukan golonganku orang yang berperang karena ashabiyah, bukan golonganku orang-orang yang mati dalam membela ashabiyah." (HR. Abu Dawud dan Muslim dengan makna yang sama.)
l. Menyambung Rambut Bagi Wanita
Yang dimaksud menyambung rambut di sini adalah menyambung atau menambah rambut dengan rambut palsu yang telah Allah ciptakan atas wanita itu (walaupun rambut asli), sebagaimana dilakukan pemeluk agama Yahudi. Jika wanita muslimah mengubah rambut aslinya (seperti menyambung dengan rambut palsu, pent.), maka sesungguhnya dia tidak/bukan bentuk asli, dan telah melanggar batas ketentuan-ketentuan yang dipahami para ahli ilmu. Seperti yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim dari hadits Muawiyah ra. yang berkata ketika mengisahkan rambut yang disambung: "Sesungguhnya yang menyebabkan Bani Israil binasa adalah karena mereka mengambil ini (rambut palsu) untuk wanita mereka." aku tidak melihat seorang pun mengerjakannya kecuali pemeluk agama Yahudi."
Penutup
Bid'ah dan tasyabuh adalah dua perkara yang telah menjadi "baju" umat Islam akhir zaman. Sumber dari bid'ah dalam agama bisa berasal dari tasyabbuh terhadap agama non-Islam dan juga murni inovasi seseorang baik dengan mengurangi atau menambah syari'at. Bid'ah dan tasyabbuh dalam kalangan umat Islam bukanlah hanya semata-mata terjadi secara alamiah sebagai efek dari akulturasi budaya, atau kecenderungan manusia mengikuti hawa nafsu, namun diluar itu ada proses rekayasa (makar) yang dilakukan oleh kelompok tertentu yang bertujuan untuk menghancurkan agama samawi dan menggantikannya dengan agama baru bikinan mereka. Mereka bersembunyi pada kelompok manusia beragama, namun sebenarnya mereka adalah manusia atheis, manusia yang tidak mengakui eksistensi Allah, manusia picik dan pengecut, manusia penyembah setan. Al-Qur'an hanya memberikan peringatan kepada orang yang beriman untuk selalu waspada terhadap dua kelompok manusia yang "berbaju agama samawi" (Yahudi dan Nashrani), karena dua kelompok manusia "beragama" ini yang secara defato telah melakukan tahrif (rekayasa, inovasi dan penyelewengan) terhadap kemurniaan ajaran agama Tauhid. Selanjutnya mereka melakukannya terhadap al-Islam, sebagaimana disebutkan dalam surat al-Baqarah 2:120
وَلَن تَرْضَى عَنكَ الْيَهُودُ وَلاَ النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ قُلْ إِنَّ هُدَى اللّهِ هُوَ الْهُدَى وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءهُم بَعْدَ الَّذِي جَاءكَ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَكَ مِنَ اللّهِ مِن وَلِيٍّ وَلاَ نَصِيرٍ
Pemeluk agama Yahudi dan Nashrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu. (Al-Baqarah 2:120)
Kalau kita tidak membangun kesadaran (al-Wa'yu) dan beriman terhadap ajaran yang ada dalam al-Qur'an, maka nasib umat islam pun akan sama dengan umat sebelumnya, menjadi al-maghdub (dibenci Allah) dan al-Dhallun (sesat).
Dengan membangun kesadaran kita tidak akan salah melihat musuh kita sebenarnya, dialah setan dan para pengikut ajarannya dari kelompok jin dan manusia yang berkalaborasi membangun sebuah tatanan dan sistem untuk menyeret manusia supaya sesat yang terus berkesinambungan. Liciknya mereka bersembunyi dan "berbaju agama" sehingga banyak manusia yang tertipu olehnya.
Orang yang belajar sejarah dari Al-Qur'an, akan melihat jelas "link" gerakan makar iblis dan balatentaranya. Secara implisit Al-Qur'an menggambarkan makar dimulai dari Qabil, Namrudz, kabinet Fir'aun sampai kelompok yang bersembunyi dalam wadah "agama" Yahudi dan Nashrani, semuanya merupakan pelajaran berharga bagi umat beriman.
لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِّأُوْلِي الأَلْبَابِ مَا كَانَ حَدِيثاً يُفْتَرَى وَلَـكِن تَصْدِيقَ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ كُلَّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً لِّقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al-Qur'an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman. (QS Yusuf 12:111)
Referensi:
[1] Ibn al-Jawzi, Talbis Iblis (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiah 994), 24. atau al-Shatibi, al I'tisam (Beirut: Dar al Kutub al Ilmiah, 1991), 27.
[2] Ensiklopedi Hukum Islam (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996), Jilid I, 217
[3] Muhammad 'Abd al Salam al Shaqiri, al Sunan wa al Mubtada'at (Beirut: Dar al Kutub al Ilmiah, 1994), 17. bisa dilihat juga dalam Ali Mahfuz, al Ibda' fi Madar al Ibtida' (Kairo: Dar al I'tisam, t.t.), 26. atau al-Shatibi, al I'tisam, 28.
[4] Abdul Aziz Dahlan (ed.) Ensiklopedi Hukum Islam, Vol. I (Jakarta: Ichtiar Baru, 2001), 217-218.
[5] Ali Mahfuz, al Ibda' fi Madar al Ibtida', 38-39.
[6] Ali Mahfuz, al Ibda', 28.
Langganan:
Postingan (Atom)